Manila – Pasukan Filipina telah menewaskan seorang komandan utama pemberontak di wilayah terpencil di selatan negara itu. Militer Filipina menggambarkan aksi mereka sebagai serangan berani, sementara para pemimpin pemberontak mengganggapnya sebagai penyergapan.
Jorge Madlos, yang dikenal dengan julukan Ka Oris, selama puluhan tahun dikenal sebagai tokoh terkemuka dan juru bicara para gerilyawan komunis di daerah pegunungan di selatan Filipina.
Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, Senin, 1 November 2021, mengatakan, pasukan pemerintah menewaskan Madlos di provinsi Bukidnon pada Sabtu. Ia menggambarkan kematian salah satu pemimpin pemberontak itu sebagai pukulan besar bagi kelompok gerilyawan Tentara Rakyat Baru.
Komandan militer regional, Mayor Jenderal Romeo Brawner, mengatakan bahwa penduduk desa memberi tahu militer tentang kehadiran sekitar 30 pemberontak, yang mengadakan diskusi dengan penduduk di sebuah desa terpencil di dekat kota Impasug-ong. Pesawat-pesawat tempur kemudian dikerahkan untuk menembakkan roket ke posisi-posisi pemberontak, yang menurut militer dilindungi oleh ranjau darat, sebelum serangan darat digelar.
Setelah baku tembak yang berlangsung kurang dari satu jam, pasukan menemukan mayat Madlos yang berusia 72 tahun dan ajudan medisnya, bersama sejumlah senapan serbu dan amunisi mereka, kata Brawner.
''Keadilan telah ditegakkan bagi warga sipil tak berdosa dan komunitas mereka yang diterornya selama puluhan tahun,'' kata Brawner kepada wartawan.
Para gerilyawan mengeluarkan pernyataan yang berbeda. Mereka mengatakan -- dalam sebuah pernyataan yang diposting di sebuah situs web yang terkait dengan kelompok itu -- bahwa Madlos yang sakit-sakitan sedang bepergian dengan seorang petugas medis dengan sepeda motor untuk mendapatkan perawatan medis ketika pasukan pemerintah menembak mati mereka. Pemberontak mengatakan baik Madlos dan ajudan medisnya tidak bersenjata dan menambahkan bahwa tidak ada serangan udara militer atau baku tembak yang terjadi sebelumnya.
Para komandan militer Filipina menuding Madlos dan kelompoknya selama bertahun-tahun melakukan serangan mematikan terhadap pasukan keamanan. Kelompok itu juga dituding melakukan serangkaian serangan terhadap perusahaan pertambangan, perkebunan nanas dan perkebunan pertanian lainnya untuk mendapatkan uang,
Madlos dipersalahkan oleh militer karena membantu merencanakan serangan yang melibatkan 200 gerilyawan di tiga kompleks pertambangan nikel di Provinsi Surigao del Norte pada 2011. Salah satu perusahaan yang diserang, produsen nikel terbesar di negara itu yang sahamnya sebagian dimiliki oleh perusahaan Jepang Sumitomo Corp., terpaksa menghentikan sementara operasi penambangannya menyusul penggerebekan tersebut (ab/uh)/voaindonesia.com. []
9 Tersangka Pemberontak Komunis Filipina Tewas
14 Warga Filipina Tertangkap di Kalimantan Utara, ISIS?
Filipina Tunda Pemilu di Wilayah Muslim yang Bergejolak
Militer Filipina dan Indonesia Siap Gempur Simpatisan ISIS