Sebagian Besar Kematian Migran dalam 10 Tahun Terakhir Akibat Tenggelam

Tenggelam telah menjadi penyebab terbesar kematian migran selama 10 tahun terakhir, dengan jumlah korban mencapai 36.000
FILE - Seorang migran dibantu mengevakuasi perahu karet yang kempes sebagian oleh petugas penyelamat kapal kemanusiaan SOS Mediterranee Ocean Viking di Laut Mediterania Tengah, Rabu, 13/3/2024. (Foto: voaindonesia.com/Johanna de Tessieres/SOS Mediterranee via AP, HO)

TAGAR.id - Tenggelam telah menjadi penyebab terbesar kematian migran selama 10 tahun terakhir, dengan jumlah korban mencapai 36.000. Hal ini dikatakan oleh staf badan migrasi PBB, Selasa (26/3/2024).

Dari 64.000 kematian migran yang dicatat oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), sebuah organisasi di bawah PBB selama satu dekade terakhir, hampir 60 persennya terkait dengan tenggelam.

Dari kematian di laut, lebih dari 27.000 terjadi di Laut Tengah, sebuah rute yang selama bertahun-tahun dilalui oleh banyak migran yang mencoba mencapai Eropa selatan dari Afrika utara. Namun IOM menekankan bahwa angka-angka yang dipublikasikan dalam laporan tersebut tidak lengkap.

Dari jumlah tersebut yang tercatat, dua dari tiga kasus masih belum teridentifikasi. Pada lebih dari separuh kasus, IOM bahkan tidak dapat menentukan jenis kelamin atau usia migran.

migran berenangFILE - Para migran berenang di samping perahu kayu mereka yang terbalik saat akan diselamatkan oleh LSM Spanyol Open Arms di laut Mediterania, selatan pulau Lampedusa Italia, 11/8/2022. (Foto: voaindonesia.com/AP/Francisco Seco, file)

Meskipun datanya terbatas, IOM mencatat kematian "hampir 5.500 perempuan" dan "hampir 3.500" anak-anak di jalur migrasi itu. Dan dalam kasus-kasus yang dapat diidentifikasi, lebih dari sepertiganya berasal dari “negara-negara yang berkonflik atau memiliki populasi pengungsi yang besar”.

Angka tersebut menyoroti “bahaya yang dihadapi oleh mereka yang berusaha melarikan diri dari zona konflik tanpa jalur yang aman”, katanya.

Lebih dari 8.500 orang meninggal dalam jalur migrasi di seluruh dunia pada tahun 2023, menjadikannya tahun paling mematikan sejak IOM mulai mengumpulkan data satu dekade lalu. Sejauh ini pada tahun 2024, angkanya “tidak kalah mengkhawatirkan”, kata organisasi tersebut.

Untuk rute Laut Tengah, jumlah kedatangan telah menurun dibandingkan tahun 2023, namun "jumlah kematian hampir sama tingginya dengan tahun lalu".

IOM mengatakan ada “kebutuhan mendesak untuk memperkuat kapasitas pencarian dan penyelamatan”, serta “jalur migrasi yang aman dan teratur” untuk mencegah kematian lebih lanjut.

Di laut, bantuan yang lebih besar diperlukan bagi para migran yang berada dalam kesulitan “sesuai dengan hukum internasional dan prinsip kemanusiaan”, kata IOM. (ab/lt)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Paus Fransiskus Hanya Berkaca di Hilir Terkait dengan Eksodus Pengungsi
Paus Fransiskus menyasar negara-negara yang menolak pengungsi dengan jargon moral “bak pemadam kebakaran” dan hanya bicara di hilir