Sejarah Lampung sebagai The Treasure Of Sumatera

Sebelum jadi Provinsi, Lampung merupakan karesidenan yang tergabung dengan provinsi Sumatera selatan dan dikenal sebagai The Treasure Of Sumatera.
Sejarah Lampung sebagai The Treasure Of Sumatera. (Foto: Tagar/Dok Lampung)

Jakarta – Sebelum menjadi Provinsi, Lampung merupakan karesidenan yang tergabung dengan provinsi Sumatera selatan. Sejak dulu, Lampung sudah menunjukkan potensi yang besar dengan corak kebudayaan tersendiri, yang kemudian dikenal sebagai The Treasure Of Sumatera.

Ketika Banten dibawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa pada 1651 sampai 1683, Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatera dan Maluku. 

Upaya memperluas kekuasaan wilayah Banten Sultan Ageng selalu mendapat hambatan karena dihalangi oleh VOC yang bercokol di Batavia. Sultan Haji yang merupakan putera Sultan Ageng ditugaskan menggantikan kedudukan mahkota kesultanan Banten.

Belanda membenci kejayaan Sultan Banten, sehingga Belanda selalu berusaha menguasai kesultanan Banten, dan pada akhirnya berhasil membujuk Sultan Haji.

Sultan Haji kemudian berselisih paham dengan ayahnya, yaitu Sultan Ageng. Dalam perlawanan untuk menghadapi ayahnya, Sultan Haji meminta bantuan dari Belanda dan sebagai imbalannya, Sultan haji akan menyerahkan penguasaannya atas daerah Lampung kepada Belanda.

Pada 7 April 1682 Sultan Ageng disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten. Lalu pada 27 Agustus 1682 muncul piagam dari Sultan Haji hasil perundingannya dengan Belanda, yang menyatakan bahwa sejak saat itu penguasaan perdagangan rempah-rempah diserahkan kepada Belanda. 

Hal itu sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di Lampung Namun, perdagangan antara VOC dengan lampung mengalami kegagalan. Karena ternyata tidak semua penguasa di Lampung  tunduk pada kekuasaan Sultan Haji yang masih bersekutu dengan Belanda.

Hal ini menimbulkan keraguan dari Belanda apakah Lampung memang berada dibawah kekuasaan Sultan Banten, yang akhirnya diketahui bahwa penguasaan Banten atas lampung tidaklah mutlak. 

Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut ‘jenang’ atau disebut Gubernur hanya mengurus perdagangan hasil bumi seperti lada. Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang terpencar pada setiap desa atau kota yang disebut Adipati secara hierarkis tidak berada dibawah koordinasi penguasaan ‘jenang’.

Penguasaan Sultan Banten atas Lampung hanya dalam hal garis pantai saja. Dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi yang terutama lada dengan begitu, hubungan antara Banten-Lampung jelas saling membutuhkan satu sama lain. 

Selanjutnya pada masa pemerintahan Raffles di tahun 1811, ia menduduki daerah semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles menganggap Lampung bukan jajahan Belanda. 

Namun, setelah Raffles meniggalkan Lampung akhirnya pada tahun 1829 ditunjuk residen Belanda untuk Lampung hingga menjelang kemerdekaan Indonesia dan juga perjuangan fisik.

Setelah itu, Putra lampung terus terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan penjajah yang silih berganti. Hingga pada tahun 1964 keresidenan Lampung di tingkatkan menjadi daerah tingkat 1 Provinsi Lampung. 

(Selfiana)

Berita terkait
Warga Membakar Kantor Polsek Candipuro Lampung Selatan
Kekecewaan warga terhadap polisi yang dianggap tidak bisa menjamin keamanan warga, membuat warga marah dan membakar kantor Polsek Candipuro.
Arkeolog Temukan Lampu Minyak Bersumbu Berusia 2.000 Tahun
Arkeolog menemukan lampu minyak langka lengkap dengan sumbu yang berusia 2.000 tahun di Yerusalem
Dufan Bakal Hadir di Bakauheni Lampung dengan Nama Krakatau Park
Kementerian BUMN akan membangun destinasi wisata atraksi seperti Dufan bernama Krakatau Park di kawasan wisata terpadu Bakauheni Lampung.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.