Sensasi Menyeruput Kopi di Danau Maninjau

Menyeruput kopi di tengah keasrian alam bisa dinikmati di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
PalantAbo, kedai kopi dipinggir Danau Maninjau, Kabupaten Agam. (Foto: Tagar/Rina Akmal)

Padang - Kedai tak sekadar tempat menikmati secangkir kopi. Namun juga ruang untuk bersantai dengan kawan, keluarga dan kekasih hati. Interior sebuah coffe shop paling penting untuk menggoda pengunjung.e

Suasana nyaman, tenang, dan pemandangan indah juga menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung untuk kembali datang menyeruput kopi. Kondisi ini paling tidak tergambar di PalantAbo. Sebuah kedai kopi yang persis berada di bibir Danau Maninjau, Kabupaten Agam Sumatera Barat (Sumbar).

Biji kopi kita langsung pesan ke masyarakat di sini, dengan biji kopi pilihan. Rasanya juga memuaskan.

Selain keindahan alam yang jauh dari kebisingan, gaya minimalis dengan dekorasi yang tak berlebihan akan membuat pengujung betah berlama-lama duduk di PalantAbo. Lampu gantung, rak dinding minimalis, atau background cafe dengan warna netral seperti putih, abu muda, maupun beige menyempurnakan kenyamanan di PalantAbo.

Dari PalantAbo, pengunjung bisa menyaksikan keindahan hamparan danau berkilau bak mutiara diterpa sinar mentari pagi. Sambil menyeruput kopi, pengunjung bisa memandang lepas ketinggian perbukitan berbaris yang di antaranya Gunung Singgalang dan Marapi.

Sungguh nikmat bersantai menghirup udara pagi sembari menyeruput kopi khas yang diracik khusus para barista PalantAbo, ditemani cemilan-cemilan khas daerah setempat. Pengunjung juga dapat menyaksikan langsung aktivitas nelayan di Danau Maninjau mencari ikan dengan jala (mamukek).

KopiKopi Ibrik khas PalantAbo Danau Maninjau, Kabupaten Agam. (Foto: Tagar/Rina Akmal)

Anda pernah mendengar Indonesia adalah negeri sejuta senja? Ya, di Danau Maninjau pun, terbenamnya matahari menjadi momen yang ditunggu-tunggu pengunjung PalantAbo. Setelah raja siang tenggelam di ufuk barat, kilauan lampu-lampu seperti mahkota perbukitan menyala mengelilingi Danau Maninjau. Suasana akan semakin sempurna jika bulan sedang penuh atau sedang bulan purnama.

PalantAbo dengan panjang sekitar 30 meter ini juga memiliki konsep yang unik, dengan sentuhan modern dan tidak meninggalkan identias daerah. Seperti menggunakan dama togok (lampu dengan bahan bakar minyak tanah) yang di letakkan di sejumlah meja dengan warna-warna netral, perpaduan kursi kayu dengan rotan, lampu petromax yang digantung di beberapa sudut ruangan.

Tak sekadar tempat bersantai, sejumlah pasangan calon pengantin juga memanfaatkan PalantAbo sebagai spot prewedding. Sebagian sudut ruangan juga dimanfaatkan sejumlah instansi pemerintah dan swasta untuk melakukan meeting.

Untuk pertama kalinya, PalantAbo menyajikan kopi asli Kabupaten Agam yang merupakan satu-satunya kopi ibrik (dimasak di atas pasir panas) ada di Sumbar. Dengan racikan khusus, sensasi yang akan dinikmati pun juga akan berbeda.

"Kopi ibrik dimasak di atas pasir. Di sini tersedia kopi khas daerah seperti kopi Data, Kamang, Simarasok, dan kopi Lasi. Dalam racikannya bahkan ada yang kita mix, misalnya kopi data dicampur kopi Kamang dan lainnya," kata Pengelola dan Penanggungjawab PalantAbo, Roy Zakaria Rindorindo beberapa waktu lalu.

Tempat ngopiPengunjung  bisa bersantai duduk di samping kolam renang. (Foto: Tagar/Rina Akmal)

Roy mengatakan, PalantAbo juga menyajikan kopi yang terbilang langka seperti kopi Luwak Liar dari Palupuah Agam, dan Gunung Semeru Peaberry (Jawa Timur). Kopi yang diracik juga dipesan langsung pada petani dengan kualitas premium.

"Biji kopi kita langsung pesan ke masyarakat di sini, dengan biji kopi pilihan. Rasanya juga memuaskan," tuturnya.

Jika penyajian kopi umumnya hanya menggunakan air panas, kopi di PalantAbo justru dimasak di atas pasir panas di dalam alat yang bernama ibrik. Racikan kopi di dalam ibrik diaduk-aduk hingga matang, setelah itu dituangkan ke dalam gelas dan siap disajikan.

Selain kopi ibrik, PalantAbo juga memiliki kopi andalan yaitu es kopi susu kekinian. Berbeda dengan yang anda nikmati di kebanyakan kedai kopi. Es kopi kekinian ini diracik dengan bahan-bahan berbeda seperti gula aren, kopi yang dibuat langsung dengan coffe maker, cream, dan tambahan susu segar (susu murni).

Menariknya lagi, PalantAbo tidak menggunakan pipet plastik untuk menyeruput kopi dan minuman lainnya, melainkan dengan alat sejenis buluh (bambu kecil). Hal itu salah satu upaya PalantAbo untuk mengurangi limbah plastik.

Es KopiEs kopi susu kekinian (dengan gula aren, susu segar, creamer, kopi pilihan dengan kualitas premium) yang menggunakan pipet dari buluh. (Foto: Tagar/Rina Akmal)

Kedai kopi ini juga menyediakan kopi talua (telor), teh tubruk, bandrek telur, kopi tubruk Aceh, kopi tuba, kopi telur (Vietnam), kopi Bonbom (Spanyol), wet capuccino, kopi ice cream, kopi alpukat, kopi cream dan sejumlah milk shake dan ice blended.

Selain minuman, PalantAbo juga menyediakan parabuang (cemilan) khas daerah setempat seperti palai rinuak, palai pensi (pensi atau rinuak ikan endemik danau yang sudah diaduk dengan bumbu, dipepes dengan daun pisang), bada goreng (ikan endemik danau Maninjau), kacang rebus matua, singkong goreng renyah, singkong kukus santan, pisang goreng madu, dan sejumlah aneka makanan khas lainnya.

Palai RinuakPalai Pensi dengan bumbu khas dari PalantAbo di Danau Maninjau. (Foto: Tagar/Rina Akmal)

Tidak main-main, PalantAbo dikelola langsung oleh seorang Roy Zakaria Rindorindo yang pernah menjadi bagian dari Hard Rock Caffe. "Pak Roy yang mengelola langsung PalantAbo kita ini. Beliau orang Hard Rock pertama yang datang ke Indonesia. Beliau juga pernah menjajal sejumlah kafe dan restoran ternama di sejumlah daerah di Indonesia," kata owner PalantAbo, Popi Mailani Rajo Bintang.

Alasan anak ketiga dari Rajo Bintang (pemilik Hotel Maninjau Indah) ini memilih konsep palanta adalah untuk mengingat dan menghidupkan kembali semangat ayahandanya dalam membangkitkan tradisi daerah. Serta menggairahkan kembali pariwisata di Sumbar khususnya di Kabupaten Agam.

"Kalau kita di kampung kan tidak kenal dengan coffee shop, kita biasanya menyebutnya palanta. Konsep palanta ini tidak hanya untuk duduk minum kopi saja, tapi juga menjadi tempat untuk berdiskusi tentang banyak hal, bonusnya adalah mempromosikan keindahan danau Maninjau," kata kakak dari Titi Sjuman dan Suci Indah Sari pemain film Si Manis Jembatan Ancol itu.

PalantAbo sendiri mulai dibuka sejak 9 Maret 2020 lalu, namun terpaksa ditutup sementara saat Covid-19 melanda Sumbar. Setelah kasus corona mulai melandai, PalantAbo kembali dibuka, tentunya tetap dengan menjalankan protokol kesehatan yang telah dianjurkan oleh pemerintah.

Salah seorang pengunjung PalantAbo, Joni, 34 tahun, mengaku baru pertama kali menyeduh kopi dengan kenikmatan yang berbeda. Menurutnya, bukan hanya cara penyajiannya saja yang unik menggunakan ibrik, tapi juga rasa kopinya yang sulit dilupakan.

"Rasanya unik, ada rasa kapulaga juga di dalamnya, kopinya beda, racikannya pas dan tidak berlebihan. Kalau yang suka kopi biasanya bisa membedakan, ada rasa yang unik di kopi ibrik ini," katanya.

Kedai kopiKursi dan meja dengan warna monokrom, yang dihiasi dengan dama togok (lampu dengan bahan bakar minyak tanah). (Foto: Tagar/Rina Akmal)

Joni mengaku senang menghabiskan akhir pekan di PalantAbo bersama keluarganya. Selain makanan, dan minumannya yang khas, suasana dan pemandangan PalantAbo juga tepat untuknya melepas penat dari rutinitasnya di Kota Padang.

"Saya juga tertarik dengan palai pensinya, rasanya beda dengan yang biasa saya makan di rumah makan di kawasan Agam ini," tuturnya.

Hal berbeda disampaikan Andam Dewi, 21 tahun. Dia merasa senang berkunjung ke PalantAbo karena selain minuman dan makanannya tidak tidak mahal, lokasi PalantAbo juga instagramable untuk berfoto dan selfie.

"Banyak sudut untuk berfoto, dan Selfi sama teman-teman. Pemandangannya indah, sejuk, dan tidak bising," katanya.

Untuk harga makanan dan minuman di PalantAbo juga tidak mencekik, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 25.000. Bagi yang ingin menyalurkan bakat bernyanyi, di PalantAbo juga disediakan gitar akustik dan beberapa alat musik. Disela-sela waktu juga diputar lagu-lagu dari para musisi legend seperti Padi, Dewa 19, Gigi, Naif, Naff, Sheila On 7, dan banyak lagi yang lainnya. []



Berita terkait
Bumbu Rahasia Tongseng Kambing di Yogyakarta
Potongan-potongan daging kambing setengah matang tertata di nampan anyaman bambu di sebuah warung tongseng terkenal sangat laris di Yogyakarta.
Malam Mencekam Kala Banjir Terjang Kampung Bantaeng
Banjir menerjang sejumlah perkampungan di Bantaeng. Malam itu benar-benar mencekam bagi kaum ibu dan anak, hingga mereka merasa trauma.
Kreator Komik Menjaga Eksistensi Wayang Jawa Timur
Meski sebagai kreator komik, Danar Dwi Putra ingin membuat ulang wayang Jawa Timuran yang sudah sangat sulit ditemukan.