Denpasar - Satu warga Denpasar, Emalia Mawar berbagi pengalaman usai dirinya dinyatakan sembuh dari Covid-19 atau virus corona. Emalia sebelumnya dirawat selama 17 hari di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Bali.
Melalui video streaming yang dibagikan Hubungan Masyarakat RSUP Sanglah Bali, Emalia bercerita bagaimana awalnya dia terinfeksi Covid-19. Bahkan dirinya pada saat itu merasa takut dengan stigma masyarakat tentang Covid-19.
Terus terang saya sedih dan ngeri juga karena saya tah, paradigma yang beredar di masyarakat ketika positif Covid-19 adalah penyakit berujung kematian.
Rasa takut dikucilkan dan stigma penyakit ini berujung pada kematian membuat sejumlah pasien menyembunyikan data rekam jejak diri. Selain itu, tak sedikit pasien terlambat ke dokter sehingga tiba di rumah sakit rujukan saat kondisi parah sehingga bisa menyulitkan penyembuhan.
"Terus terang saya sedih dan ngeri juga karena saya tah, paradigma yang beredar di masyarakat ketika positif Covid-19 adalah penyakit berujung kematian. Selain itu, pasien positif Covid-19 juga dianggap sebagai penular atau carrier bagi mereka," ujar Emalia.
Alasan itulah, perempuan 47 tahun ini sejak awal dinyatakan positif Covid-19, stigma itu berusaha dirinya lawan dan berusaha keras agar bisa sembuh. Semangat untuk sembuh ini ia dapat sangat besar dari seluruh tenaga medis di Sanglah.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada dokter, suster dan perawat kesehatan telah merawat saya. Mereka juga memberikan spirit dan semangat kepada saya untuk kami cepat sembuh," ujar Emilia.
Ditambahkannya, ia juga sangat berterima kasih kepada RSUP Sanglah memberikan fasilitas luar biasa. Selama 17 hari dirawat di Ruang Nusa RSUP Sanglah, Emilia menjadi pasien terlama yang dirawat yaitu dari tanggal 2–19 April 2020.
"Jadi untuk para pasien Covid19 jangan takut bahwa kita dapat melewati semua itu dan kita dapat sehat kembali," tuturnya.
Selain itu, ia juga berpesan kepada masyarakat khususnya di Bali agar sesegera mungkin memeriksakan diri ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya jika memiliki gejala seperti dirinya.
"Jangan takut, penyakit ini bisa sembuh. Untuk yang sehat tetap stay at home untuk memutus rantai penularan Covid-19. Dan jika anda harus keluar rumah jangan lupa pergunakan masker dan sering seringlah mencuci tangan untuk kesehatan kita semua," tutur Emalia.
Ia pun berbagi kondisi gejala yang ia sempat rasakan agar masyarakat lebih bisa mengambil sikap sesegera mungkin.
"Kalau ditanya terinfeksi dari mana, saya juga bingung karena selama 2 minggu saya setelah balik dari luar negeri saya tidak pernah bertemu dengan orang lain kecuali suami saya. Setelah saya kena Covid-19 beberapa anggota kami dan suami di tes dan mereka semua sehat aja," ucapnya.
Ia mengaku sebelum positif Covid-19, ia merasakan gejala demam tinggi dan pusing kepala tanpa disertai dengan batuk. Beberapa hari berikutnya muncul batuk dan mulai sesak nafas.
"Jadi itu hal yang menakutkan buat saya. Akhirnya saya pergi ke (RSUP) Sanglah. Di sana saya di cek darah dan foto rontgen thorax. Setelahnya saya dinyatakan saya kena pneumonia," tuturnya.
Ia harus menjalami isolasi awalnya di rumah selama 5 hari. Alasannya tidak ada kemajuan, ia pergi lagi ke RSUP Sanglah dan menjalani tes swab serta mulai opname.
"Swab pertama dan kedua hasilnya positif Covid-19. Dan hari itu juga saya masuk dan diopname di Sanglah Hospital."
Setelah sembuh ia mengaku pentingnya bersama-sama saling menyemangati agar semua bisa melewati pandemi ini.
"Kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah Bali saya ucapkan terima kasih untuk fasilitasnya kepada kami. Saya yakin dengan saling bergandeng tangan semua pihak kita semua dapat melalui wabah Covid-19," ujarnya. []