Sektor Jasa Keuangan Hong Kong Krisis Talenta

Sibree memilih kembali ke Australia daripada hidup terkekang lebih lama akibat pembatasan ketat virus corona (Covid-19) di kota itu
Distrik pusat keuangan di Hong Kong, China, 25 Juli 2019 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Tyrone Siu)

Jakarta – Akhir tahun 2021 lalu, Tania Sibree meninggalkan pekerjaannya sebagai pengacara jasa keuangan di Hong Kong yang bergaji tinggi. Sibree memilih kembali ke Australia daripada hidup terkekang lebih lama akibat pembatasan ketat virus corona (Covid-19) di kota itu.

Sibree mengaku menikmati lima tahun waktunya di Hong Kong sewaktu ia masih bekerja di sana. Ia adalah satu dari ratusan atau bahkan ribuan profesional ekspatriat asing yang hengkang atau berencana untuk pergi. Keputusan ‘bedol desa’ itu mengancam posisi kota itu sebagai salah satu pusat keuangan dunia.

"Karantina hotel membuat sulit orang untuk bepergian dan itu adalah insentif besar untuk berada di Hong Kong, dekat dengan rumah dan orang tua saya. Tetapi Anda tidak bisa melakukan itu selama itu di karantina hotel dengan anak-anak," katanya. "Semua orang berpikir pembatasan akan dicabut, dan kondisi akan menjadi lebih baik dan hal itu tidak akan berlangsung lama."

warga hong kong antre tes covidWarga berbaris di dekat kawasan bisnis Hong Kong untuk dites virus corona di pusat pengujian sementara Covid-19 pada 7 Januari 2022 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Hong Kong hanya mencatatkan sekitar 13.000 infeksi virus corona dari populasi 7,4 juta, jauh lebih rendah daripada sebagian besar tempat di dunia. Namun wilayah China tersebut mengikuti kebijakan "nol-Covid" Beijing daripada memilih untuk beradaptasi dengan hidup berdampingan dengan virus.

Hong Kong telah menerapkan karantina yang ketat selama dua tahun, dan tahun lalu memperkenalkan beberapa aturan masuk paling ketat di dunia. Aturan tersebut hanya memungkinkan penduduk asli yang dapat kembali ke kota. Selain itu Hong Kong juga menerapkan karantina hotel wajib hingga tiga minggu untuk kedatangan dari sebagian besar negara, terlepas dari status vaksinasi. Ironisnya pelancong harus merogoh kocek sendiri untuk membiayai karantina tersebut.

Namun, target "nol Covid" belum begitu efektif - terbukti 140 infeksi baru dilaporkan di Hong Kong pada Minggu - dan tidak ada tanda-tanda pemerintah melonggarkan pembatasan itu. Akibatnya, lebih banyak ekspatriat berpikir untuk pergi, dan bank global, manajer aset, dan firma hukum perusahaan menghadapi banyak staf mereka yang keluar setelah bonus tahunan dibayarkan dalam tiga bulan pertama tahun ini, kata pemburu bakat (headhunter) dan eksekutif industri kepada Kantor Berita Reuters.

trem di hong kongSebuah trem melewati pasar jalanan di distrik North Point Hong Kong pada 5 November 2021 (Foto: voaindonesia.com/AFP)

"Musim panas di Hong Kong akan menjadi saat di mana banyak orang akan menyerah dan berpikir 'Ini tidak bisa dipertahankan'," kata seorang bankir investasi pasar modal, dengan syarat anonim. "Sebagai seorang bankir sekarang, Anda jauh lebih baik tinggal di Singapura. Anda bisa bepergian, dan sekali atau dua kali setahun Anda bisa bersusah payah untuk datang ke Hong Kong dan melakukan karantina jika perlu."

Lebih dari 40 persen anggota yang baru-baru ini disurvei oleh Kamar Dagang Amerika di Hong Kong mengatakan mereka lebih mungkin meninggalkan Hong Kong, dengan sebagian besar mengutip pembatasan perjalanan internasional sebagai faktor utama.

Pemerintah Hong Kong meremehkan krisis talenta yang membayangi kota itu. Mereka mengatakan memerangi virus corona adalah prioritas utamanya, untuk kebaikan seluruh kota. Mereka juga menegaskan telah berinvestasi dalam bakat untuk mencegah kehilangan keahlian atau kerusakan statusnya sebagai pusat keuangan global.

"Kami percaya bahwa Hong Kong akan terus menyatukan bakat dari sumber lokal dan internasional," kata juru bicara pemerintah. "Pemerintah akan terus mempromosikan pengembangan diversifikasi di sektor keuangan, mendorong bakat lokal dan menarik bakat asing dalam berbagai aspek untuk dikaitkan dengan pembangunan jangka panjang ekonomi Hong Kong."

Populasi Hong Kong menurun 1,2% antara pertengahan 2020 dan pertengahan 2021, dengan lebih dari 75.000 orang meninggalkan kota, menurut Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong. Sejak September 2021, Hong Kong mengalami arus keluar bersih perjalanan selama lima bulan berturut-turut, ini menurut data Departemen Imigrasi.

Sementara itu, jumlah total pemohon visa dari semua negara di bawah 'kebijakan ketenagakerjaan umum' turun sepertiga tahun lalu menjadi 10.073. Pelamar untuk sektor jasa keuangan turun 23 persen (ah/rs)/Reuters/voaindonesia.com. []

Setelah Inggris Kembalikan Hong Kong ke China

Program Imigrasi Inggris Bisa Picu Eksodus Warga Hong Kong

Ribuan Warga Hong Kong Pindah ke Taiwan Tahun 2020

Pemimpin Hong Kong Dukung Reformasi Kucilkan Pemrotes China

Berita terkait
Sejumlah Elemen Masyarakat Taiwan Protes Tindakan Keras Hong Kong
Pertemuan di Taipei itu terjadi sehari setelah polisi Hong Kong menggerebek media berita online prodemokrasi, Stand News
0
Putra Mahkota Arab Saudi Melawat ke Turki
Persiapan untuk menghadapi kunjungan Presiden Joe Biden, Putra Mahkota Arab Saudi lakukan lawatan regional kali ini ke Turki