Ribuan Warga Paris Demo Serukan Stop Islamophobia

Ribuan warga di Paris melakukan aksi demo menyerukan anti Islamophobia yang telah memecah belah politik di Prancis.
Ribuan massa di Paris melakukan aksi demonstransi menyerukan untuk menghentikan isu Islamophobia. ereka berkumpul di stasiun kereta api Gare du Nord, Paris, Minggu sore. (Foto: thelocal.fr|AFP)

Jakarta - Ribuan massa di Paris melakukan aksi demonstransi menyerukan untuk menghentikan isu Islamophobia yang telah memecah belah politik di Prancis akhir-akhir ini. Mereka berkumpul di stasiun kereta api Gare du Nord, Paris,  Minggu sore membawa berbagai macam spanduk.

"Kritik untuk agama, tidak untuk kebencian terhadap kepercayaan. Hentikan Islamophobia, dan hidup berdamping." Itu slogan-slogan yang diusung para pendemo saat melakukan aksi.

Media di Prancis memperkirakan jumlah pendemo mencapai sekitar 13.500 orang. Aksi unjuk rasa ini dimotori oleh sejumlah organisasi politik sayap kiri, termasuk Partai Antikapitalis Baru dan kelompok-kelompok kolektif melawan Islamophobia di Prancis. Aksi ini digelar empat hari setelah seorang pria menyerang masjid di Bayonne dan di tengah perdebatan wanita muslim mengenakan kerudung di tempat umum seperti sekolah.

Namun aksi demo itu mendapat kritikan dari Partai Rally Nasional sayap kanan (sebelumnya Front Nasional) yang menuding Partai Antikapitalis Baru sengaja membentuk aliansi dengan kalangan islamis. Ini memicu perpecahan di kalangan partai politik.

Kalangan kritikus mempertanyakan definisi "Islamophobia, seperti dilaporkan reporter France 24, Alison Sargent. Beberapa orang berpandangan, "Islamophobia" berarti bahwa Anda tidak diperbolehkan mengkritik Islam sebagai agama. "Mereka merasa itu anti Prancis. Makna menjadi orang Prancis adalah mampu mengkritik agama, dan itu adalah jantung dari sekularisme Prancis," kata Sargent.

Wanita berjilbab di AustriaPara mahasiswi muslim di Austria saat melakukan unjuk rasa agar kampus memperbolehkan mereka memakai jilbab ke kampus mereka. (Foto: Reuters)

Namun banyak demonstrans yang bersikeras bahwa Islam dan sekularisme di Prancis memang cocok. "Kami juga melihat banyak bendera Prancis di sini, jadi ini adalah patriotik dengan caranya sendiri," kata Sargent lagi.

Sebelumnya Senat Prancis menyetujui amandemen soal perpanjangan peraturan larangan pemakaian simbol agama di muka umum. Sikap senat itu setelah minggu lalu politisi sayap kanan melakukan aksi kontroversial, meminta seorang yang tengah menemani anaknya untuk membuka kerudung. Keputusan senat ini menimbulkan reaksi beragam publik. Namun sebagian besar warga menyayangkan sikap pemerintah Prancis yang terlalu berlebihan terhadap paham sekularisme dan Islamaphobia.

Seperti diberitakan dari france24.com, tahun 2004, pemerintah Prancis memberlakukan undang-undang yang dinilai kontroversial, yakni larangan orang mengenakan simbol-simbol agama di tempat umum. Salah satu pasal dalam UU itu menyebutkan, orang dewasa yang tengah mengantar anaknya ke sekolah dilarang memakai simbol-simbol agama, seperti kerudung atau hijab untuk Islam, topi untuk Yahudi, surban Sikh dan salib Kristen. Simbol-simbol keagamaan itu dilarang dipakai tak boleh dipakai di semua lembaga publik termasuk sekolah, perpustakaan dan gedung-gedung pemerintah.

Mayoritas anggota parlemen menyetujui amanden untuk memperpanjang UU larangan pemakaian simbol agama dengan alasan untuk melindungan Prancis dari sekularisme di Prancis. Namun partainya Presiden Emmanuel Macron, Partai Republik menentang amandemen UU itu. Masalah kontroversial ini telah menimbulkan perdebatan di Prancis lebih dari 15 tahun.

Berita terkait
Gereja Prancis Siap Ganti Rugi Korban Pelecehan Seks
Para uskup di Prancis akan berkumpul untuk membahas pemberian kompensasi atau ganti rugi kepada para korban pelecehan seksual di gereja
Prancis Perpanjang Larangan Pemakaian Simbol Agama
Senat Prancis menyetujui amandemen soal perpanjangan peraturan larangan pemakaian simbol agama di tempat umum
Bocah Kurdi yang Terluka Diterbangkan ke Prancis
Mohammed Hamid, bocah Kurdi Suriah yang terluka parah ketika terjadi serangan Turki menjalani perawatan medis dan akan diterbangkan ke Prancis