Ricuh Penanganan Pasien Suspek Covid-19 di Siantar

Sebuah video beredar di media sosial menunjukkan kericuhan antara seorang pria dan petugas penanganan Covid-19 Kota Pematangsiantar.
Alfredo Brutu (baju merah) saat berdebat dengan petugas Dinas Kesehatan di depan rumahnya di Jalan Viyata Yudah, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Selasa 21 April 2020. (Foto: Tagar/tangkapan layar video)

Pematangsiantar - Sebuah video berdurasi 1 menit 15 detik beredar di media sosial menunjukkan seorang pria terlihat kesal kepada tenaga kesehatan Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, karena dinilai tidak menerapkan standar operasional prosedur (SOP) menangani istrinya yang dinyatakan reaktif Covid-19 lewat rapid test.

"Di luaran bapak ibu mencari-cari orang untuk dirapid, sedangkan kami datang kok. Kurang dewasa apalagi kami coba, kami datang sendiri ke rumah sakit. Tolong pak periksa ini saya kekgini, itu pun diabaikan juga, kan ngak logika gitu loh. 

Ini namanya bukan gugus depan lagi, kok kayak gini. Saya uda bilang sama Rumah Sakit Tentara, saya akan gugat ini kalau sistimnya kayak gini. Masa pasien yang sudah positif (reaktif rapid test) disuruh lagi balik (pulang) semobil dengan saya. Disuruh balik ke Tozai ini, jadi seluruh masyarakat Tozai ini kenaklah semua," demikian kutipan ucapan pria di dalam video tersebut.

Pria yang tampak kesal itu ternyata bernama Alfredo Brutu, yang kemudian dihubungi Tagar pada Rabu, 22 April 2020. 

Dia menceritakan perdebatannya di dalam video itu dengan petugas Dinas Kesehatan dan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Pematangsiantar pada Selasa, 21 April 2020. Kejadian berada di seputaran rumahnya, di mana petugas bermaksud menjemput istrinya.

"Dari awal saya sudah keberatan dengan SOP penanganan covid di Siantar. Kita rapid test di Rumah Sakit Tentara, terus usai dirapid istri saya reaktif, namun tidak ada gejala. Terus disuruh membawa istri ke rumah dan akan dijemput oleh pihak puskesmas yang datang ke rumah," terang Alfredo.

Alfredo bertambah kesal lantaran tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 tidak sesuai SOP saat datang menjemput maupun saat menangani istrinya. Selain alat pelindung diri (APD), fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Djasamen Saragih juga tidak memadai.

Sebab itu Alfredo mengatakan istrinya akan lebih aman jika dirawat di rumah dengan pemantauan pihak puskesmas.

"Kami tidak pernah ke mana-mana, saya di rumah saja. Cuma kesadaran sendiri sebagai masyarakat memeriksakan diri. Kemarin saya komplain ke pihak rumah sakit karena mereka bingung mau buat apa. Kemarin dikatakan peralatan sudah lengkap. Tapi saat pihak puskesmas datang menjemput istri saya APD pun tidak lengkap," tuturnya.

"Terus saya tanya, kenapa orang yang positif (reaktif rapid test) disuruh kembali ke rumah. Usai itu dijemput tim gugus tugas, lalu dibawa kembali ke rumah sakit umum (RSUD). Lebih baik di rumah saja diisolasi, karena di rumah sakit umum pun tidak memadai perawatannya. Ini wajar kalau diisolasi, makin drop orang karena perawatannya tidak maksimal," terang Alfredo.

Alfredo menjelaskan, dirinya tidak bermaksud mengelak dilakukan pengecekan kepada istrinya, namun dia mempertanyakan SOP tim kesehatan yang dia nilai tidak memadai.

Dua hari yang lewat itu (istrinya) masuk. Hasil rapid testnya positif. Kita mau memutus rantai penularan

Karena itu Alfredo meminta gugus tugas agar melakukan edukasi dan tindakan yang tepat dalam menangani pasien Covid-19 agar tidak meresahkan masyarakat dan merugikan nama baik pasien.

"Saya sudah niatkan untuk menjelaskan hal ini kepada masyarakat. Dalam video itu bukan kita mau mengelak, tidak mau diperiksa. Namun yang kita tanyakan apakah begitu SOP mereka. Harusnya ada koordinasi dengan lurah, dijelaskan mengenai status istri saya dan bagaimana penanggulangannya. Diedukasi, bukan menjadi yang macam-macam membuat ketakutan. Ini kita bagus-bagus cek kesehatan kok malah seperti ini," katanya.

Rapid Test SiantarTenaga medis Kota Pematangsiantar saat melakukan rapid test kepada keluarga Alfredo Brutu di rumahnya Jalan Viyata Yudha, Kelurahan Sitalasari, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Rabu, 22 April 2020. (Foto: Tagar/Anugerah Nasution)

Alfredo kemudian meminta klarifikasi dari petugas yang merekam bentuk video saat menjemput istrinya di rumah. Dia mengancam menggugat gugus tugas karena merekam dan menyebarkan video itu.

"Seakan-akan kami tidak mau diuji swab padahal tidak. Dan kami sudah siap melakukan swab ke rumah sakit swasta. Kami berharap mereka klarifikasi kepada saya. Karena mereka yang datang, mereka yang videokan dan mereka yang menyebarkan," tuturnya.

Juru Bicara Penanganan Covid-19 Kota Pematangsiantar Daniel Siregar, mengatakan saat ini pasien telah dirawat di RSUD dr Djasamen Saragih.

Kata Daniel, pasien wanita itu berstatus orang tanpa gejala (OTG) karena memiliki kontak erat dengan orang yang terpapar corona.

"Yang bersangkutan pasien wanita sudah dirawat di RSUD dan keadaannya sehat. Dia memiliki riwayat kontak erat dengan pasien OTG yang sebelumnya sudah dirawat di rumah sakit," kata Diniel.

Daniel juga membantah video yang beredar soal penolakan tenaga medis kepada salah satu pasien Covid-19. Kata Daniel, kejadian dalam video ketika tenaga medis menjemput pasien di kediamannya Jalan Viyata Yudha, Kota Pematangsiantar.

"Itu bukan video penolakan oleh tenaga medis tapi saat menjemput pasien OTG dan selama ini dirawat di Rumah Sakit Tentara namun tanpa gejala. Ini kita jemput untuk dibawa ke RSUD dan isolasi," kata Daniel.

"Jadi yang disuruh pulang itu suaminya untuk menjemput baju dan keperluan pasien. Jadi datang suaminya mengatakan kalau pulang ke Tozai berarti saya akan menularkan sama masyarakat di sana. Jadi kalau ada yang mengatakan tim gugus tugas bekerja tidak baik terkait video, itu saya membantah. Dan sejauh ini pasien sudah diisolasi di RSUD," tuturnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar dr Ronald Saragih, mengatakan pasien OTG tersebut sudah diisolasi. Ia juga menyebut video yang beredar tidak benar. "Mana, aku yang jemput loh dari RS Tentara, makanya saya nggak tau video siapa itu," kata Ronald saat dihubungi pada Rabu, 22 April 2020.

Ronald menambahkan, pasien dijemput oleh stafnya dari Rumah Sakit (RS) Tentara di Jalan Gunung Simanuk-manuk, Kota Pematangsiantar menuju RSUD dr Djasamen Saragih.

"Ngak tau saya siapa mengapakannya itu. Karena istrinya itu dijemput oleh staf saya dari RS Tentara untuk ke RSUD dr Djasamen Saragih. Kita yang jemput itu," kata dia.

Pasien tersebut, sambungnya, sudah dikarantina di RSUD dr Djasamen Saragih. "Istrinya dikarantina di RSUD dr Djasamen Saragih. Dua hari yang lewat itu (istrinya) masuk. Hasil rapid testnya positif. Kita mau memutus rantai penularan," tandasnya. []

Berita terkait
1 PDP asal Simalungun Meninggal di RSUD Siantar
Satu PDP asal Kabupaten Simalungun yang baru dirawat di RSUD dr Djasamen Saragih, Kota Pematangsiantar, meninggal dunia.
Fakta Lambannya Pemko Siantar Tangani Covid-19
Penyebaran Covid-19 tidak hanya menimbulkan kepanikan, namun juga memukul ekonomi warga Kota Pematangsiantar.
PDP Suspek Corona di RSUD Siantar Tak Diberi Makan
Seorang PDP di RSUD dr Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar mengeluhkan buruknya pelayanan pihak rumah sakit.