Lhokseumawe – Ratusan hektare sawah di Kecamatan Kuta Makmur, Cot Girek dan Banda Baro, Kabupaten Aceh Utara, mengalami kekeringan akibat kemarau yang berkepanjangan.
Secara umum usia padi tersebut berkisar 20 hari hari hingga satu bulan setelah ditanam dan kondisinya telah menguning akibat tidak ada turun hujan, sehingga para petani sangat khawatir terjadinya gagal panen.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Utara Mukhtar, mengatakan status sawah yang mengalami kekeringan tersebut merupakan sebagai sawah tadah hujan dan saat sekarang ini memang intensitas hujan sangat sedikit.
Solusi adalah agar dibangun saluran irigasi, sehingga air bisa mengalir dengan baik setiap persawahan warga sehingga tidak mengalami kekeringan.
“Itu merupakan sebagai sawah tadah hujan, sehingga solusi adalah agar dibangun saluran irigasi, sehingga air bisa mengalir dengan baik setiap persawahan warga sehingga tidak mengalami kekeringan,” ujar Mukhtar, Senin 3 Februari 2020.
Muhktar menambahkan, untuk membangun saluran irigasi tersebut bukan merupakan kewenangan Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Utara, tapi kewenangan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Aceh Utara.
Ia juga menyebutkan kalau persoalan sawah kering tersebut bukan merupakan hal yang baru di Kabupaten Aceh, karena setiap tahunnya mengalami hal yang sama. Agar bisa lebih maksimal memang harus dilakukan pembangun saluran irigasi.
“Soal kekeringan itu bukan persoalan hari ini dan tahun ini. Itu sawah tadah hujan. Namanya saja tadah hujan, kalau tidak ada hujan ya tidak ada air,makanya solusi utamanya itu harus ada pembangunan irigasi,” tutur Mukhtar.
Dirinya menyarankan kepada setiap petani agar harus mengikuti aturan jadwal turun ke sawah dan menyesuaikan cuaca ketika musim penghujan tiba, sehingga ada ketersedian air disawah yang baik.
“Kalau lahan tadah hujan itu harusnya mulai turun ke sawah bukan Oktober dan panennya bulan Januari. Itu yang ideal. Kalau tidak diikuti itu ya akan kekeringan,” katanya.[]