Sejarah Pasar Tanah Abang

Pasar Tanah Abang adalah pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara. Pembeli yang datang dari penjuru pelosok negeri.
Pasar Tanah Abang pada tahun 1900-an. (Foto: Wikipedia)

Jakarta - Pasar Tanah Abang adalah pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara. Pembeli yang datang ke Pasar Tanah Abang dari penjuru pelosok negeri hingga mancanegara semisal Malaysia. Dari mulai berdiri hingga kini, Pasar Tanah Abang telah mengalami banyak perubahan bangunan dan desain.

Sejarah Pasar Tanah Abang berdiri sejak 30 Agustus 1735. Dulu, Pasar Tanah Abang bernama Pasar Sabtu. Pasar ini dibangun oleh Yustinus Vinck. Yustinus Vinck mendirikan Pasar Tanah Abang Pasar atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini. 

Izin yang diberikan saat itu untuk Pasar Tanah Abang adalah untuk berjualan tekstil serta barang kelontong dan hanya buka setiap hari Sabtu. 

Oleh sebab itu, pasar ini disebut Pasar Sabtu. Pasar ini mampu menyaingi Pasar Senen (Welter Vreden) yang sudah lebih dulu maju.

Pasar itu sempat porak-poranda dalam tragedi Chineezenmoord pada 1740. Yaitu, peristiwa pembantaian orang-orang China, perusakan harta benda, termasuk Pasar Tanah Abang diporakporandakan dan dibakar. 

Dalam peristiwa Chineezenmoord, Belanda membunuh orang-orang China, merampas harta benda mereka, dan membakar kebun-kebun mereka.

Ramadan di Tanah AbangCalon pembeli memilih sajadah di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis 2 Mei 2019. Menurut sejumlah pedagang, penjualan busana muslim menjelang bulan suci Ramadan dengan kisaran harga Rp 30.000 sampai Rp 700.000 per helai mengalami kenaikan 30 hingga 40 persen dibanding bulan sebelumnya. (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)

Pasca tragedi tersebut, Pasar Tanah Abang berangsur pulih dan kembali dibangun pada 1881. Yang tadinya pasar dibuka hari Sabtu, ditambah hari Rabu. Sehingga Pasar Tanah Abang dibuka dua kali sepekan. Perputaran uang di Tanah Abang kembali hidup pada abad ke-20, ketika saudagar China dan Arab banyak bermukim di Tanah Abang yang dikembalikan peruntukannya sebagai pasar oleh Belanda.

Pasca tragedi tersebut, Pasar Tanah Abang berangsur pulih dan kembali dibangun pada 1881. Yang tadinya pasar dibuka hari Sabtu, ditambah hari Rabu. Sehingga Pasar Tanah Abang dibuka dua kali sepekan.

Bangunan pasar pada mulanya sangat sederhana. Terdiri dari dinding bambu dan papan serta atap rumbia dari 229 papan dan 139 petak bambu. 

Pasar Tanah Abang terus mengalami perbaikan hingga akhir abad ke-19 dan bagian lantainya mulai dikeraskan dengan pondasi adukan. 

Pasar Tanah Abang kembali diperbaiki pada 1913. Pada tahun 1926, pemerintah Batavia membongkar Pasar Tanah Abang dan diganti bangunan permanen berupa tiga los panjang dari tembok dan papan serta beratap genteng, dengan kantor pasarnya berada di atas bangunan pasar mirip kandang burung. 

Ramadan di Tanah AbangPengunjung memadati "Skybridge" Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sabtu 4 Mei 2019. Warga Jakarta dan sekitarnya sudah mulai memadati kawasan tersebut untuk berbelanja perlengkapan dan kebutuhan menyambut bulan Ramadan. (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)

Pelataran parkir di depan pasar menjadi tempat parkir kuda-kuda penarik delman dan gerobak. Di situ tersedia kobakan air yang cukup besar, dan di seberang jalan ada toko yang khusus menjual dedak makanan kuda. 

Beberapa puluh meter dari toko dedak ada sebuah gang yang dikenal sebagai Gang Madat, tempat lokalisasi para pemadat. Pada zaman pendudukan Jepang, pasar ini hampir tidak berfungsi, dan menjadi tempat para gelandangan.

Pasar Tanah Abang semakin berkembang setelah dibangunnya Stasiun Tanah Abang. Di tempat tersebut mulai dibangun tempat-tempat seperti Masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang keduanya seusia dengan Pasar Tanah Abang. 

Pada tahun 1973, Pasar Tanah Abang diremajakan, diganti dengan 4 bangunan berlantai empat, dan sudah mengalami dua kali kebakaran. Pertama, tanggal 30 Desember 1978, Blok A di lantai tiga dan kedua menimpa Blok B tanggal 13 Agustus 1979. Pada 1975, tercatat kiosnya ada 4.351 unit dengan 3.016 pedagang.  

Pasar Tanah AbangPasar Tanah Abang. (Foto: Antara)

Menjadi Pusat Grosir

Pasar Tanah Abang tumbuh pesat sebagai pusat grosir tekstil. Pasar itu menjadi salah satu pusat perekonomian di Jakarta dengan perputaran uang hingga Rp 75 miliar. Seribuan pedagang memadati pasar tersebut

Pasar ini tidak lagi buka Sabtu dan Rabu. Pasar Tanah Abang beroperasi setiap hari dari pagi hingga petang. Bangunannya pun tampak mewah karena ada perbaikan di setiap blok. Pasar itu pun telah dilengkapi fasilitas AC.

Pasar Tanah Abang terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu Tanah Abang Metro, Tanah Abang Lama dan Tanah Abang AURI. 

Tanah Abang Lama terdiri dari beberapa blok, antara lain blok A, B dan F. Sementara Tanah Abang AURI memiliki blok yang lebih banyak, yaitu A, B, C, D, E, F, G, AA, BB dan CC.

Pasar itu menyediakan beragam macam barang. Mulai dari busana seperti pakaian muslim, baju batik, kerudung, mukena, busana hajian, pakaian anak-anak. Juga perlengkapan rumah tangga, dari spring bed, gorden, seprai, handuk, hingga keset. Kemudian, di sana bisa menemukan banyak aksesori, seperti kalung, gesper, gelang, bros. Tak ketinggalan ada pula tas cantik dan koper yang bisa ditemukan.

Tanah Abang SemrawutKondisi kawasan Tanah Abang saat ini kembali semrawut, pedagang kaki lima berjualan di trotoar pasar Tanah Abang blok F, Jakarta, Sabtu (28/4). (Foto: Ant Galih Pradipta)

Pasar Semerawut 

Pasar Tanah Abang terus menjadi perhatian warga. Sebab, tak hanya penuh dengan pengunjung yang berbelanja, lokasi di luar gedung pun dipenuhi oleh pedagang kaki lima (PKL). Belum lagi kemacetan yang tampaknya selalu saja hadir setiap harinya. 

Ditambah dengan tingkat kriminalitas yang menjadi ketakutan orang-orang jika berada di sana. Untuk PKL, pada 2013 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pernah mencoba merelokasi para PKL. Terutama yang berada di kawasan dekat dengan Stasiun Tanah Abang untuk pindah ke gedung Blok G pasar. Namun, karena sepi pengunjung, para pedagang kembali mengokupasi jalur pedestrian. Hal tersebut pun menjadi persoalan di lapangan.

Kemacetan Tanah AbangKemacetan di Tanah Abang. (Foto: Antara)

Saat ini, wajah Tanah Abang disebabkan ada sarana transportasi kereta yang menghubungkan Tanah Abang dengan pusat perekonomian lainnya. Padahal, dulu perjalanan dari atau ke Tanah Abang ditempuh dengan delman, oprek, hingga trem. 

Namun, kini orang-orang bisa dengan mudah bisa sampai di Pasar Tanah Abang. Pengunjung diberikan banyak pilihan mulai dari kereta rel listrik (KRL), transjakarta, kopaja, metromini, taksi, bajaj, ojek, juga transportasi online. 

Baca juga:

Berita terkait
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.