Dintervensi BI, Rupiah Menguat Lagi

Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar keuangan domestik sehingga rupiah terapresiasi. Intervensijuga seiring dengan redanya aksi demo.
Ilustrasi. (Foto: Pixabay/Mohammad Trilaksono)

Jakarta - Nilai tukar  rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu, 2 Oktober 2019 sore mengalami penguatan (apresiasi) menyusul intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar keuangan. Pergerakan rupiah ini  menguat 18 poin atau 0,13 persen menjadi Rp 14.195 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.213 per dolar AS.

"Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar keuangan domestik sehingga rupiah terapresias. Intervensi itu juga bersaman dengan mulai jenuhnya pelaku pasar terhadap dolar AS yang telah terapresiasi dalam beberapa hari terakhir," ujar Kepala Riset Valbury Asia Future Lukman Leong seperti diberitakan dari Antara.

Menurut Lukman Leong,  intervensi BI terhadap rupiah itu juga seiring dengan mulai redanya aksi demonstrasi di dalam negeri. Ia mengharapkan situasi politik dan keamanan di dalam negeri terus berangsur membaik. 

Dari eksternal, lanjut dia, dolar AS juga sedang mengalami tekanan menyusul data Indeks Manufaktur AS  September yang di bawah ekspektasi. Selanjutnya, pelaku pasar menanti data pekerja AS terbaru dan hasil pertemuan Amerika Serikat dan Cina mengenai perang dagang. "Potensi rupiah melanjutkan apresiasi masih terbuka, asalkan data AS di bawah ekspektasi dan tensi perang dagang yang mereda," kata Lukman Leong.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan  menurunnya tensi politik dalam negeri pasca demonstrasi RUU KUHP dan Revisi UU KPK juga sedikit meredakan sentimen negatif yang beredar di pasar. "Diharapkan tidak ada lagi gesekan-gesekan yang dapat memicu kekisruhan," katanya. Ia memproyeksikan pada perdagangan Kamis, 3 Oktober 2019, rupiah masih terbuka peluang untuk melanjutkan penguatan meski terbatas, di kisaran Rp14.165-Rp14.205 per dolar AS.

Seperti diberitakan sebelunya, kondisi politik sosial domestik kembali memanas akibat aksi demonstrasi yang telah terjadi kurang lebih seminggu berturut-turut membuat rupiah melemah. Aksi demonstrasi diprediksi masih akan terus berlanjut.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta, Selasa pagi, 1 Oktober 2019, diperkirakan masih akan melanjutkan pelemahan yang terjadi pada awal pekan lalu. Pada pukul 10.45 WIB, rupiah melemah 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp 14.198 per dolar AS dibandingkan sebelumnya Rp 14.195 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu, 2 Oktober 2019 sore mengalami penguatan (apresiasi) menyusul intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar keuangan. Pergerakan rupiah ini menguat 18 poin atau 0,13 persen menjadi Rp 14.195 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.213 per dolar AS.

"Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar keuangan domestik sehingga rupiah terapresias. Intervensi itu juga bersaman dengan mulai jenuhnya pelaku pasar terhadap dolar AS yang telah terapresiasi dalam beberapa hari terakhir," ujar Kepala Riset Valbury Asia Future Lukman Leong seperti diberitakan dari Antara.

Menurut Lukman Leong, intervensi BI terhadap rupiah itu juga seiring dengan mulai redanya aksi demonstrasi di dalam negeri. Ia mengharapkan situasi politik dan keamanan di dalam negeri terus berangsur membaik.

Dari eksternal, lanjut dia, dolar AS juga sedang mengalami tekanan menyusul data Indeks Manufaktur AS September yang di bawah ekspektasi. Selanjutnya, pelaku pasar menanti data pekerja AS terbaru dan hasil pertemuan Amerika Serikat dan Cina mengenai perang dagang. "Potensi rupiah melanjutkan apresiasi masih terbuka, asalkan data AS di bawah ekspektasi dan tensi perang dagang yang mereda," kata Lukman Leong.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan menurunnya tensi politik dalam negeri pasca demonstrasi RUU KUHP dan Revisi UU KPK juga sedikit meredakan sentimen negatif yang beredar di pasar. "Diharapkan tidak ada lagi gesekan-gesekan yang dapat memicu kekisruhan," katanya. Ia memproyeksikan pada perdagangan Kamis, 3 Oktober 2019, rupiah masih terbuka peluang untuk melanjutkan penguatan meski terbatas, di kisaran Rp14.165-Rp14.205 per dolar AS.

Seperti diberitakan sebelunya, kondisi politik sosial domestik kembali memanas akibat aksi demonstrasi yang telah terjadi kurang lebih seminggu berturut-turut membuat rupiah melemah. Aksi demonstrasi diprediksi masih akan terus berlanjut.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta, Selasa pagi, 1 Oktober 2019, diperkirakan masih akan melanjutkan pelemahan yang terjadi pada awal pekan lalu. Pada pukul 10.45 WIB, rupiah melemah 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp 14.198 per dolar AS dibandingkan sebelumnya Rp 14.195 per dolar AS.

Berita terkait
Bank Indonesia Tangkal Uang Palsu dengan 3D
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko menyatakan untuk tangkal uang palsu dengan 3D.
Hari Ini Batas Akhir Penukaran Uang Lama di Bank Indonesia
Setelah tanggal 30 Desember 2018 uang lama tersebut tidak dapat ditukarkan kembali.
DPR Setuju Perry Warjiyo Gubenur Bank Indonesia
DPR setuju Perry Warjiyo Gubenur Bank Indonesia. Wakil Ketua DPR RI, Taufik Kurniawan mengetukkan palu tanda persetujuan.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.