Jakarta - Sejarah Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia dimulai sejak masa kolonial Belanda. Pada tahun 1916, Mangkunegara VII di Surakarta memprakarsai berdirinya Javaansche Padvinders Organisatie.
Kemudian, tahun 1923 berdiri Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung, disusul berdirinya Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO) pada tahun yang sama di Jakarta. Pada tahun 1926, kedua organisasi ini melebur menjadi satu dengan nama Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung.
Dewan Perwakilan Rakyat secara resmi mengesahkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka pada 26 Oktober 2010. Dengan adanya UU ini secara otomatis membuat Pramuka tidak lagi menjadi organisasi tunggal untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Tetapi organisasi profesi juga diperbolehkan untuk menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.
Secara internasional, gerakan Kepanduan disebut Scouting atau Scout Movement. Awal mulanya gerakan ini dicetuskan seorang anggota angkatan darat di Inggris Robert Baden-Powell.
Kemudian secara bertahap gerakan Kepanduan mulai tersebar ke seluruh dunia hingga di Indonesia. Hari lahir Robert Baden-Powell pada tanggal 22 Februari diperingati sebagai Hari Pramuka Internasional. Dia lahir di London pada 22 Februari 1857.
Pramuka di Zaman Republik Indonesia
Gerakan Pramuka secara resmi lahir pada tahun 1961. Hal ini bermula dari keinginan Presiden Soekarno untuk menyatukan oraganisasi kepanduan yang jumlahnya sangat banyak sementara anggotanya hanya sedikit.
Melalui Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana, Soekarno kemudian menunjuk panitia untuk membentuk Gerakan Pramuka dipimpin Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Nama Pramuka dicetuskan HB IX terinspirasi dari kata Poromuko yang berarti pasukan terdepan dalam perang. Kemudian, kata Pramuka tersebut diterjemahkan menjadi Praja Muda Karana yang berarti “Jiwa Muda yang Gemar Berkarya”.
Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai Hari Pramuka yang setiap tahun diperingati seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Maka, setiap tanggal 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka. Misi utama gerakan Pramuka adalah untuk mendidik pemuda dan pemudi Indonesia, dari usia anak-anak, demi meningkatkan rasa cinta tanah air dan bela negara.
Sultan HB IX menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pertama dan terpilih kembali sampai 4 periode selanjutnya hingga tahun 1974. Ia berjasa melambungkan Pramuka Indonesia hingga ke luar negeri. Maka, gelar Bapak Pramuka Indonesia disematkan kepada Raja Yogyakarta ini.
Sementara itu, lambang Pramuka berupa Tunas Kelapa disahkan dalam Keppres Nomor 238 Tahun 1961.
Tujuan Gerakan Pramuka
Memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani.
Menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia, dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik, dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup, dan alam lingkungan.
Daftar Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
1961–1974 Sri Sultan Hamengkubuwono IX
1974–1978 Letjen. M. Sarbini
1978–1993 Letjen. Mashudi
1993–1998 Letjen. Himawan Soetanto
1998–2003 Letjen. Rivai Harahap
2003–2013 Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH
2013–2018 Adhyaksa Dault
2018-2023 Komjen (Purn) Budi Waseso. []