Jakarta - Kuat lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, selalu tidak menentu. Secara garis besar, melemahnya nilai rupiah terhadap dolar dipengaruhi oleh permintaan mata uang rupiah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mata uang dolar US maupun Euro
Mengutip dari The Balance, menguatnya harga dolar dapat berarti satu dari dua hal ini. Pertama, dollar hampir mendekati puncak kisaran tertinggi sepanjang sejarahnya pada 25 Februari 1985, ketika dolar mencapai 164,72, sebagaimana diukur oleh U.S.Dollar.Index. Kedua, nilai dolar mungkin telah naik dalam periode singkat.
Cara melihat nilai tukar, dengan melakukan perbandingan mata uang tersebut dengan mata uang lainnya. Pada minggu, 12 Desember 2021, Rp14.355 sama dengan 1 dolar US padahal pada awal tahun 2021 nilai tukar dolar terhadap rupiah berada di level Rp13.918, yang berarti nilai tukar rupiah mengalami kelemahan.
Melemahnya nilai tukar rupiah, tentu saja memberikan banyak dampak. Seperti, menyebabkan harga-harga kebutuhan yang komponennya di impor akan mengalami kenaikan. Selain pada berimbas pada kebutuhan pokok, harga transportasi juga ikut melonjak. Beberapa strategi investasi juga terpengaruh akibat melemahnya nilai tukar rupiah.
Lantas apa saja faktor yang penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar? Yuk simak penjelasan berikut.
1. Permintaan dolar pada semester II tiap tahunnya mengalami kenaikan karena ada pembagian dividen emiten. Dimana sebagian investor di bursa efek asing, mereka mengalihkan dividen itu ke mata uang dolar AS.
2. Bank sentral Amerika, Federal Reserve atau seperti Bank Indonesianya Amerika. Berencana menaikan suku bunga acuan. Dengan suku bunga yang naik, maka hasil surat utang dolar otomatis naik. Dengan begitu, banyak investor di bursa efek mengalihkan dana investasinya ke Amerika
3. Importir lebih banyak memegang dolar AS dalam kegiatan bisnis. Dolar juga banyak dibeli perusahaan guna membayar utang bermata uang dolar karena takut nilai dolar semakin naik. Ketika dolar semakin naik, maka total uang akan semakin tinggi.
4. Impor barang konsumsi menjelang lebaran akan menaik sehingga defisit transaksi akan ikut naik. Sedangkan ekspor tidak mengalami kenaikan yang berarti
5. Kebijakan The Fed dan pemerintah dunia lainnya terkait perekonomian negara masing-masing.
6. Besaran bunga yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya. Kenaikan suku bunga bisa menunjang penguatan mata uang yang menarik para investor dalam mencari high return untuk penanaman modal.
7. Pertumbuhan ekonomi belum mencapai target
Tahukah kamu, kenaikan nilai dolar AS juga berdampak pada utang negara yang membesar dari asumsi APBN, sehingga dengan melonjaknya nilai mata uang tersebut, jumlah utang Indonesia pun otomatis meningkat dari prediksi sebelumnya.
Dengan demikian, hal yang bisa kamu lakukan ialah dengan beralih pada produk UMKM dibanding membeli produk impor. Jika kamu pecinta investasi, sebaiknya kamu memilih instrumen investasi yang tak begitu berdampak dengan kenaikan nilai tukar dollar, seperti emas atau obligasi.[]
(Fiona Renatami)
Baca Juga:
- Senin 8 November 2021: Nilai Dollar Melesat, Rupiah Tertinggal Jauh
- Ini Proyeksi BI Soal Pergerakan Rupiah Tahun Depan
- Update Harga Kripto Hari Ini dalam Rupiah
- Begini Cara Mudah Mencairkan Bitcoin ke dalam Rupiah