Prapanca (nama samaran), adalah Bhiksu Buddha, penulis Kitab Nagarakretagama, sekretaris pribadi Raja Hayam Wuruk, Majapahit. Justru saat Prapanca menjadi sekretaris pribadi Hayam Wuruk, agama Buddha dikesampingkan oleh Sang Raja.
Padahal nenek Hayam Wuruk sendiri adalah seorang Bhiksuni yaitu ibu Gayatri, putri Raja Kertanagera. Ibu Gayatri adalah pendiri Majapahit sekaligus istri Sang Amurwa bhummi alias Raden Wijaya alias Sang Abhiseka.
Raden Wijaya adalah anak Lembu Tal dari garis Ken Arok-Ken Dedes, sedang Gayatri adalah puteri Kertanegara dari garis keturunan Ken Dedes-Tunggul Amatetung. Keduanya adalah simbol runtuhnya kutukan Mpu Gandring yang berawal saat Ranggawuni menikahi adik Mahesa Wongateleng.
Persaingan antaragama negara di era Hayam Wuruk sungguh luar biasa, dalam merebut perhatian Sang Raja.
Mengapa namanya harus disamarkan? Prapanca takut akibat kritik-kritik pedasnya, dia akan diteror oleh agama negara lainnya. Zaman Majapahit sudah ada 'kadrun'.
Dalam Kitab Nagarakretagama pupuh 114 kalau tidak salah, Prapanca secara terbuka mengkritik Hayam Wuruk dengan bahasa yang sangat sarkastik. Yaitu, Prapanca bilang: it is used to be Buddhist Temple here.
Yang maknanya kira-kira Prapanca protes kepada Hayam Wuruk bahwa kerajaan tidak merawat candi-candi Buddha. Habis itu, Hayam Wuruk memerintahkan memugar semua candi Buddha yang ada di wilayah Majapahit.
Persaingan antaragama negara di era Hayam Wuruk sungguh luar biasa, dalam merebut perhatian Sang Raja.
Kitab Nagarakretagama adalah buku harian Raja Hayam Wuruk yang ditulis Mpu Prapanca.
Perjalanan hidup spiritual Prapanca mirip dengan Lohgawe (zaman Akuwu Tumapel: Tunggul Ametung).
Selamat Hari Waisak
*Akademisi Universitas Gadjah Mada
Baca juga:
- Hari Raya Waisak Kamis 7 Mei 2020, Sejarah dan Makna
- Cerita Pekerja Muslim di Lingkungan Vihara Dharma Bakti Jakarta