Jakarta -Direktur Rumah Milenial Indonesia Wilayah DKI Jakarta, Yulius Carlos Wawo, meminta Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) jangan dijadikan komoditas politik dan propaganda bangkitnya komunis di Indonesia.
"Kami melihat banyak anggota dewan dan partai politik yang buang badan dan membawa ego kelompoknya masing-masing. Sebagian partai sepertinya hanya menjadikan isu RUU HIP ini sebagai komoditas politik untuk saling menyerang dan menjatuhkan, bukan mencoba mencari solusi penyelesaian," katanya.
Menurut Carlos, Pancasila sebagai falsafah hidup dan dasar negara sudah final dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Namun yang menjadi persoalan saat ini adalah bagaimana mengimplementasikan dan membumikan Pancasila di dalam kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia.
"Hentikan upaya menjadikan isu RUU HIP dan bangkitnya komunis sebagai komoditas politik. Kami mengharapkan para tokoh dan elit politik dapat duduk bersama-sama merumuskan bagaimana pengamalan dan pembumian nilai-nilai Pancasila, agar peradaban Indonesia yang berlandaskan Pancasila dapat berlangsung beratus-ratus tahun ke depan," kata Carlos.
Hal yang sama disampaikan aktivis muda, Bimo Sakti Kriznanda. Menurutnya propaganda isu bangkitnya komunisme di tengah masyarakat harus segera dihentikan karena menimbulkan keresahan dan perpecahan di tengah masyarakat. Apalagi jika isu bangkitnya komunisme ini tidak bisa dibuktikan dan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pihak tertentu saja.
"Isu bangkitnya komunisme belakangan ini telah menyebabkan masyarakat terbelah. Saya harap ini harus segera dihentikan apalagi masyarakat kita saat ini sedang berjuang untuk menghadapi dampak dari pandemi Covid-19. Jangan takuti dan resahkan masyarakat karena isu yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya," kata Bimo.
Ia melihat isu bangkitnya komunis adalah upaya untuk menakuti masyarakat dan menduga ada oknum elit politik yang sengaja menghembuskan dan merawat isu ini untuk mendiskreditkan pemerintah.
"Masyarakat harus cerdas menyikapi isu yang belum ada pembuktiannya. Di sisi lain, saya melihat kebutuhan mendesak pembumian nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda. Saya harapkan pemerintah, eksekutif, tokoh agama, dan masyarakat dapat menemukan formula yang paling tepat, sehingga generasi milenial tidak kehilangan jati diri dan pemahaman tentang Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia," katanya. []