PDI Perjuangan: Stop Panggil Rocky Gerung Filsuf

Bukan lagi pencerahan tapi penggelapan.
Pengamat politik Rocky Gerung menjawab pertanyaan wartawan saat memenuhi panggilan kepolisian di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (4/12/2018). Rocky Gerung menjalani pemeriksaan sebagai saksi terkait berita bohong penganiayaan Ratna Sarumpaet. (Foto: Antara/Harry T)

Jakarta, (Tagar 13/2/2019) - Nama Rocky Gerung kini kian meroket. Bermodalkan label filsuf, Rocky mulai bermain di dunia politik, menyentil berbagai capaian pemerintah era Presiden Joko Widodo.

Namun ternyata, gerak-gerik Rocky tak sejalan dengan ilmu filsafat. Sebab, filsafat seharusnya menghadirkan pesan pencerahan untuk membuat orang bersifat lebih bijaksana.

"Filsafat itu kan harusnya membuat orang menjadi wise, menjadi bijaksana, jadi ada pesan-pesan pencerahan di dalamnya," ujar politikus PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, kepada Tagar News, Rabu (13/2).

Eva pun membenarkan jika kemudian filsafat digunakan untuk berpolitik yakni memfasilitasi sikap partisan, maka pesan yang disampaikan bukan lagi pencerahan tapi penggelapan. Seperti pernyataan pakar filsuf, jika digunakan untuk politik akan terjadi pembusukan filsafat.

"Maka ya akhirnya tidak jadi pencerahan tetapi malah penggelapan di dalam pemikiran orang-orang. Karena orang lagi disembur dengan berbagai penyesatan-penyesatan logika," jelasnya.

Masih pantaskah Rocky Gerung disebut filsuf?

Rocky Gerung, tidak hanya menyentil pemerintah saja. Akan tetapi dia pun dinilai kerap membela pihak-pihak yang berseberangan dengan pemerintah.

Baca juga: Suka Kritik Tanpa Data, Dosen Filsafat: Rocky Gerung Filsuf KW, Bukan Ori

Rocky memang bukan tim sukses pasangan nomor urut dua (02), namun kerap membela dengan apa yang terjadi di kubu sebelah. Bisa dikatakan, Rocky tidak netral sebagai filsuf.

"Jadi menurutku Rocky Gerung itu adalah politisi yang menggunakan, memakai alat filsafat untuk memfasilitasi, mengakomodasi kepentingan politiknya," beber Eva.

"Kepentingannya apa? Ya partisan tadi karena selalu membuat analisa yang tidak berimbang atau berat sebelah," sambung dia.

Sekretaris Badan Pelatihan PDI Perjuangan ini pun menyayangkan, filsafat yang dibawa Rocky Gerung  kehilangan ruhnya untuk membangun kebijaksanaan, pencerahan, kecerdasan diikuti dengan kedewasaan.

"Tapi oleh Rocky Gerung, menjadi semata-mata berpolitik itu," jelas dia.

Sebetulnya, filsafat itu menurut Eva lawan dari demagog. Tapi, Rocky gagal melakukan hal itu. Rocky malah membuat filsfat tak memiliki ruang untuk munculnya wisdom, bahkan filsafat yang dibawanya membuat orang jadi seperti terteror.

"Itu yang gagal dilakukan oleh Rocky Gerung, eh malah dia bertindak bagai demagog dengan pemaksaan-pemaksaannya dan menyerang lawan dengan secara bertubi-tubi," tukas Eva.

Agar Rocky tak bertindak lebih jauh lagi menggunakan label filsuf, Eva menyarankan untuk berhenti memanggil Rocky sebagai filsuf.

"Jadi menurutku stop deh menyebut beliau sebagai filsuf, dia lebih sebagai campaigner atau sebagai propaganders dan mudah-mudahan tidak menjadi Demagog," tandasnya.

Baca juga:

Berita terkait
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi