Risiko Medis dan Psikologis Kehamilan pada Remaja

Kehamilan di remaja pada usia 15-19 tahun jadi persoalan karena ketika hamil pada usia itu terjadi perebutan nutrisi antara si ibu dengan janin
Ilustrasi Kehamilan remaja. (Pixabay)

Jakarta – Jumlah kehamilan di kalangan remaja, di bawah usia 18 tahun, terus bertambah setiap tahun. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 sekitar 10 persen remaja usia 15-18 tahun sudah melahirkan. Itu artinya 36 dari 1.000 perempuan di Indonesia melahirkan pada usia remaja.

Angka melahirkan berdasarkan umur atau Age Specific Fertility Rate (ASFR) remaja atau perempuan muda usia 15 - 19 tahun di Indonesia termasuk tinggi jika dibanding dengan beberapa negara lain di Asean. Padahal, angka ini sudah turun dari 46 menjadi 36 per 1.000 perempuan.  

Target realistis ASFR di Indonesia ada pada angka 40 yaitu 40 per 1.000 perempuan sehingga angka 36 sudah memenuhi target. Data Bank Dunia menunjukkan angka ASFR tahun 2017 di Singapura 4, Brunei 10, Malaysia 13, Viet Nam 27, Myanmar 29, Indonesia 36, Kamboja 50, Thailand 52, Filipina 60, dan Laos 63. 

Angka ASFR di Indonesia tetap mengkhawatirkan karena berdampak pada si ibu remaja dan bayi yang dikandung dan dilahirkannya secara medis dan psikologis. Pada si ibu remaja dampak psikologis bisa mendorong depresi.

Misalnya, pada usia remaja seseorang membutuhkan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan. Tapi, ketika pada usia remaja seorang perempuan hamil maka muncul persoalan karena janin yang dikandungnya juga membutuhkan nutrisi. Itu artinya terjadi ‘perebutan’ nutrisi. 

Jika asupan nutrisi si ibu tidak memenuhi standar gizi seimbang, maka bayi yang dikandungnya akan terpengaruh. Bisa lahir prematur atau lahir dengan stunting (ukuran tinggi dan berat badan tidak seperti bayi seusianya) atau dengan gizi buruk.

Angka stunting di Indonesia pada 2018 tercatat 7,8 juta dari 23 juta balita atau 35,6 persen. Sedangkan Badan Kesehatan Sedunia (WHO) memberikan batas toleransi stunting maksimal 20 persen dari jumlah balita. Angka ini sudah turun dari tahun-tahun sebelumnya dengan dukungan program pemerintah melalui gizi seimbang untuk ibu hamil dan balita.

ASFR yang tinggi ada di daerah-daerah yang memiliki angka kelahiran total atau TFR juga tinggi, seperti NTT, Papua, Sumatera Utara, dan beberapa kabupaten pulau Jawa.

Kehamilan pada remaja terjadi pada perkawinan dini atau usia muda dan pada kehamilan yang tidak diinginkn (KTD). Namun, KTD sering berakhir dengan tindakan aborsi yang tidak aman yang menyebabkan kematian pada si ibu atau cacat pada janin. Yang perlu diingat aborsi justru lebih banyak terjadi pada perempuan dewasa yang terikat pada perkawinan yang sah karena berbagai macam alasan.

Belakangan banyak pula remaja yang mencegah KTD dengan melakukan seks oral dan seks anal. Pada seks oral dikenal sebagai blow job dengan dua jenis yaitu: (a) Fellatio yakni mulut ke penis, dan (b) Cunnilingus yakni lidah atau mulut ke vagina.

Dua jenis seks oral ini memang menghindari KTD, tapi meningkatkan risiko tertular IMS (infeksi menular seksual, seperti kencing nanah/GO, raja singa/sifilis, klamidia, virus hepatitis B, virus kanker serviks, dll.) serta HIV/AIDS. Fellatio dan cunnilingus juga bisa menjadi pemicu kanker tenggorokan.

Risiko penularan IMS dan HIV/AIDS terjadi jika salah satu dari pasangan remaja itu mempunyai pasangan seks yang lain atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK).

Yang perlu diingat PSK ada dua tipe, yaitu: (1) PSK langsung yaitu PSK yang kasat mata seperti yang ada di tempat pelacuran dan jalanan, serta (2) PSK tidak langsung yaitu PSK yang tidak kasat mata, seperti pemijat plus-plus, anak sekolah, mahasiswi, pemandu lagu, dll. 

Bisa saja ada remaja putra yang seks tanpa kondom dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung sehingga berisiko tertular IMS atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus. Jika remaja putra tertular dan seks oral atau seks anal dengan pacarnya, maka pacarnya berisiko tertular IMS atau HIV/AIDS. 

Sudah saatnya informasi tentang kesehatan reproduksi (Kespro) diberikan kepada remaja dengan informasi yang akurat tanpa dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga remaja memperoleh informasi yang benar. Ini perlu agar mereka bisa melindungi diri agar tidak tertular IMS atau HIV/AIDS (dari berbagai sumber). []

Berita terkait
Gadis Bantaeng Dihamili, Ini Tuntutan Keluarga
Gadis 17 tahun dihamili di Bantaeng, Sulawesi Selatan, keluarga minta mahar 35 juta.
Polisi Bongkar Prostitusi Remaja Lewat Aplikasi Mi-Chat
Polisi kasus prostitusi online yang menjajakan remaja wanita lewat aplikasi percakapan Mi Chat.
Perempuan Belasan Tahun Ini Pamerkan Kehamilannya
Seorang perempuan berusia 19 tahun yang menggunggah video bersama anaknya telah memiliki 45 juta pengikut.
0
Gempa di Afghanistan Akibatkan 1.000 Orang Lebih Tewas
Gempa kuat di kawasan pegunungan di bagian tenggara Afghanistan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan mencederai ratusan lainnya