Rupiah Sesi Pagi Menguat, Imbas Spekulasi The Fed

Spekulasi pasar terhadap bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan memangkas suku bunga berimbas terhadap rupiah yang di sesi pagi menguat
Ilustrasi. (Foto: Pixabay/Mohammad Trilaksono)

Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di sisi perdagangan Jumat pagi, menguat menjadi Rp 14.137 per dolar AS menyusul spekulasi pasar terhadap The Fed yang akan memangkas suku bunga. "Laporan data ekonomi Amerika Serikat yang lemah telah memicu spekulasi pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed (bank sentral AS)," kata Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, 4 Oktober 2019.

Rupiah terpantau bergerak menguat sebesar 36 poin atau 0,25 persen menjadi Rp 14.137 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.173 per dolar AS. Sebelumnya pada penutupan perdangangan Kamis naik tipis naik tipis 0,13 persen atau 22 poin menjadi Rp 14.173 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.195 per dolar AS.

Ariston mengatakan indeks manufaktur AS yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) mengalami kontraksi ke level 47,8 di bulan September. Setiap angka di bawah level 50 memberi sinyal kontraksi. Sedangkan, indeks nonmanufaktur dari ISM di level 52,6 untuk periode September. Sebelumnya para ekonom memperkirakan di level 55,3.

Sementara itu, Automatic Data Processing (ADP) menunjukan jumlah tenaga kerja sektor swasta di Amerika Serikat di September hanya meningkat 135.000, sedikit lebih rendah dari estimasi pasar untuk kenaikan 140.000. Selanjutnya, kata Ariston, fokus pasar akan tertuju pada rangkaian data tenaga kerja AS lainnya, diantaranya laporan non farm payroll, bila hasil yang dilaporkan turun dari data bulan sebelumnya, maka spekulasi pemangkasan suku bunga acuan AS semakin kuat di pasar. "Pada akhir Oktober ini, sedianya the Fed akan melaksanakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), kebijakan suku bunga akan menjadi sorotan," katanya.

Direktur Utama Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan Bank Indonesia yang diperkirakan masih melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi dalam perdagangan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) turut menjadi penopang rupiah. DNDF merupakan transaksi derivatif valuta asing (valas) terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) berupa transaksi forward (berjangka) dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik.

Berita terkait
Ketika Habibie 'Jinakkan' Rupiah dari 15.000 ke 6.550
Habibie dihantam badai krisis moneter saat jadi presiden. Namun, ia mampu jinakkan rupiah dari 16.800 ke 6.550 per dolar AS.
Tren Positif, Rupiah Naik Tipis 0,13 Persen
Melanjutkan tren positif di sesi pagi, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan sore hari menguat tipis 0,13 persen.
Dintervensi BI, Rupiah Menguat Lagi
Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar keuangan domestik sehingga rupiah terapresiasi. Intervensijuga seiring dengan redanya aksi demo.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.