Sanggupkah Industri Event di Bali Hadapi Terjangan Covid-19

Jika seorang turis MICE menghadiri sebuah konferensi atau event, keluarga pun diajak untuk sekalian berlibur di Bali dengan biaya sendiri tentunya.
Gelaran Acara di sebuah venue yang biasanya menjadi andalan industri pariwisata Bali yang banyak berharap pada turis MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition) yang bisa mendatangkan devisa berlipat lipat untuk Indonesia. (Foto: Tagar/Nila Sofianty)

Denpasar, Bali - Selama ini turis China menempati posisi tiga teratas jumlah kunjungan ke Bali juga ke Indonesia. Meski begitu, pada awal mulai hilangnya wisatawan China di Bali, karena wabah virus Covid-19 di Wuhan, China, Pulau Dewata amat berharap pada wisatawan bisnis, MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition).

Turis MICE baik dari negara lain maupun domestik yang datang ke Bali dalam rangka berbisnis menggelar konferensi dan event lainnya, fakta memang bisa berlipat-lipat memberi kontribusi pada pendapatan dunia pariwisata juga devisa negara.

Bagaimana tidak, jika seorang turis MICE menghadiri sebuah konferensi atau event, keluarga pun diajak untuk sekalian berlibur di Bali dengan biaya sendiri tentunya. Mumpung acara ke Bali, bapak senang, ibu happy, dan anak-anak gembira, begitu ungkapannya.

Itulah harapan besar bertumpu pada event-event gelaran acara yang diarahkan ke sejumlah destinasi wisata andalan Indonesia termasuk Bali. Bahkan Presiden Jokowi mengimbau semua institusi pemerintah untuk memindahkan pertemuan kerja, rapat-rapat ke Bali.

Jalan sebentar, memang memberi harapan cerah pada perekonomian Bali, tapi rupanya wabah virus terus menjalar ke lebih dari 100 negara di dunia dan akhirnya dinyatakan sebagai pandemi dunia. Seruan social distancing pun berlaku menyeluruh di Indonesia, termasuk Bali.

Seakan lampu yang mulai mengedip kembali padam, begitulah hantaman pukulan yang dirasakan pelaku usaha industri Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran atau dikenal dengan MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition) ini.

Bayangkan sebentar lagi Lebaran, lalu adanya berbagai kewajiban di bank yang terus berjalan. Namun kini tak ada pemasukan karena semua event ditunda bahkan dibatalkan.

Industri Event BaliGelaran Acara di sebuah venue yang biasanya menjadi andalan industri pariwisata Bali yang banyak berharap pada turis MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition) yang bisa mendatangkan devisa berlipat lipat untuk Indonesia. (Foto: Tagar/Nila Sofianty)

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Industri Event Indonesia (Ivendo) Bali Grace Jeanie mengatakan kepada Tagar, Jumat, 20 Maret 2020, industri event di Bali kurang lebih juga mengalami persoalan sama seperti daerah lain dan mencoba bertahan di tengah ketidakpastian ini.

“Tantangan nyata di depan mata bagi perusahaan EO di seluruh Indonesia kini adalah likuiditas keuangan. Bayangkan sebentar lagi Lebaran, lalu adanya berbagai kewajiban di bank yang terus berjalan. Namun kini tak ada pemasukan karena semua event ditunda bahkan dibatalkan,” tutur Grace.

Tantangan lainnya adalah penalti-penalti atas adanya penundaan dan pembatalan yang diterapkan mitra bisnis seperti dari maskapai penerbangan, hotel, venue, artis management dan lain lain.

"Banyak EO melaporkan bahwa mereka tetap harus menanggung penalti pembatalan dengan kondisi umum, bahkan ada hotel yang menerapkan bahwa deposit tidak bisa dikembalikan meski keadaan force-majeur," ujar Grace.

Industri Event di BaliGelaran Acara di sebuah venue yang biasanya menjadi andalan industri pariwisata Bali yang banyak berharap pada turis MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition) yang bisa mendatangkan devisa berlipat lipat untuk Indonesia. (Foto: Tagar/Nila Sofianty)

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali Trisno Nugroho pada awal merebaknya virus, sempat berharap banyak pada induatri MICE. "April 2020 rencananya ada event internasional farmasi dengan sekitar 2.000 peserta. Juni ada pertemuan bidan internasional di Bali dengan 4.000-an peserta juga,” katanya.

Waktu itu ia mendorong Bali Convention, Exhibition, dan Bureau (BaliCEB) yang belum lama terbentuk agar memenangkan bidding-bidding besar di luar negeri dan mendatangkan turis MICE ke Bali. Baik skala lokal, regional, nasional, hingga internasional.

Saat itu Trisno mengatakan konferensi di dunia sangat banyak dan potensial. Selama ini negara besar seperti Tiongkok, Hongkong, dan Singapura, mendapatkan konferensi skala besar ini. Dengan kondisi China saat itu, mereka mungkin saja melakukan renegosiasi tahun ini maupun tahun depan untuk membatalkan MICE di China. Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia, khsusunya Bali mendapatkan bidding MICE ini.

Ada secercah harapan peluang MICE dunia bisa masuk ke Bali, sehingga sumbangan sektor pariwisata terhadap ekonomi Bali, tetap terjaga dan pertumbuhan ekonomi tetap meningkat. Sebab kinerja ekonomi Bali tidak terlepas dari perkembangan kinerja pariwisata.

Tapi apa mau dikata, saat ini malah industri MICE di Bali meski bertahan di tengah terjangan wabah virus corona yang di Indonesia malah semakin meningkat dari hari ke hari entah sampai kapan. Sementara China tempat asal virus ini mulai muncul, malah berangsur pulih.

Industri Event BaliGelaran Acara di sebuah venue yang biasanya menjadi andalan industri pariwisata Bali yang banyak berharap pada turis MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition) yang bisa mendatangkan devisa berlipat lipat untuk Indonesia. (Foto: Tagar/Nila Sofianty)

Ketua Umum Dewan Industri Event Indonesia (Ivendo) Mulkan Kamaludin juga mengakui situasi tersebut. Bahwa industri event di Indonesia adalah satu di antara produk industri pariwisata di Indonesia yang terkena dampak wabah virus corona.

"Terkait hal itu, pelaku usaha menyebut pembatalan event MICE mencapai hampir 50 persen di paruh pertama 2020. Saat ini sekitar minimal 50 ribuan pekerja kreatif pada industri ini terancam kehilangan pekerjaan di seluruh Indonesia. Ratusan penggiat event yang notabenenya backbone dari event tourism terancam gulung tikar,” ujar Mulkan.

Ia juga mengatakan telah terjadi 96.43 % kasus penundaan dan 84.86 % kasus pembatalan event di 17 provinsi setelah pengumuman resmi pemerintah tanggal 2 Maret 2020 tentang adanya kasus positif corona di Indonesia.

Potensial loss dari event yang ditunda dan dibatalkan, cukup besar. Estimasinya dari 1.218 organizers di seluruh Indonesia minimal Rp 2,69 triliun dan maksimal Rp 6,94 triliun.

Di samping itu para organizers juga mengalami potensial loss pada dana-dana (deposit) yang sudah terlanjur dibayarkan atau terlanjur diproduksi. “Tiga porsi terbesar adalah di vendor produksi sebesar 26,23 persen, kedua adalah venue 22.30 persen, dan diikuti artis, talent, pengisi acara 16.72 persen,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa dari event yang dibatalkan umumnya 39.25 % berasal dari permintaan klien sendiri. Sisanya ada dari kesepakatan bersama 28.50 %, mengikuti imbauan pihak otoritas 29.44 %, dan organizer sendiri 2,8 %. “Lokasi kegiatan event ini ada yang di dalam dan luar negeri,” katanya.

Oleh karena itu, Ivendo mewakili seluruh penggiat event di Indonesia mengeluarkan pernyataan sikap.

  • Meminta para klien yang telah menggunakan jasa organizers untuk tetap menunaikan kewajiban atas event-event yang mungkin ditunda dan atau dibatalkan secara sepihak karena adanya wabah.
  • Meminta pemerintah mendorong semua instansi yang kegiatannya menggunakan jasa professional organizer untuk melakukan percepatan pencairan pembayaran.
  • Meminta dan mengajak seluruh mitra kerja yang terlibat dalam event-event yang tertunda dan atau dibatalkan seperti penyedia jasa akomodasi dan venue, transportasi darat, perusahaan penerbangan, jasa produksi dan manajemen artis dan lain-lain untuk mencari solusi yang win win serta tidak mengambil keuntungan sendiri dalam situasi yang serba sulit seperti saat ini.
  • Meminta pemerintah dan lembaga keuangan untuk memberikan relaksasi termasuk di dalamnya penangguhan atau cuti dalam melakukan pembayaran kewajiban perbankan baik bunga maupun pokok pinjaman atas fasilitas kredit yang diterima oleh pelaku usaha pariwisata khususnya pada industri event, baik korporasi maupun perorangan.
  • Meminta pemerintah memberikan relaksasi PPh 21, PPh 23 dan PPh 25 dan pajak-pajak lain yang berhubungan dengan aktivitas industri event untuk membantu likuiditas pekerja maupun perusahaan.
  • Pembebasan pembayaran iuran BPJS Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan untuk membantu likuiditas pekerja dan perusahaan.

Mulkan berharap dengan adanya pernyataan sikap ini, semua pihak bisa memaklumi dengan segera ditindaklanjuti dengan pertemuan-pertemuan yang produktif dan efektif untuk menemukan jalan terbaik. Wabah Covid-19 adalah pandemi global yang membawa keprihatinan bersama. []

Baca juga:

Berita terkait
Pagi Sunyi di Arumba Manggarai Timur NTT
Sunyi menyergap pagi di pengujung Maret 2020, seperti tak ada kehidupan di sudut Arumba di Manggarai Timur NTT pada masa pandemi Covid-19
Pandemi Membuat Dunia Serasa Berhenti Berputar
Dunia seolah berhenti berputar di tengah pandemi Covid-19. Orang-orang terpenjara di dalam rumah masing-masing. Situasi ini juga terjadi di Mamuju.
Debryna Dewi Lumanauw, Dokter Cantik di RS Covid-19
Dokter Debryna Dewi Lumanauw menceritakan hari-harinya bekerja di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Simak penuturannya.
0
Gelar Apresiasi 'Setapak Perubahan Polri', Masyarakat Dukung Polri Agar Lebih Baik Lagi
Sigit menekankan, Polri selalu berkomitmen membuka dan memberikan ruang kepada seluruh elemen masyarakat untuk menyampaikan pendapat.