RSUD Kota Malang Antisipasi Lonjakan Pasien Corona

RSUD Kota Malang disiapkan sebagai pusat penanganan awal pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona sebelum dirujuk ke RSSA Malang.
Humas Satgas penanganan Covid-19 Pemkot Malang dr Husnul Muarif. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

Malang - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Malang melakukan penambahan jumlah tempat tidur untuk mengantisipasi adanya lonjakan pasien pasca dua orang terkonfirmasi positif Covid-19 atau virus corona. Alasannya, RSUD Kota Malang sebagai pusat penanganan awal pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona.

Hubungan Masyarakat Satuan Tugas penanganan Covid-19 Pemkot Malang dr Husnul Muarif menyampaikan rumah sakit milik pemerintah daerah itu akan menjadi pusat dalam penanganan awal sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang. Apalagi, status siaga darurat untuk Kota Malang sudah ditetapkan sejak Senin 16 Maret 2020.

Mungkin, semua dicurigai itu masuk di RSUD dulu. Apabila nantinya perlu adanya tindakan-tindakan, kami sudah ada bantuan PDPI se Malang Raya yang akan bergantian berada di RSUD.

"Pak Wali (Wali Kota Malang Sutiaji) ingin Pemerintah Kota Malang itu juga hadir dan berkontribusi dalam memutus penyebarannya. Nah, salah satunya kita memaksimalkan RSUD Kota Malang ini sebagai fungsi basecamp daripada Covid-19 ini," ujarnya kepada Tagar, Kamis, 19 Maret 2020.

Dijelaskan Husnul, RSUD berada di Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang ini akan dikhususkan untuk orang dicurigai terinfeksi virus corona. Pasien tersebut akan diisolasi di rumah sakit tersebut sebelum akhirnya benar-benar dirujuk ke RSSA Malang.

"Mungkin, semua dicurigai itu masuk di RSUD dulu. Apabila nantinya perlu adanya tindakan-tindakan, kami sudah ada bantuan PDPI (Persatuan Dokter Paru Indonesia) se Malang Raya yang akan bergantian berada di RSUD. Kalau memang memerlukan tindakan khusus atau isolasi khusus. Nah, ini baru nanti ke RSSA Malang" kata dia.

Untuk prosesnya, dia menyampaikan masih dalam tahap persiapan segala sesuatunya. Terutama sarana dan prasarana. Karena, hal tersebut dikatakannya akan merubah tatanan pelayanan maupun ruangannya.

"Secepatnya kita upayakan. Dan ini sudah masuk di dalam anggaran Pemkot Malang," kata dokter yang juga Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Malang ini.

Dia menambahkan untuk kapasitas ketersediaan ruang isolasi beserta bed, menurutnya tidak perlu dikhawatirkan. RSUD Kota Malang, kata Husnul, memiliki banyak ruangan di tiga lantai bisa digunakan untuk memuat pasien dengan sekitar 200 tempat tidurnya.

"Ini (RSUD Kota Malang) kita bicarakan dulu dengan Pak Wali (Sutiaji). Artinya, kalau memang nanti dipusatkan di RSUD. Tapi, kemarin sudah masuk dan dikomunikasikan dengan beberapa pihak pula," tuturnya.

Terlepas dari itu, dia menyebutkan yang juga perlu diperhatikan yaitu ketersediaan alat pelindung diri (APD) tenaga medisnya. Untuk pengadaannya tentu dikatakan Husnul akan difasilitasi dan disediakan oleh Pemkot Malang.

"Makanya, kalau memang sudah terpusat di RSUD. Semua petugas kesehatan, berapa jumlahnya di situ itu harus diberikan dan disediakan APD," terangnya.

Karena RSUD Kota Malang masih dalam persiapan untuk dijadikan pusat penanganan awal pasien yang dicurigai terinfeksi virus corona. Dia menyebutkan masih belum diketahui berapa total angka pastinya dokter spesialis yang akan bertugas di rumah sakit tersebut.

Selain itu, APD juga akan disediakan kepada keluarganya yang mendampingi. Tapi untuk yang keluarga, dia mengatakan pihaknya membatasi untuk bisa masuk atau kunjungan dalam kasus-kasus seperti ini.

"Sebenarnya, kita sudah sedia APD. Tapi selama ini terbatas hanya untuk petugas dan kegiatan-kegiatan tertentu," ujarnya.

Mekanisme seperti apa, dia menerangkan pasien yang dicurigai itu akan diperiksa dan dirunut riwayatnya. Apakah masuk indikasi atau tidak untuk dinyatakan suspek virus corona.

"Kurang lebihnya seperti itu. Tapi, tetap nantinya untuk yang menentukan suspek atau tidaknya itu adalah petugas kesehatan setelah ada uji lab di Surabaya," tuturnya.

Bandara Ngurah Rai BaliBandara I Gusti Ngurah Rai Bai menerapkan jarak 1 meter bagi penumpang sebagai pencegahan virus corona. (Foto: Tagar/Nila Sofianty)

Bandara Ngurah Rai Atur Tempat Duduk 1 Meter

Sementara itu, Pengelola Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali menerapkan kebijakan social distancing untuk mengurangi potensi penularan virus corona. Dengan kebijakan itu, pengguna bandara diminta mengatur jarak minimal satu meter dengan orang lain saat berada di area publik.

Humas Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Arie Ahsan mengatakan sejumlah langkah dilakukan diantaranya tempat duduk terpasang panduan jarak duduk di ruang tunggu terminal dengan menempelkan stiker panduan untuk mengatur jarak antar calon penumpang di ruang publik.

Selain itu, juga mengatur antrian penumpang berangkat dan datang agar tetap terjaga jarak sepanjang 1 meter di sejumlah area pelayanan publik bandara lainnya guna meminimalisir potensi penyebaran virus corona.

"Saat peak hour terlihat penumpang sudah mematuhi aturan batasan 1 meter jarak dengan pengunjung lain. Namun saat traffic menurun atau di waktu bukan peak hour tidak terlihat antrian sesuai dengan batasan yang telah kita tetapkan. Namun semua itu tidak mengurangi pelayanan yang kita lakukan untuk penumpang," ujarnya kepada Tagar saat dihubungi melalui telepon.

Arie mengatakan langkah ini juga untuk mendukung kiat pemerintah atas kebijakan social distancing yang juga berlaku di bandara.

"Hal ini akan diberlakukan sampai situasi membaik dan sampai dicabutnya pemberlakuan social distancing dari pemerintah," imbuh Arie.

Pemberlakuan social distancing di Bandara mulai diberlalukan pada Rabu 18 Maret 2010. Ada beberapa program yang dilakukan, di antaranya memasang stiker di beberapa titik antrian maupun di boarding gate pada saat penumpang akan boarding masuk ke pesawat.

"Kita melakukan pembatasan sitting passanger dengan lay out kursi, ada jeda-jeda kursi kita pasang striker untuk mengosongkan kursi berjarak 1 meter sehingga pengunjung tak berdekatan satu sama lain untuk mencegah jika ada penumpang sakit tidak menularkan pada penumpang lain," jelas Ari.

Selain itu manajement pengelola bandara juga memasang foot step atau foot mark di elevator dan lift sehingga dengan kapasitas elevator atau kapasitas lift tertentu bisa hanya untuk maksimal 4 atau 5 orang saja. []

Berita terkait
RSSA Malang Umumkan 2 Pasien Positif Corona
Dari dua pasien positif virus corona yang dirawat di RSSA Malang, satu pasien dinyatakan meninggal dunia adalah perempuan warga Kabupaten Malang.
Satgas Lacak Tempat Mahasiswa Malang Positif Corona
Satgas Covid-19 Pemkot Malang melacak 5 tempat yang pernah didatangi mahasiswa PTN di Malang yang positif terinfeksi virus corona.
Mitigasi Corona, Perayaan HUT Kota Malang Ditunda
Wali Kota Malang Sutiaji juga meluruskan pernyataannya yang akan menutup pintu masuk dari dan menuju Kota Malang.
0
Emma Raducanu dan Andy Murray Optimistis Bertanding di Wimbledon
Raducanu, 19 tahun, akan melakukan debutnya di Centre Court ketika dia bermain melawan petenis Belgia, Alison van Uytvanck