Banda Aceh - Munculnya gambar pria tanpa busana di aplikasi navigasi Google Maps, Senin 4 November 2019 membuat banyak pihak geram. Salah satunya seperti diutarakan akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Syamsul Rijal. Dia menilai, munculnya gambar tak senonoh itu sangat mengusik kenyamanan warga Aceh yang peduli terhadap karakter kedaerahannya.
"Perihal Google Maps penelusuran Kota Banda Aceh terlihat postingan pria tanpa busana apalagi pouse tersebut dengan background panorama Aceh tentu sangat mengusik kenyamanan warga Aceh yang perduli terhadap katekter kedaerahannya," kata Syamsul Rijal pada Tagar, Senin 4 November 2019.
Terkait hal tersebut, Syamsul menyarankan agar negara dalam hal ini pemerintah harus mencari tahu motif pelaku yang dinilai sengaja memasang gambar tak terpuji itu.
Pemerintah harus mengusut Google Maps untuk menghapus serta memohon maaf atas pemuatan foto itu yang memberi dampak tidak nyaman bagi warga Aceh.
Selain itu, ujar Syamsul, pelaku juga harus ditindak sesuai ketentuan berlaku. Ini perlu dilakukan supaya hal serupa tidak terulang lagi.
Kata Syamsul, pemerintah juga harus memproses pihak Google agar gambar tersebut dihapus. Lalu memohon maaf pada masyarakat Aceh.
"Pemerintah harus mengusut Google Maps untuk menghapus serta memohon maaf atas pemuatan foto itu yang memberi dampak tidak nyaman bagi warga Aceh. Warga Aceh dan atau nitizen tentu lebih bijak dapat membedakan mana yang terbaik sebagai kosumsi pemeritaan yang mereka telusuri," katanya.
Sudah Dihapus
Anggota DPD RI asal Aceh, M. Fadhil Rahmi mengaku sudah memberi teguran kepada Head Government Affair Google Indonesia terkait munculnya gambar tersebut.
Pasca diberi teguran, pihak Google meminta waktu untuk memeriksa munculnya kejanggalan tersebut. Lalu, sekira pukul 10.43 WIB, pihak Google mengabarkan bahwa gambar tersebut sudah dihapus.
"Info terakhir dari pihak Google, gambar tersebut sudah dihapus," kata Fadhil.
Fadhil berharap kejadian tersebut tidak terulang lagi. Karena itu, ia juga meminta pihak Google agar memberi klarifikasi kepada masyarakat terkait gambar tak terpuji itu.
"Semoga keberadaan Google tidak untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, hendaknya ada filter terhadap konten-konten yang akan tampil, juga harus menjunjung dan menghargai local wisdom (kearifan lokal)," ujarnya. []
Baca juga: