Rayuan Penghuni Kos di Yogyakarta Saat Wabah Corona

Pekerja terdampak Covid-19. Mereka yang ngekos kompak meminta keringanan korting sewa kepada pemilik kos.
Pandemi Corona berdampak pada sektor perhotelan. Banyak karyawannya yang dirumahkan. Mereka banyak pula yang meminta keringanan bayar sewa. Foto hanya ilustrasi. (Foto: istimewa)

Yogyakarta - Wajah pria setengah baya terlihat murung. Dia tidak sumringah seperti biasanya. Wajahnya pucat dan sayu, sesekali dia mengisap sebatang rokok dan menghempaskan kepulan asap.

Namanya Syamsul, yang menempati indekos di wilayah Banguntapan, Bantul. Wajahnya yang murung bukan karena sakit, apalagi terpapar Corona yang sedang mewabah kali ini. Tapi dia terkena dampaknya dari pandemi ini.

Dia dirumahkan dari pekerjaannya. Pabriknya sementara membatasi operasional karena permintaan pasar sedang lesu. Praktis gaji bulannya terpotong. "Saya sekarang jadi ODP," ujar pria berusia 45 tahun membuka percakapan kepada Tagar, Senin, 13 April 2020.

ODP yang dia maksud bukan orang dalam pengawasan, seperti yang sering terdengar akhir-akhir ini. "ODP itu Ora Duwe Pekerjaan (tidak punya pekerjaan), sudah hampir tiga minggu dirumahkan," ujar Syamsul.

Dia mengatakan hidup semakin berat di tengah pandemi Corona ini. Penghasilan bulanan berkurang drastis, namun kebutuhan hidup tetap. Untuk makan sehari-hari, mengirim uang untuk istri dan seorang anaknya di Pacitan, Jawa Timur.

Belum lagi tagihan indekos tiga bulanan yang sudah jatuh tempo. "Nah, itu yang repot. Untuk anak istri masih untung karena ikut orang tua di Pacitan sana," ungkapnya.

Syamsul mengaku sudah menghubungi pemilik indekos, meminta keringanan pembayaran. Namun, si pemilik belum merespons positif. "Sama-sama susah, ibu (pemilik indekos) juga butuh uang. Untungnya dia tidak nguber-uber layaknya debt collector," katanya.

Syamsul tidak sendirian. Ada puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang bernasib sama seperti dia. Pandemi Covid-19 seperti saat ini, memnag menjalar ke berbagai aspek. Banyak pekerja dipotong uang gajinya karena pendapatan ekonomi menurun. Bahkan terpaksa di-PHK oleh perusahaannya.

Penghasilan semakin menurun ini membuat pekerja yang merantau frustasi lantaran tetap harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak sedikit di antara pekerja maupun mahasiswa, mengeluh belum bisa membayar sewa kos. Pekerja tidak mampu membayar indekos seperti biasanya.

Erwinanti, 23 tahun, yang bekerja di salah satu hotel Yogyakarta mengatakan, mau tidak mau para penghuni indekos berusaha membujuk pemiliknya agar membantu sedikit meringankan beban anak kos.

ODP itu Ora Duwe Pekerjaan (tidak punya pekerjaan), sudah hampir tiga minggu dirumahkan.

Erwinanti yang tinggal di Dusun Bantulan Janti Desa Catur Tunggal Kecamatan Depok, Sleman itu menjadi salah satu pekerja yang terdampak wabah virus Corona. Hotel di tempatnya bekerja, terpaksa tutup sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.

Sebelum kebijakan tersebut diputuskan, Erwinanti mengaku masih bekerja normal. Saat wabah Corona memulai, hotelnya pernah menerapkan sistem kerja per dua minggu. Di mana karyawan masuk kerja selama dua minggu dan dua minggu libur secara bergantian.

chat anak kos jogja1Karyawan yang ngekos kompak meminta keringanan bayar sewa akaibat dampak Corona. (Foto: Screenshoot grup WA)

Namun upaya tersebut tidak berjalan dengan baik karena kurang efektif. Di samping itu pendapatan hotel yang kian hari anjlok sepi pengunjung. Padahal dia bekerja di salah satu hotel ternama wilayah Malioboro, kawasan yang menjadi ikon di Yogyakarta.

Selain harus menganggur sementara waktu, gaji terakhir per April 2020 yang diterimanya juga menurun. Erwin terus memutar otak agak gajinya tersebut bisa mencukupi kebutuhan. "Setelah dipikir-pikir gaji sekarang gak cukup buat kebutuhan di Yogyakarta untuk sebulan ke depan. Belum lagi bayar kos," kata Erwinanti.

Pengeluaran terus berjalan namun pemasukan tidak ada. Erwin memutuskan untuk mudik ke kampung halamannya di Wonosobo, Jawa Tengah dalam waktu dekat ini. Meskipun pemerintah melarang agar para perantau menunda mudik selama wabah virus Corona masih berlangsung.

Walaupun begitu, Erwinanti tetap mengikuti arahan pemerintah terkait protokol mudik. "Nek aku ora mudik ke pie urip ku neng Jogja. Aku wes ra kerja iki, lagi jadi pengangguran (Kalau aku enggak mudik gimana nasib hidupku di Jogja. Aku sudah enggak kerja, lagi jadi orang pengangguran)," katanya.

Oleh sebab itu, untuk meringankan bebannya tersebut, Erwin memutuskan untuk berkompromi dengan para penghuni indekos lainnya melalui Grup WhatsApp. Mereka berupaya negosiasi biaya kos kepada pemiliknya.

Negosiasi itu tidak langsung direspon pemilik kos. Perempuan 23 tahun itu juga sempat pasrah jika biaya sewa indekos tidak diturunkan atau tidak diberikan korting dari pemilik.

Sempat mengaku ragu-ragu untuk memulai percakapan dengan pemilik kos. Masalahnya, bagi siapa pun uang adalah hal sensitif. Namun setelah melewati berbagai upaya demi kelangsungan hidup mereka, siapa sangka usahanya membuahkan hasil manis. Akhirnya dia mendapat potongan harga.

Setelah melalui chatting di Grup WA yang panjang (seperti dalam capture pada artikel ini), kabar baik tiba. pemilik kos akan memotong harga sewa kamar selama pandemi virus Corona berlangsung. Tidak tanggung-tanggung biaya sewa tersebut dipotong hingga 50 persen. Artinya penghuni kos hanya membayar setengah harga dari biaya sewa dalam sebulan.

chat anak kos jogja2Karyawan yang ngekos kompak meminta keringanan bayar sewa akaibat dampak Corona. (Foto: Screenshoot grup WA)

"Pemilik kos mau menurunkan harga sewa sampai 50 persen. Jadi yang semula per bulan kami bayar Rp 500 ribu, sekarang hanya sekitar Rp 250 ribu. Kalau potongannya sampai 50 persen itu sudah membantu sekali. Sumpah ibu kosnya baik banget," ucapnya.

"Saya yakin kondisi sekarang itu yang merugi tidak hanya satu tapi hampir semua aspek juga merasakan. Teman-teman merantau, barang kali mengeluhkan hal yang sama tentang bayar kos bisa ikutin langkah kami hehe," sambungnya.

Jual Perhiasan Emas untuk Biaya Hidup

Erwinanti mengaku pengeluarannya tidak sebanding dengan pemasukan. Dalam kondisi seperti ini, dia tidak ingin merepotkan orang tuanya. Apa perlu dia meminta suntikan dana ke orang tua agar kebutuhannya tercukupi walaupun perih? Menurutnya tidak ada solusi yang baik selain mengurangi pengeluaran alias mengirit

"Aku terpaksa jual perhiasan emas sebagai bekal tabungan. Enggak ada uang lagi apa lagi mau pulang setidaknya bawa buah tangan untuk keluarga," kata dia.

Keputusan menjual perhiasan emas, menurut dia, sudah dipikiran matang-matang. Namun, nasib kurang baiknya ternyata tidak berhenti sampai pemotongan gaji di hotel. Bagaimana tidak, perhiasan emas jenis kalung yang dia jual turun harga.

Perhiasan emasnya itu merupakan hasil gaji yang dia kumpulkan selama kurang lebih satu tahun. Memang tidak seberapa, harapan ke depannya dia bisa membeli emas-emas lain. Syukur-syukur menanam investasi bekal hari esok.

Aku terpaksa jual perhiasan emas sebagai bekal tabungan.

Menurutnya, meski tidak berjalan mulus tapi hal tersebut bukan berarti menghambat keinginannya untuk terus menabung.

"Wabah virus Corona memang makin parah saja dampaknya. Harga emas juga ikut turun ternyata. Cuma dijual Rp 1.200 padahal beli Rp 1.700. Demi bisa pulang ini," ucap dia.

Dampak Bagi Pekerja

Sementara itu berbeda dengan yang diungkapkan oleh seorang karyawan kedai kopi di Yogyakarta, Shabi, 23 tahun, yang terpaksa mengajukan resign atau pengunduran diri di saat wabah virus Corona. Shabi rela keluar dari pekerjaannya karena kondisi fisiknya yang rentan terkena penyakit.

Keluarga Shabi juga memaksanya untuk berhenti dari pekerjaan. Hal itu yang membuat Shabi mantap untuk berhenti. Shabi mengungkapkan, dua minggu sebelum Yogyakarta ditetapkan sebagai status tanda darurat bencana Covid-19, Shabi telah memutuskan untuk berhenti.

Meskipun awalnya pihak manajemen coffee shop ini tidak memberikan tanggapan terkait keputusannya berhenti. Namun Shabi tetap nekat berhenti sebelah pihak. Beruntungnya dia sudah menerima gaji yang menjadi haknya.

chat anak kos jogja3Karyawan yang ngekos kompak meminta keringanan bayar sewa akaibat dampak Corona. (Foto: Screenshoot grup WA)

Shabi mengaku tidak ingin mengambil risiko meski pun dia selalu menerapkan pola hidup sehat. Baginya kesehatan adalah hal yang paling utama karena pihak perusahaan tidak akan menanggung resiko jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Di samping itu tempat di mana dia bekerja juga tidak mengambil kebijakan kepada karyawannya untuk libur. "Iya perusahaan juga enggak bisa bertanggungjawab kalau sudah kena virus tersebut. Mending mencegahnya, insya Allah rezeki bisa didapat di lain tempat," ucap Shabi.

Meskipun pada akhirnya semua karyawan di tempat kerjanya malah di-PHK. "Teman-teman aku yang di sana malah kena PHK semua. Yang tinggal kerja leader-nya saja sekarang," kata dia.

Rosi Fatmala, 22 tahun pekerja di salah satu media lokal Yogyakarta, merasakan hal yang sama. Gaji yang diterimanya kerap dipotong oleh perusahaanya. Namun, Rosi tidak mempermasalahkan dengan kebijakan itu. "Dipotong hampir setengahnya (gaji UMR Bantul). Tapi enggak apa-apa. Soalnya jam kerjanya juga dikurangi jadi tidak masalah," ucap Rosi. []

Baca Juga:

Berita terkait
Pengalaman Diguyur Disinfektan Saat Wabah Corona
Di musim Corona ini, tidak selama penyemprotan disinfektan benar, salah satunya menyeprotkan di badan.
Pengalaman BPBD DIY Mengubur Lima Jenazah Covid-19
BPBD DIY selama ini membantu proses pemakaman lima jenazah Covid-19. BPBD DIY berharap sudah tidak ada lagi, dengan kata lain pasien bisa sembuh.
Pasar Beringharjo Yogyakarta Menangis Gegara Corona
Pasar tradisional terbesar di Yogyakarta, Beringharjo terlihat sepi karena dampak wabah virus Corona.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.