Sejarah Kota Yogyakarta, Dulu dan Sekarang Babat Alas

Hari ini, 7 Oktober, Kota Yogyakarta merayakan hari jadinya yang ke-264. Ada persamaan sejarah, dulu dan sekarang, yakni sama-sama babat alas.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti (tengah) didampingi Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi (kiri) menerima potongan tumpeng saat perayaan HUT Kota Yogyakarta ke-264 secara virtual di Grha Pandawa, kompleks balai kota, Rabu, 7 Oktober 2020. (Foto: Humas Pemkot Yogyakarta/Tagar)

Yogyakarta - Hari Ulang Tahun (HUT) ke-264 Kota Yogyakarta, 7 Oktober 2020, diharapkan menjadi titik balik Kota Yogyakarta dalam perkembangan selama ini. Dulu dan sekarang, sama-sama babat alas, namun dalam pengertian yang berbeda.

Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi pun meyakininya. Terlebih di era pandemi saat ini, hari jadi kota yang terkenal dengan slogan Yogyakarta Berhati Nyaman itu juga bisa menjadi titik balik dalam Tumapak Ing Jaman Anyar, sesuai dengan tema HUT Kota Yogyakarta tahun ini.

“Kalau dahulu rakyat babat alas untuk membangun ibu kota, sekarang ini bersama-sama babat alas untuk Tumapak Ing Jaman Anyar. Makanya kami pilih tema itu karena ini sama halnya dengan babad alas,” kata Heroe usai menghadiri perayaan HUT Kota Yogyakarta ke-264 secara virtual di Grha Pandawa, kompleks balai kota, Rabu, 7 Oktober 2020.

Baca Juga:

Berbeda dengan tahun sebelumnya, peringatan hari jadi Kota Yogyakarta tahun ini digelar sederhana secara virtual, sebagai upaya pencegahan penyebaran virus di kota ini.

Menurut Heroe, penetapan tanggal 7 Oktober kali ini menyesuaikan pembangunan Keraton Yogyakarta baru di mana Raja Sri Sultan Hamengku Buwono I kala itu membutuhkan ibu kota Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Singkat cerita, kata dia, raja Ngayogyakarta saat itu memerintahkan untuk babad alas atau pembukaan hutan.

Kalau dahulu rakyat babat alas untuk membangun ibu kota, sekarang ini bersama-sama babat alas untuk Tumapak Ing Jaman Anyar.

Lokasi yang dipilih saat itu disebut Hutan Beringin yakni terdapat desa kecil bernama Pacethokan, serta terdapat pesangrahan yang diberi nama Garjitowati. “Rakyat saat itu diminta untuk babad alas Beringin untuk dijadikan ibu kota,” imbuh dia.

Selama buka alas, Sri Sultan Hamengku Buwono I tinggal untuk sementara di Pesanggrahan Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Setahun setelah babad alas selesai, dan Keraton siap ditempati untuk singgah keluarga raja, saat itu pula dijadikan hari lahir Kota Yogyakarta, pada 7 Oktober 1756.

“Tugas pemerintah saat ini adalah membuka pikiran baru, atau babat alas untuk kenormalan baru di era pandemi yang masih terjadi,” kata Wawali.

Baca Juga:

Sementara itu Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang juga turut hadir dalam perayaan HUT Kota Yogyakarta mengajak seluruh warganya untuk semangat menyambut era adaptasi kebiasaan baru (AKB). 

"Tentunya kondisi pandemi ini menuntut semuanya untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan tanpa mengurangi sedikit pun kemeriahan dan suasana kegembiraan menyambut bertambahnya usia Kota Yogyakarta tercinta,” ucap Haryadi.

Seperti peringatan tahun lalu, peringatan HUT Kota Yogyakarta mengangkat tema Festival Jogja Kota, hanya saja untuk tahun 2020 ini ada sesanti atau tagline yang diangkat yaitu Tan Mingkuh Tumapak ing Jaman Anyar, yang memiliki makna pantang mundur, penuh semangat memasuki era adaptasi kebiasaan baru.

“Tema dan sesanti ini sangatlah tepat melihat kondisi situasi yang terjadi saat ini, sebagai warga masyarakat Kota Yogyakarta, hendaknya kita semua harus tetap semangat, pantang mundur, dalam menghadapi segala tantangan yang ada,” ungkapnya. []

Berita terkait
Dipendam Pandemi, Pameran Komik Karya Pelajar di Yogyakarta
Sebanyak 30 komik karya siswa-siswa dari seluruh SMA/SMK di DIY dipamerkan dalam event Pameran Yogyakarta Komik Weeks 2020 di Sunobudoyo.
Alasan Wali Kota Yogyakarta Larang Istrinya Maju Pilkada
Jabatan Wali Kota Yogyakarta berakhir dua tahun lagi. Haryadi Suyuti menegaskan melarang istrinya maju pilkada. Ini alasannya.
200 Karya Hadir dalam Nandur Srawung di TBY Yogyakarta
Sekitar 200 karya hadir dalam pameran Nandur Srawung di TBY Yogyakarta. Seniman, kurator, akademisi, pengelola gaaleri berpartisipasi di dalamnya.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.