Sejarah Pasar di Jakarta Sesuai Nama Hari

Dalam usia yang sudah tidak lagi muda banyak sekali sejarah di Jakata yang menarik kita telusuri. Satu di antaranya sejarah pasar.
Calon pembeli memilih sajadah di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis 2 Mei 2019. Menurut sejumlah pedagang, penjualan busana muslim menjelang bulan suci Ramadan dengan kisaran harga Rp 30.000 sampai Rp 700.000 per helai mengalami kenaikan 30 hingga 40 persen dibanding bulan sebelumnya. (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)

Jakarta - Jakarta sebagai ibu kota negara telah memasuki usia ke-492 tahun pada Jumat, 21 Juni 2019. Dalam usia yang sudah tidak lagi muda banyak sekali sejarah di Jakata yang menarik kita telusuri. Satu di antaranya adalah keberadaan sejumlah pasar dari zaman kolonial Belanda yang hingga kini masih berdiri. Tagar merangkumnya untuk Anda.

1. Pasar Senen

Pasar Senen (Welter Vreden) beraktivitas pada hari Senin. Dalam arsip kolonial, pasar pertama kali didirikan adalah Pasar Senen oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama Justinus Vinck di bagian selatan Castle Batavia tahun 1730-an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang saat ini dikenal dengan nama Pasar Senen. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat jual beli yang sah.

Kemudian masuk pada abad ke-19 atau di tahun 1801 pemerintah VOC memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya. Vincke Passer buka setiap hari Senin sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai Pasar Senen dan hingga saat ini nama tersebut masih melekat hingga diabadikan menjadi sebuah nama daerah.

2. Pasar Selasa

Pasar Selasa adalah Pasar Koja di Jakarta Utara. Justinus Vinck juga yang mendirikan Pasar Selasa. Pasar ini juga beraktivitas sesuai dengan harinya.

Banyak yang mengatakan sejak pertama kali dibangun memang tidak ada Pasar Selasa karena hari Selasa dianggap sebagai hari yang kurang baik untuk berdagang oleh warga Betawi saat itu.

Hal ini disebabkan karena pedagang yang berjualan di Pasar Selasa tidak hanya warga asli Jakarta saja, tapi ada pedagang dari keturunan Tionghoa juga. Pedagang dari keturunan Tionghoa ini tetap ingin berjualan pada hari Selasa, yang kemudian membuat pedagang lokal ikut berjualan.

Untuk mengatasi mitos tentang hari yang tidak baik, nama Pasar Selasa akhirnya diganti menggunakan nama lokasi pasar tersebut menjadi Pasar Koja.

Sama seperti pasar-pasar lainnya, Pasar Koja menjual berbagai barang. Namun, pasar ini lebih terkenal sebagai pasar yang banyak menjual emas dengan kualitas yang bagus.

Pasar SenenPasar Senen tempo dulu. (Foto: Wikimedia Commons)

3. Pasar Rebo

Pasar ini menggeliat pada hari Rabu yang kini menjadi Pasar Induk Kramatjati. Sebagai gantinya, saat ini Pasar Rabu yang disebut Pasar Rebo sudah menjadi nama sebuah kecamatan di daerah Jakarta Timur.

Pasar Rabu dipindahkan ke Jalan Raya Bogor dan menjadi Pasar Induk Kramatjati karena lokasi sebelumnya dianggap kurang cocok sebagai tempat untuk aktivitas jual beli. Pasar Rabu sudah berganti nama menjadi Pasar Induk Kramat Jati. Perubahan nama Pasar Rabu ini disebabkan karena lokasi pasar yang dipindah oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.

Pasar Rabu dipindahkan ke Jalan Raya Bogor dan menjadi Pasar Induk Kramatjati karena lokasi sebelumnya dianggap kurang cocok sebagai tempat untuk aktivitas jual beli.

Sekarang, pasar ini terkenal dengan dengan barang dagangan berupa sayur mayur yang dijual di Pasar Induk Kramatjati.

4. Pasar Kamis

Pasar yang buka pada hari Kamis adalah Mester Passer yang kini disebut Pasar Jatinegara. Diperkirakan cikal bakal Pasar Jatinegara adalah pasar di depan gerbang Benteng Belanda Meester Cornelis sekitar tahun 1770-an. 

Dahulu di kawasan Jatinegara yang disebut kawasan Meester Cornelis berdiri benteng untuk menjaga akses arah Buitenzorg (Bogor). Deskripsi gambar daerah Meester Cornelis digambar oleh pelukis Johannes Rach. Dia adalah pelukis topografi VOC berkembangsaan Denmark yang tinggal di Batavia tahun 1763 hingga dia meninggal tahun 1783. Sampai saat ini di depan gerbang Pasar Jatinegara ada tulisan Pasar Mester

5. Pasar Jumat

Pasar Lebakbulus adalah yang buka pada hari Jumat. Pasar Jumat lebih dikenal dengan nama Pasar Lebak Bulus karena lokasinya berada di Jalan Raya Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Kabarnya pasar ini terancam punah karena ada pembangunan jalur MRT. Pasar Klender dan Pasar Cimanggis dulunya juga hanya menggeliat pada hari Jumat.

Pasar Mester JatinegaraPasar Mester Jatinegara. (Foto: Wikipedia)

6. Pasar Sabtu

Pasar Sabtu adalah Pasar Tanah Abang sebelum berganti nama. Pasar Tanah Abang berdiri sejak 30 Agustus 1735. Dulu, Pasar Tanah Abang bernama Pasar Sabtu. Pasar ini dibangun oleh Yustinus Vinck. Yustinus Vinck mendirikan Pasar Tanah Abang Pasar atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini. 

Izin yang diberikan saat itu untuk Pasar Tanah Abang adalah untuk berjualan tekstil serta barang kelontong dan hanya buka setiap hari Sabtu. 

Oleh sebab itu, pasar ini disebut Pasar Sabtu. Pasar ini mampu menyaingi Pasar Senen (Welter Vreden) yang sudah lebih dulu maju.

Pasar itu sempat porak-poranda dalam tragedi Chineezenmoord pada 1740. Yaitu, peristiwa pembantaian orang-orang China, perusakan harta benda, termasuk Pasar Tanah Abang diporakporandakan dan dibakar.

7. Pasar Minggu

Pasar Minggu merupakan kawasan atau perkampungan tua di Jakarta Selatan. Tempat itu menjadi salah satu ikon penting dalam sejarah kota Jakarta.

Sejak dahulu hingga sekarang tempat itu merupakan pasar, yang juga terdapat terminal bus dalam kota. Sebelum tahun 1920, lokasi Pasar Minggu (Tanjung Oost Passer) berada di Kampung Lio, pinggir Kali Ciliwung. Banyak pedagang China yang menjual beras.

Disebut Pasar Minggu karena dulunya kegiatan pasar hanya berlangsung pada hari Minggu. Pada zaman itu bangunan pasarnya terbuat dari bambu beratapkan bahan atep, yakni terbuat dari daun kelapa atau dari bahan alang-alang. Bangunan pasar belum permanen.

Kegiatan di pasar tersebut meliputi perdagangan berbagai macam kebutuhan sehari-hari dan pakaian. Selain itu juga ada permainan judi seperti dadu koprok dan pangkalan ronggeng yang dikenal dengan sebutan Doger.

Lokasi Pasar Minggu pada 1920 dipindahkan ke dekat jalan, yaitu dekat rel kereta api, dan bersebarangan dengan terminal bus.

Kemudian pada 1930, pemerintah Belanda membangun pasar dengan lantai ubin bertiang besi dan beratap seng. Lokasinya, di terminal bus dan tempat PD Pasar Jaya sekarang ini.

Pasar tersebut menjual berbagai kebutuhan seharai-hari, pakaian dan juga buah-buahan. Kegiatannya pun tidak hanya berlangsung pada hari Minggu, tapi paling ramai tetap pada hari Minggu.

VOC Korupsi

Perbedaan pengoperasian pasar ini dilakukan VOC (Vereenidge Oostindische Compagnie/Perusahaan Dagang Belanda) dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam berkunjung dan lebih mengenal suatu pasar.

Sayangnya, kebijakan berlakunya hari kerja pasar tidak berlangsung lama. Sebab, sejak VOC bangkrut akibat banyak pejabat yang korupsi. Pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda. 

Sejak zaman Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlaku lagi hingga sebagian besar pasar buka setiap hari meski terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.

Di zaman Hindia-Belanda pada akhir abad ke-19 inilah banyak bermunculan pasar-pasar baru yang lebih modern, seperti Passer Baroe, Passer Glodok, Toko Merah. Pasar-pasar yang muncul pada era abad ke-19 akhir hingga awal abad ke-20 menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.

Baca juga:

Berita terkait
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.