Projo: Jokowi Tidak Tercemar Dosa Warisan Orde Baru

"Jokowi adalah anak kandungnya rakyat, pemimpin rakyat yang lahir dari rahim rakyat itu sendiri," kata Budi Arie Setiadi.
Ketua umum Projo adalah Budi Arie Setiadi. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta, (Tagar 10/10/2018) - Bicara soal kemenangan Presiden Joko Widodo bersama Jusuf Kalla di Pilpres 2014 tak bisa dilepaskan dari peran para pendukungnya. Termasuk, relawan pendukung Jokowi yang tergabung dalam sebuah ormas, salah satunya Pro Jokowi (Projo).

Projo terbentuk atas kekagumannya terhadap sosok Jokowi kala dia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Jokowi dinilai sebagai figur yang paling tidak tercemar oleh dosa warisan Orde Baru di antara tokoh-tokoh calon pemimpin lainnya. Jokowi, benar-benar simbol pemimpin yang bukan berasal elite partai politik, melainkan dari rakyat.

"Jokowi ini adalah anak kandungnya rakyat, pemimpin rakyat yang lahir dari rahim dan kandungannya rakyat itu sendiri," ungkap Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi dalam wawancara khusus bersama Tagar News, di DPP Projo, Pancoran, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Jokowi, menurut Budi Arie Setiadi, ibarat oase di tengah gurun. Kehadirannya memang sudah dinantikan oleh rakyat.

"Jokowi sudah mendeliver banyak hal, dan kerinduan rakyat terhadap kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat. Ini, dirindukan oleh rakyat, bahwa model pemimpin seperti ini loh, bukan anak siapa-siapa, memang anaknya rakyat begitu," ucap Budi.

Sejarah  Projo

ProjoSebuah foto saat Jokowi mendatangi kantor Projo saat pemilihan presiden 2014. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Sang anak kandung rakyat, Jokowi, lantas mengilhami lahirnya organisasi masyarakat Projo pada 23 Agustus 2014. Projo didirikan oleh pecahan orang-orang yang sebelumnya tergabung dalam Posko Pro Megawati (PEROMEG) 98 dan Gerakan Reformasi Mahasiswa 98, yang sebagian besar orangnya pindah ke partai politik. Namun Budi Arie Setiadi, Gunawan Wirosaroyo, Suryo Sumpeno, dan aktivis lainnya terketuk dan memilih berdiri di jalur relawan.

"Tinggalah kami yang berkhidmat untuk tetap di jalur relawan, hingga akhirnya Jokowi muncul dan memantik semangat kami untuk kembali membangun jaringan, serta menyuarakan arti penting partisipasi publik dan partisipasi politik rakyat kebanyakan," terang Budi bercerita.

"Jokowi adalah pemimpin rakyat tanpa beban masa lalu dan juga bukan beban di masa depan," sambungnya.

Selama empat tahun mendukung Jokowi, rupanya sayap Projo sudah melebar ke seluruh provinsi dan kabupaten kota di Indonesia. Namun, Budi menegaskan bahwa Projo bukanlah kaki-tangan atau sayap partai politik. Projo meletakkan dirinya dalam menjaga pemerintahan Jokowi.

"Kami independen, kami bebas-merdeka, kami mendukung Jokowi karena memiliki cita-cita politik yang sama," tegasnya.

Setelah pemenangan, fokus Projo selanjutnya adalah fokus pada pengawalan kepemimpinan Jokowi. "Projo berkhidmat untuk mendorong perhatian pemerintah atas tuntutan rakyat," ucap Budi.

Seperti makna filosofis di balik nama Projo itu sendiri yang berasal dari bahasa sansekerta dan bahasa Jawa Kawi yang dapat diartikan sebagai relawan yang mencintai negeri dan rakyatnya.

Besarnya harapan rakyat terhadap kepemimpinan Jokowi, menurut Budi tercermin dari semakin luasnya relawan Projo yang tersebar di hampir seluruh daerah di Indonesia. Sistem organisasinya pun sudah terstruktur dengan baik."Dalam bahasa Sansakerta Projo artinya negeri, dan dalam bahasa Jawa Kawi Projo itu artinya rakyat. Jadi, relawan Projo itu orang-orang yang mencintai negeri dan rakyatnya," ujarnya.

Besarnya harapan rakyat terhadap kepemimpinan Jokowi, menurut Budi tercermin dari semakin luasnya relawan Projo yang tersebar di hampir seluruh daerah di Indonesia. Sistem organisasinya pun sudah terstruktur dengan baik.

"Kita sudah ada seluruh provinsi dan kabupaten kota di seluruh Indonesia. Projo ini sudah tersebar merata di seluruh Indonesia, dengan sistem yang sudah terstruktur lengkap dari mulai DPP, DPW, DPC, sampai PAC,"ujarnya.

"Semua pendanaan kita selesaikan dengan sistem itu. Semuanya dari masing-masing teman daerah, kita yang di pusat hanya membantu yang bisa kita bantu, karena ini energi rakyat yang tumbuh dari bawah. Ini bukan , ini ini gerakan rakyat," terang Budi.Dengan demikian, untuk sistem pendanaan, Projo pun menganut tiga paham sebagai landasan, yaitu partisipatif, mandiri, dan gotong royong.

"Semua pendanaan kita selesaikan dengan sistem itu. Semuanya dari masing-masing teman daerah, kita yang di pusat hanya membantu yang bisa kita bantu, karena ini energi rakyat yang tumbuh dari bawah. Ini bukan top down, ini bottom up ini gerakan rakyat," terang Budi.

"Projo sudah mempersiapkan diri. Hasil rakernas kemarin kita akan mempesiapkan tim untuk jaringan konsolidasi, daya dukung kampanye, sosmed termasuk juga tim saksi yang sedang kita siapkan di 18.000 TPS," tukas Budi Arie.Projo juga sudah sangat siap bertempur untuk menangkan Jokowi kembali. Dia optimis daya juang Projo akan mampun mengawal pesta demokrasi mendatang.

"Projo sudah mempersiapkan diri. Hasil rakernas kemarin kita akan mempesiapkan tim untuk jaringan konsolidasi, daya dukung kampanye, sosmed termasuk juga tim saksi yang sedang kita siapkan di 18.000 TPS," tukas Budi Arie.

ProjoKetua umum Projo adalah Budi Arie Setiadi. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Terlepas dari perannya di 2014 maupun 2019 mendatang, Projo yang kini menjelma menjadi satu relawan darat terbesar dan memiliki status resmi organisasi kemasyarakatan (Ormas) dari Kementerian Hukum dan HAM belum merencanakan arah ormasnya lebih jauh. Maka, jika Jokowi telah usaikan masa tugasnya sebagai RI-1, akankah Projo bertransformasi menjadi sebuah partai politik?

"Biarkan Projo menjemput takdir sejarahnya sendiri," tutup Budi singkat. []








Berita terkait
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.