Protokol Jelang New Normal Pasar Pedurungan Semarang

Tak pakai masker tidak dilayani. Pasar Pedurungan menjadi percontohan pasar sehat di Kota Semarang, disiapkan menghadapi new normal.
Pasar sehat di Pasar Pedurungan, Kota Semarang. Pasar ini menerapkan protokol kesehatan secara ketat, guna membiasakan perilaku pedagang dan pembeli bersama mencegah Covid-19 jelang new normal. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang - Pemerintah Kota Semarang menetapkan Pasar Pedurungan, di Kecamatan Pedurungan, sebagai percontohan pasar sehat. Disebut pasar sehat karena pasar ini menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, diatur sedemikian rupa sebagai persiapan menghadapi new normal.

Matahari belum benar-benar berada di posisi atas kepala. Namun terpaan sinarnya di jelang siang pada Rabu, 1 Juli 2020, terasa cukup menyengat. Sebuah ukuran cuaca yang terbilang normal untuk kota yang berada di kawasan pesisir pantai utara Jawa Tengah.

Tagar tiba di halaman parkir Pasar Pedurungan ketika angka di handphone menunjukkan waktu 10.14 WIB. Seorang tukang parkir, yang awalnya berteduh di bawah pohon, setengah berlari menghampiri sembari memberi aba-aba.

"Maju dikit, sip, jangan lupa kunci motornya Mas," ujar si bapak tukang parkir.

Dua tangan terlihat mengenakan sarung tangan. Wajahnya tertutup masker mulai dari hidung hingga dagu. Tak bisa ditebak bagaimana bentuk wajahnya namun Tagar yakin jika pria seusia paruh baya itu merupakan sosok yang ramah. Seramah dia memberi tanda peringatan parkir dan membantu menggeser motor tanpa harus diminta.

Iseng-iseng sebuah pertanyaan terlontar. "Sejak kapan pakai masker Pak?". Kembali, ia memperlihatkan keramahan lewat sebuah kerutan senyum di pinggir matanya. "Ya, sejak ada Covid-19 Mas, sejak Pak Jokowi minta agar sering pakai masker," tutur dia.

Mengenakan masker, sebuah kebiasaan yang tergolong baru, setidaknya dalam tiga bulan terakhir, sejak pandemi Covid-19 mendera Tanah Air. Bukan hal aneh dijumpai di Pasar Pedurungan.

Mau keluar, mau ambil barang, jadi ya harus cuci tangan lebih dulu.

Pasar Sehat2Pedagang Pasar Pedurungan, Kota Semarang, mencuci tangan sebelum keluar pasar, Rabu 1 Juli 2020. Protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dibiasakan di kalangan pedagang dan pembeli jelang new normal. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Saat hendak masuk ke dalam pasar, Tagar berpapasan dengan seorang pedagang, lengkap dengan celemek yang masih menempel di bagian depan tubuhnya. Tak hanya mengenakan masker, perempuan berpostur mungil itu juga membersihkan dua tangan di wastafel di samping pos keamanan pasar.

"Mau keluar, mau ambil barang, jadi ya harus cuci tangan lebih dulu," ucap perempuan yang mengaku pedagang sayur bernama Mbak Yah itu.

Mengamati sekeliling, ternyata semua pedagang di kios depan pasar kompak mengenakan masker. Bahkan seorang nenek penjual pisang yang menggelar dagangannya di lantai, tak mau kalah dalam hal tertib protokol kesehatan. Pun demikian dengan pembeli yang sayup-sayup terdengar suaranya menanyakan harga.

Berjalan ke bagian dalam pasar, makin jelas memperlihatkan jika tulisan Kawasan Wajib Masker di spanduk bukan sekadar penghias tembok bangunan pasar. Mulai dari pedagang sayur, bumbu, aneka bahan pangan, hingga daging, semuanya mengenakan masker. Beberapa di antaranya pakai sarung tangan.

Malah kuli panggul yang hilir mudik sambil mengangkat tumpukan kardus berisi makanan ringan juga pakai masker. "Ya awalnya memang tidak biasa, tapi karena dipakai saban hari, akhirnya biasa, tidak ada masalah," serunya sembari berlalu.

Ada memang, pedagang yang mengenakan masker ditarik ke bawah, hanya menutup dagu. Namun itu pun hanya segelintir dan di saat mereka tidak tengah berdekatan dengan pedagang lain atau pembeli. Begitu Tagar mengarahkan kamera, pedagang itu spontan membenarkan letak maskernya sembari tersipu malu.

Pembatas Mika dan Tanda Silang

Pasar Sehat3Pembatas mika di lapak pedagang daging Pasar Pedurungan, Kota Semarang. Protokol kesehatan jelang new normal dibiasakan di pasar tersebut. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Ada sebuah pemandangan unik dan tak biasa ditemui di pasar-pasar tradisional pada umumnya. Di dalam pasar, persisnya di bagian belakang, yakni di los penjual daging, semua tempat berdagang diberi pembatas mika. Tingginya sekitar satu meter dari atas permukaan lapak.

Awalnya memang kikuk karena ukuran celah yang tidak terlalu lebar. Tapi lama-lama juga biasa.

Mika tersebut menjadi pembatas agar pedagang dan pembeli tidak saling berdekatan. Hanya ada celah, setinggi sekitar sejengkal tangan, menjadi ruang bagi pedagang memberi daging dan pembeli menyerahkan uang.

"Awalnya memang kikuk karena ukuran celah yang tidak terlalu lebar. Tapi lama-lama juga biasa," ujar Suhardi, 67 tahun.

Pedagang tetelan sapi asal Lamper Tengah ini sudah jualan daging di Pasar Pedurungan sejak 23 tahun lalu. Ia sudah kenyang dengan ragam pengalaman, pahit manisnya sebagai penjual tetelan. Puluhan tahun jadi pedagang, baru kali ini ada mika yang membatasi interaksinya dengan pembeli. Namun ia bisa memaklumi kebijakan itu.

"Baru dipasang sekitar dua pekan lalu. Tidak masalah, justru melindungi kami, mencegah penularan corona," ucap pria dua putra dan lima cucu itu.

Tak hanya pembatas mika, di dinding lapak dan lantai juga terlihat tanda silang warna merah berjarak sekitar satu meter. Tanda tersebut berjajar sepanjang los dasaran pedagang daging.

"Kalau tanda silang ini menjadi pengingat ke pembeli agar jaga jarak. Kami, para pedagang, juga selalu mengingatkan pembeli untuk pakai masker. Kalau tidak pakai masker, tidak kami layani," ucapnya tersenyum.

Tanda serupa juga dijumpai di lantai dua pasar, tempat para pedagang pakaian dan sejenisnya berjualan. Di setiap lantai depan kios maupun lapak, pasti ada tanda silang warna merah, berjarak semeteran. 

Thermo Gun Rusak

Pasar Sehat4Kepala Pasar Pedurungan Yuni Susanto memperlihatkan salah satu fasilitas pencegahan Covid-19 di pasar yang dikelolanya. Pasar Pedurungan Semarang menerapkan protokol kesehatan ketat jelang new normal. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Di bagian atas pasar itu, Tagar sempat dikejutkan dengan suara teguran seorang pria berbaju putih ke pedagang yang tengah santai di lapaknya. 

"Ayo bro, itu maskernya dipakai yang benar," ujar dia. 

Yang diingatkan langsung merespons dengan membetulkan posisi masker agar menutup mulut dan hidungnya. Belakangan baru diketahui orang yang menegur itu ternyata adalah Kepala Pasar Pedurungan Yuni Susanto. 

"Hal-hal yang terkait dengan protokol kesehatan ada di sini. Wajib pakai masker, tanda silang jaga jarak, wastafel dan ember untuk cuci tangan di tiap-tiap pintu pasar, semuanya ada," tutur dia. 

Kalau ada yang tidak pakai masker atau face shield tegur dan jangan dilayani.

Bilik disinfektan juga tersedia di bagian depan atau pintu masuk utama pasar. "Bilik itu bantuan dari Dinas Perdagangan, sudah sepekan ini ada. Bentuknya seperti embun, tapi bisa distel semprotannya," terangnya. 

Pria berumur 50 tahun ini lantas memperlihatkan fasilitas lain yang ada di lantai dua, tak jauh dari kantornya. Sembari menunjuk sebuah ruang berkaca gelap, ia memberikan penjelasan fungsi ruangan tersebut. 

"Ini adalah ruang isolasi sementara, fungsinya untuk memisahkan sementara pedagang yang merasa sakit, sembari menunggu dijemput keluarganya atau jika memang dibutuhkan tenaga medis maka kami panggilkan," beber dia.   

Dan lebih lengkap ketika Susanto menunjukkan sebuah ruang yang multifungsi, tak jauh dari ruang isolasi. Ruang itu dapat digunakan sebagai tempat istirahat pedagang, musala maupun anak-anak pedagang.

"Petugas kami juga dilengkapi face shield dan thermo gun. Tapi saat ini thermo gun-nya lagi rusakSaat pagi, ketika ramai pengunjung, kami jaga di pintu masuk. Kalau mulai siang, kami dibantu pedagang untuk mengawasi, karena kami ada banyak tugas lain yang harus dikerjakan," ucap dia. 

Sebelumnya, sembilan dari total 37 pasar tradisional di Kota Semarang pernah ditutup oleh Pemkot Semarang karena temuan positif covid-19 saat diadakan tes massal. Penutupan pasar selama tiga hari untuk proses sterilisasi dengan penyemprotan disinfektan. 

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat peresmian pasar sehat di Pasar Pedurungan, Minggu, 28 Juni 2020, meminta masyarakat dapat semakin bijak dalam menghadapi persoalan pandemi Covid-19.

"Ibu-ibu boleh berbelanja, berjualan, tetapi harus pakai masker atau face shield. Kalau kemarin ada yang mengeluh, pakai masker sesak, ini sudah disediakan face shield, harus dipakai. Kalau ada yang tidak pakai masker atau face shield tegur dan jangan dilayani," ucap dia. 

Hendi, sapaan Hendrar Prihadi, mencontohkan pemakaian sarung tangan sebagai hal penting saat memilih buah, sayur dan barang belanjaan lain.

"Berbagai protokol standar kesehatan ini, diharapkan dapat dipatuhi bersama sehingga membuat seluruh pengunjung, pedagang dan konsumen yakin dan mantap berbelanja tanpa khawatir area pasar sebagai klaster berbahaya," tuturnya. [] 

Baca cerita lainnya: 

Berita terkait
Cek Fakta, Klaster Akad Nikah Covid-19 di Semarang
Klaster akad nikah di kawasan Terboyo, Kecamatan Gayamsari menyumbang kenaikan kasus Covid-19 Semarang. Bagaimana faktanya?
Dikaji, Izin Pembukaan 50 Tempat Wisata di Semarang
50 tempat wisata dan usaha hiburan di Kota Semarang mengajukan izin buka untuk umum di masa pandemi. Disbudpar masih melakukan kajian.
Kabar Gembira, Wisata Menara MAJT Semarang Dibuka
Wisata religi MAJT Semarang membuka diri bagi wisatawan. Protokol kesehatan siap diterapkan. Apa saja yang perlu diperhatikan pengunjung?
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.