Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan nilai tukar rupiah yang saat ini melemah, disebabkan beberapa faktor. Salah satunya imbas dari penyebaran virus corona atau COVID-19.
Tapi, Airlangga memilih untuk menyerahkan pada bursa selaku otoritas, untuk mendongkrak nilai tukar rupiah tersebut.
"Bursa punya beberapa alat itu. Tentu harapannya alat bursa itu bisa dirumuskan," kata Airlangga di Jakarta, Jumat, 28 Februari 2020 seperti dilansir dari Antara.
Baca juga: OJK Sebut Virus Corona Penyebab Pelemahan IHSG
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah, seiring beralihnya investor ke aset investasi berisiko rendah atau safe haven karena khawatir dampak wabah COVID-19.
Pada pukul 10.02, rupiah bergerak melemah 65 poin atau 0,46 persen menjadi Rp 14.090 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp 14.025 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menuturkan melemahnya nilai tukar rupiah memang imbas dari penyebaran virus corona.
"Sentimen kelihatannya masih belum membaik. Tekanan terhadap aset berisiko karena peningkatan penyebaran wabah virus corona di luar China, masih besar," ujar Ariston.
Tak hanya nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan (IHSG) juga mengalami pelemahan yang terus berlanjut. Juru Bicara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sekar Putih Djarot mengatakan pelemahan IHSG beberapa hari ini sejalan dengan tekanan yang terjadi di berbagai bursa saham dunia, salah satunya imbas dari penyebaran virus corona atau COVID-19.
"Kondisi ini dilatarbelakangi oleh sentimen negatif penyebaran virus corona yang semakin meluas ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Tagar, Jumat, 28 Februari 2020.
Sekar menambahkan otoritas saat ini terus melakukan upaya mitigasi dan pencegahan agar risiko tekanan terhadap perekonomian tidak berlanjut. Salah satu yang menjadi fokus perhatian adalah perkembangan dan situasi pada pasar modal.
Berdasarkan data yang dikutip dari WHO/China National Health Commission saat ini ada 49 negara yang sudah teridentifikasi terkena virus corona dengan total 82.000 kasus dan 2.800 kematian. Sedangkan di China teridentifikasi 78.000 kasus, 2.747 kematian, dan dinyatakan sembuh sebanyak 32.531. []