Riwayat Keris Naga Siluman Milik Pangeran Diponegoro

Keris Naga Siluman yang disebut-sebut milik Pangeran Diponegoro memang dibuat untuk berperang, agar pemiliknya mudah menghilang atau bersembunyi.
Perbedaan bentuk keris Naga Sasra (kanan) dan keris Naga Siluman (kiri). Foto diambil Rabu, 11 Maret 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta - Pemerintah Belanda mengembalikan keris yang disebut milik Pangeran Diponegoro, yakni keris Naga Siluman, pada Pemerintah Indonesia, Selasa, 10 Maret 2020. Tapi kebenaran bahwa itu keris Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro, masih dipertanyakan.

Puluhan keris tertata dalam etalase kaca salah satu kios di Blok C Los 3 Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Puluhan keris lain yang hanya berupa bilahan, disimpan dalam laci. Jenis dan bentuknya beragam, juga usia keris serta pamornya. Mulai dari usia puluhan tahun hingga ratusan.

Pada laci bagian tengah, sebagian keris tampak kotor berkarat. Keris di situ merupakan keris tua, yang usianya sudah mencapai ratusan tahun.

Meski kotor, pamor atau semacam guratan yang terlukis pada bilah keris, masih terlihat walau sedikit samar. Ada yang memanjang dari ujung hingga pangkal bilah, ada yang berbentuk lingkaran-lingkaran, juga ada yang berbentuk seperti peta.

Mochammad Abdillah, pemilik kios Intan Pusaka Jaya, nama kios tersebut, mengambil dua bilah keris dari dalam laci. Kedua keris yang diambilnya memiliki kesamaan, yakni hiasan berbentuk kepala naga pada pangkal bilah, tepat di atas gonjo (bagian bawah keris).

Meski sama-sama memiliki ukiran berbentuk kepala naga, jenis keduanya berbeda. Keris yang satu memiliki dhapur atau jenis Naga Sasra, sementara yang satunya berdhapur Naga Siluman, seperti yang disebut-sebut milik Pangeran Diponegoro.

Kalau zaman Pangeran Diponegoro memang saya lebih yakin Naga Siluman, karena itu memang kerisnya untuk perang, untuk bersembunyi saat bergerilya.

Keris DiponegoroPerbedaan bentuk keris Naga Sasra (kanan) dan keris Naga Siluman (kiri). Foto diambil Rabu, 11 Maret 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Beragam Keris Berdhapur Naga

Pria yang juga merupakan kolektor keris dan benda pusaka itu, kemudian menjelaskan perbedaan keris berdhapur Naga Sasra dan Naga Siluman.

Secara garis besar, perbedaan yang paling jelas antara keris Naga Sasra dan Naga Siluman terletak pada keberadaan tubuh naga. Keris Naga Sasra memiliki tubuh yang memanjang dari ujung hingga pangkal bilah, lengkap dengan ukiran berbentuk sisik naga. Sasra memiliki arti seribu sisik.

Sementara, keris Naga Siluman, sama sekali tidak memiliki ukiran berbentuk tubuh naga, atau dengan kata lain, keris Naga Siluman hanya memiliki ukiran berbentuk kepala naga saja.

"Naga Sasra sama Naga Siluman, yang jelas kalau Naga Siluman itu enggak punya tubuh. Dia cuma kelihatan kepalanya. Tapi kalau Naga Sasra, punya tubuh. Dia punya sisik," tuturnya saat ditemui, Rabu siang, 11 Maret 2020.

Selain dhapur Naga Sasra dan Naga Siluman, ada dhapur keris lain yang juga menggunakan ukiran kepala naga, di antaranya keris Naga Sasra, Naga Sapta, Naga Raja, Naga Gini, dan lain-lain.

Masing-masing keris berdhapur naga memiliki perbedaan. Keris Naga Tapa misalnya, meskipun keris ini memiliki ukiran berbentuk tubuh naga pada bilahnya, tapi ukiran itu berbeda dengan Naga Sasra karena Naga Tapa tidak memiliki sisik.

"Kalau tidak ada sisiknya itu biasanya Naga Tapa, jadi dia belum menjadi Naga Sasra beneran, istilahnya masih bertapa. Kalau belum ada tubuhnya, itu berarti Naga Siluman," ujarnya.

Mengenai adanya ornamen berbentuk tumbuhan pada sisi kiri dan kanan bilah keris, menurut Abdillah, baik Naga Sasra maupun Naga Siluman bisa saja memiliki ornamen itu, karena ornamen itu melambangkan hutan, atau tempat persembunyian.

Ada juga jenis keris Naga Bongkokan, bentuk ukiran tubuh naga pada keris berdhapur ini juga berbeda dengan Naga Tapa. Pada Naga Bongkokan, ukiran tubuh naga hanya ada pada bagian tengah bilah keris, sedangkan pada bagian ujung dan pangkalnya tidak ada.

Sementara, untuk keris yang memiliki ukiran tubuh naga pada bagian pangkalnya saja, disebut dengan keris Naga Tapak Angin. "Naga Tapak Angin itu tubuhnya cuma di bawah. Kalau badannya gemuk namanya Naga Sapto," tuturnya.

Jenis dhapur keris naga lainnya adalah Naga Raja. Ukiran kepala naga pada jenis keris ini berbeda dengan ukiran pada dhapur naga lainnya, karena pada Naga Raja kepala naganya memiliki kuluk atau semacam mahkota.

Keris DiponegoroKolektor sekaligus pedagang keris, Mochammad Abdillah, menunjukkan dua jenis keris naga, yakni Naga Sasra (kanan) dan Naga Siluman (kiri), Rabu, 11 Maret 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Era Pembuatan Keris Naga

Meski terdapat beberapa jenis keris berdhapur naga, tapi menurutnya, era pembuatan keris-keris itu tidak jauh berbeda. Hampir semua keris berdhapur naga awalnya dibuat pada zaman Kerajaan Mataram.

"Pembuatan itu hampir sama eranya, kebanyakan naga itu era Mataram. Kalau sebelum Mataram biasanya primitifan, naganya cuma kepala saja, kadang ada tubuhnya tapi tanpa sisik," ujarnya.

Mengenai jenis keris milik Pangeran Diponegoro, Abdillah mengaku belum tahu, karena dia belum pernah melihat langsung. Untuk mengetahui jenis keris dan era pembuatan, menurutnya perlu dilihat secara langsung.

"Kalau misalnya disebut bahwa yang asli Naga Siluman, ya yang seperti ini (menunjuk keris beedhapur Naga Siluman), kalau yang asli katanya Naga Sasra, ya seperti yang satunya. Kalau dia menyebutkan Naga Siluman, enggak mungkin seperti ini (ada tubuhnya)," kata Abdillah.

Abdillah mengaku lebih yakin keris yang digunakan Pangeran Diponegoro adalah jenis keris berdhapur Naga Siluman. Karena, keris Naga Siluman memang dibuat untuk berperang, agar pemiliknya mudah menghilang atau bersembunyi.

"Kalau zaman Pangeran Diponegoro memang saya lebih yakin Naga Siluman, karena itu memang kerisnya untuk perang, untuk bersembunyi saat bergerilya. Kalau Naga Sasra itu untuk kewibawaan. Biasanya yang punya adalah raja," tuturnya.

Dr Sri MarganaSejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Sri Margana, yang juga sebagai anggota Tim Verifikasi Keris Pangeran Diponegoro. (Foto: Dok Pribadi/Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sejarawan Benarkan Keaslian Naga Siluman

Meski muncul pertanyaan tentang keaslian keris Naga Siluman yang dikembalikan oleh pihak Belanda, namun Sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Sri Margana, yang juga sebagai anggota Tim Verifikasi Keris Pangeran Diponegoro, menyatakan keris itu asli.

Dihubungi melalui pesan WhatsApp, Margana menjelaskan bahwa Museum Volkenkunde di Leiden, sudah lama mencoba mencari Keris Diponegoro yang ada di koleksinya sejak tahun 1984.

Orang pertama yang melakukan upaya ini, menurut Margana adalah Pieter Pott, kurator museum dan kemudian menjadi direktur museum, kemudian diikuti oleh Prof Susan Legene dari Frije Universiteit Amsterdam, Johanna Leifeldt (1917) dan Tom Quist (2019).

Dari penelitian empat peneliti itu ditemukan ada tiga keris yang diduga milik Pangeran Diponegoro. Tahun 2019 peneliti lain Tom Quist sepakat dengan pendapat Johanna Leifeldt bahwa dua keris yang lain yang ditemukan oleh Pieter Pott dan Susan Legense dipastikan bukan keris Pangeran Diponegoro.

"Kepastian bahwa keris Diponegoro ada di Belanda dibuktikan dari tiga dokumen penting, yaitu korespondensi antara De Secretaris van Staat dengan Directeur General van het department voor Waterstaat, Nationale Nijverheid en Colonies antara tanggal 11-15 Januari 1831," jelasnya.

Dalam korespondensi itu disebutkan bahwa Kolonel JB Clerens menawarkan kepada Raja Belanda Willem I sebuah keris dari Diponegoro. Keris itu kemudian di simpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden (KKVZ). Setelah itu pada tahun 1883 keris ini keserahkan ke Museum Volkenkunde Leiden.

Dokumen kedua berupa adalah kesaksian tertulis Sentot Prawirodirjo yang menyatakan bahwa ia melihat sendiri Pangeran Diponegoro menghadiahkan Keris Kyai Naga Siluman kepada Kolonel Clerens. Surat itu ditulis dalam Bahasa Jawa kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Belanda.

Museum Pangeran DiponegoroKeris milik pengikut Pangeran Diponegoro tersimpan di Museum Monumen Pangeran Diponegoro, Tegalrejo, Yogyakarta. Foto diambil Rabu, 11 Maret 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Dokumen ketiga adalah catatan dari Raden Saleh, pelukis yang pernah tinggal di Belanda dan melukis penangkapan Pangeran Diponegoro.

Dalam catatan itu Raden Saleh yang telah melihat dengan mata kepala sendiri keris itu di Belanda menjelaskan makna Keris Naga Siluman dan ciri-ciri fisik keris itu.

Dari ketiga dokumen itu para peneliti di Belanda yakin bahwa keris koleksi Museum Volkenkunde Leiden dengan nomor seri 360-8084 lah yang dianggap paling mendekati dengan kesaksian tiga dokumen itu.

Berdasarkan dokumen dan arsip yang ada, pada bulan Januari 2020 Tim verifikasi dari Viena Austria, Dr Habil Jani Kuhnt-Saptodewo yang diminta menverifikasi temuan tim Belanda itu, meyakini bahwa keris itu milik Pangeran Diponegoro.

"Bulan Februari 2020 Saya diminta oleh Dirjend Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan kebudayaan untuk menverifikasi hasil temuan Provenant Research di Museum Volkenkunde Leiden itu, untuk memastikan bahwa keris itu milik Pangeran Diponegoro," urainya.

Dalam proses verifikasi itu, Margana memiliki sedikit perbedaan pendapat dengan tim peneliti Belanda tentang salah satu dari tiga binatang yang diukirkan pada keris itu.

"Tim sebelumnya menyatakan bahwa binatang ketiga itu adalah singa, harimau atau gajah. Namun setelah saya melihat langsung objeknya, saya dapat memastikan bahwa binatang yang diinterpretasikan sebagai gajah, singa atau harimau itu sebenarnya adalah Naga Siluman Jawa," paparnya.

Dari ukiran Naga Siluman Jawa inilah, Margana meyakini bahwa keris ini adalah keris Pangeran Diponegoro yang dinamai Naga Siluman itu.

"Kesimpulan saya diamini oleh Dirjend Kebudayaan Dr Hilmar Farid, yang juga seorang sejarawan, Duta Besar RI untuk Belanda dan juga saudara Bonnie Triyana, sejarawan yang juga jurnalis yang menjadi bagian dari delegasi Indonesia." []

Baca juga:

Berita terkait
Kampung Keris Terbesar se-Asia Tenggara di Sumenep
Bunyi letupan gerenda dan ketukan besi, menggema nyaris di semua sudut rumah di Desa Tongtong, kampung keris terbesar se-Asia Tenggara di Sumenep.
Empu Sungkowo di Sleman Trah Pembuat Keris Majapahit
Empu Sungkowo di Sleman, keturunan Empu Supa, pembuat keris Kerajaan Majapahit. Tagar menemuinya untuk mengetahui ritual membuat sebilah keris.
Keris Yogyakarta Senjata dengan Filosofi Luhur
Keris Yogyakarta bukan hanya merupakan senjata, tapi juga memiliki makna filosofi yang luhur, serta harapan empu pembuat sesuai pesanan pemiliknya.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi