Rocky Gerung, Melupakan Akal Sehat Demi Prabowo

Menolak pembusukan filsafat.
Akademisi dan aktivis Rocky Gerung (tengah) bersiap menjalani pemeriksaan di Ditkrimsus, Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (1/2/2019). Rocky Gerung diperiksa oleh penyidik terkait ujarannya bahwa kitab suci itu fiksi dalam program 'Indonesia Lawyers Club' (ILC) yang ditayangkan di tvOne. (Foto: Antara/Reno Esnir)

Jakarta, (Tagar 13/2/2019) - Mantan dosen Universitas Indonesia (UI) Rocky Gerung kini tersangkut masalah pidana. Dia dilaporkan oleh Jack Lapian, karena diduga menistakan agama dalam narasi kitab fiksi saat berbicara di acara Indonesia Lawyers Club pada 2017.

Nama Rocky pun mendadak tersohor bak selebritis, semenjak wajahnya sering mewarnai layar kaca menjadi pahlawan kubu yang terus menerus menguliti berbagai kebijakan pemerintahan Joko Widodo, salah satunya saat ia beropini soal jalan tol.

Dalam dialog publik bertajuk Menolak Pembusukan Filsafat yang terselenggara di Tjikinii Lima Cafe & Resto, Jakarta, Rabu (13/2), dosen filsafat UI Donny Gahral berpendapat Rocky Gerung saat ini diibaratkan selayaknya hamba sahaya politik yang hanya membenarkan kepentingan politik semata membela calon presiden nomor urut dua (02), Prabowo Subianto. Ia sangat menyayangkan Rocky telah kehilangan akal sehat, bukan justru mencari kebenaran.

"Membicarakan Pilpres. Lalu apa fungsi filsafat ketika dia masuk ke diskusi publik, masuk ke urusan publik, masuk ke perkara publik. Jadi saya pikir yang paling penting klarifikasi. Sehingga kita bergunjing dengan konsep dan pikiran yang jernih. Bukan retorika, bukan sofisme yang sebenarnya adalah tiada harganya di mata kebenaran," ujarnya.

Baca juga: Suka Kritik Tanpa Data, Dosen Filsafat: Rocky Gerung Filsuf KW, Bukan Ori

Menurut dia, ruang publik adalah ruang pikiran yang dipertukarkan, sehingga konsep-konsep yang Rocky Gerung lontarkan selama ini ada baiknya mesti diklarifikasi terlebih dahulu.

"Jadi bukan seharusnya dia menggunakan kosa-kata filsafat untuk mendukung suatu kepentingan kepentingan politik dan ini cuman persoalan pilpres 5 tahunan, bukan memilih sosok pemimpin untuk selama-lamanya. Ini hanya giliran saja, jadi seharusnya tidak perlu se-militan itu dan senaif itu dalam membela politik dengan filsafat," paparnya.

Jadi menurut Donny, ilmu filsafat harus diterapkan netral dan kritis terhadap semua. Tanpa pandang bulu bukan untuk diasumsikan menyerang lawan politik semata.

"Kalau kritik satu arah apalagi tudingan-tudingan itu tidak berdasarkan fakta, dan tidak berdasarkan argumentasi yang masuk akal itu kita curigai bukan kritik sebenarnya. Tetapi lebih kepada serangan politik, lebih kepada propaganda atau agitasi," ujarnya.

Jadi, ia melanjutkan, sah saja bila seorang filsuf memiliki pilihan politik, tetapi dalam ruang publik Donny amat sayangkan bila Rocky saat ini justru menjadi seorang partisan.

"Karena menggebu-gebu membela kepentingan politik tertentu. Dia (Rocky) melupakan kedalaman, melupakan klarifikasi konsep filsafat dan melupakan akal sehat," pungkasnya.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.