Bantaeng - Angin kencang jelang akhir musim kemarau ini merobohkan sebuah sekolah di Sinoa, Kabupaten Bantaeng, Selasa 22 Oktober 2019. Akibat diterjang angin, beberapa ruangan mengalami kerusakan dan proses belajar mengajar tidak bisa dilaksanakan di sekolah.
Peristiwa angin kencang itu mengakibatkan sebuah sekolah, yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Al-ihsan rusak parah. Bahkan angin yang bertiup merobohkan dan mengangkat tiang pondasi sekolah yang terletak di Erasayya, Desa Bonto Tiro, Kecamatan Sinoa, Bantaeng, ini
Kepala MTs Baharuddin menuturkan tiga kelas dan satu ruang kantor guru dan kepsek mengalami kerusakan. Selain itu ruangan perpustakaan beserta perabot hancur.
"Angin yang bertiup sangat kencang sehingga tiang yang menjadi pondasi sekolah sampai terangkat dan kemudian terbalik. Ada tiga ruang kelas yang rusak. Begitu pula ruang guru, kepsek dan perpustakaan," kata Baharuddin saat dijumpai Tagar, Rabu 23 Oktober 2019.
Akibatnya, 37 peserta didik dan 18 guru di sekolah ini tak bisa melangsungkan proses belajar mengajar di ruang kelas. Kegiatan itu kemudian dipindahkan untuk sementara waktu.
"Untuk sementara anak-anak belajar di masjid dulu sampai semua pulih kembali," kata Bahar, sapaan akrabnya.
Bahar berharap sekolah mendapat bantuan atas musibah tersebut. Bila mendapat bantuan dari Kementerian Agama Kabupaten Bantaeng, pemerintah setempat maupun BPBD Bantaeng, pihaknya segera membangun kembali ruang kelas maupun lainnya yang sudah roboh.
"Kami berharap ada bantuan karena ini bencana angin kencang yang mengakibatkan sekolah roboh. Kalau tidak ada bantuan, saya tidak tahu lagi berbuat apa. Ini jelas butuh waktu lama jika harus saya perbaiki," tuturnya.
Kerusakan bangunan sekolah akibat angin yang berdiri di atas lahan seluas 30 x 20 meter persegi itu memang sangat parah. Hanya tersisa toilet, bangku dan meja yang masih utuh. Sementara perabotan, termasuk lemari dan perangkat belajar lain sudah berserakan.
Menurut dia pembangunan sekolah ini hanya mengandalkan dana swadaya sejak 2015. Pembangunan yang dilakukan pun secara bertahap.
"Dulu kegiatan belajar mengajar kami masih di kolong-kolong rumah. Pembangunan dimulai dari atap. Saat sudah ada dana, kami mulai mengerjakan dinding luar. Begitu seterusnya, setiap kali mendapatkan uang, kami baru menbangun sedikit demi sedikit," ujarnya. []
Baca juga:
- Nelayan Bantaeng Hilang, Ditemukan Selamat di Bulukumba
- Mengungkap Legenda Ilmu Hitam Parakang di Bantaeng
- Kebakaran di Bantaeng Menelan Satu Korban Jiwa