Tri Suci Waisak di Ambon Aman, Puti: Jadikan Waisak Inspirasi Perdamaian

Tri Suci Waisak di Ambon aman, Puti: jadikan Waisak inspirasi perdamaian. "Selamat Hari Raya Waisak. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta. Semoga semua mahkluk berbahagia," ucap Puti.
Sejumlah tokoh lintas agama berdoa bersama pada acara pembukaan bakti sosial dalam rangkaian hari Tri Suci Waisak 2562 BE/2018 di Taman Lumbini, kawasan Taman Wisata Candi Borobuidur (TWCB) Magelang, Jawa Tengah, Jumat (25/5/2018). Lima pemuka agama Islam, Kristen, Katholik, Buddha, dan Hindu berdoa bersama untuk keutuhan, persatuan, dan kesatuan NKRI. (Foto: Ant/Anis Efizudin)

Ambon, (Tagar 29/5/2018) – Mendapat pengawalan ketat pihak Kepolisian dari Polres Pulau Ambon, pelaksanaan kebaktian Tri Suci Waisak ke 2562 tahun 2018 yang berlangsung di gedung Vihara Swarna Giri Tirta, Kelurahan Benteng, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, berlangsung aman.

Kebaktian Tri Suci Waisak berlangsung dalam situasi hujan lebat yang turun sejak malam hari di Kota Ambon, tidak mengurangi semangat umat Buddha untuk datang mengikuti kebaktian.

Seusai mengikuti kebaktian, Ketua Walubi Maluku Welhelmus Jaurissa mengatakan, sebagai umat kita menyadari bahwa situasi alam yang terjadi saat ini pun merupakan pemberian yang Maha Kuasa.

"Entah itu hujan yang saat ini lagi turun sangat lebat di Kota Ambon atau entah itu panas, angin atau kondisi apa pun yang terjadi sekarang ini kita tetap bersyukur," ujarnya.

Dia mengatakan, kita hari ini diberikan hujan lebat yang turun sejak malam hingga pagi hari ini, tetapi kita tetap bersyukur karena di balik itu ada hikmat dari yang Maha Kuasa.

"Apalagi hari ini kita dapat melaksanakan kebaktian dengan aman tentram tidak ada gangguan apa pun sebab dikawal oleh pihak kepolisian dan karena itu kami juga menyampaikan terimah kasih kepada pihak kepolisian terutama Kapolda Maluku, Kapolres Pulau Ambon dan seluruh jajarannya yang telah memberikan pengamanan yang begitu baik dan rasa aman bagi kami melaksanakan kebaktian," ujarnya.

Kata dia, tidak ada kata lain yaitu syukur dan terima kasih, sesuai dengan tema Waisak Tahun 2018 yakni Transformasikan Kesadaran Delusi Menjadi Kesadaran Murni, itu artinya alam memberi waktu dan kesempatan untuk kita menikmati kebaktian.

Sedangkan makna dari sub tema yakni mentransformasi hal-hal atau informasi atau mempelajari apa pun perlu pembelajaran dan waktu yang cukup panjang.

“Karena itu dengan semangat tema Waisak tahun ini kita juga memberikan imbauan kepada seluruh elemen agar tetap menjaga keharmonisan dan kedamaian yang adalah inti dari hidup, tanpa keharmonisan dan kedamaian akan sia-sia dalam kehidupan,” tuturnya.

Inspirasi Perdamaian

Sementara itu, Calon Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Puti Guntur Soekarno mengharapkan masyarakat menjadikan momentum Hari Raya Waisak untuk memperkuat perdamaian antarumat.

"Semoga hari raya ini memberi inspirasi bagi kita semua untuk mengupayakan kedamaian, ketenteraman, dan kesejahteraan di negeri yang kaya raya dan memiliki banyak kebhinnekaan ini," ujar Puti di sela kunjungannya di Malang, Selasa (29/5).

Cucu Presiden Pertama Bung Karno tersebut dalam siaran persnya menyampaikan ucapan selamat Hari Raya Waisak kepada seluruh umat Buddha.

"Selamat Hari Raya Waisak. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta. Semoga semua mahkluk berbahagia," ucap putri sulung Guntur Soekarnoputra tersebut.

Bagi umat Buddha, kata dia, Hari Raya Waisak mengandung tiga peristiwa suci, yakni kelahiran Pangeran Sidharta Gautama, tercapainya penerangan atau pencerahan sempurna oleh pertapa Gautama menjadi Sang Buddha, serta hari wafatnya Buddha Gautama.

Puti mengatakan, Sang Buddha telah mewariskan banyak ajaran luhur dan praktik-praktik kebajikan yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah, termasuk di Nusantara ini.

"Agama Buddha telah menjadi bagian penting dari kehidupan nenek-moyang di masa lalu. Banyak karya sastra yang dihasilkan oleh para pujangga, salah satunya yang termahsyur adalah Kakawin Sutasoma," kata mantan anggota DPR RI tersebut.

Dia juga mengisahkan bahwa Kakawin Sutasoma digubah oleh Mpu Tantular pada abad ke-14, di masa Kerajaan Majapahit, pada era Raja Hayamwuruk dan sang pujangga menceritakan kehidupan harmoni antara pemeluk agama Hindhu-Siwa dan agama Buddha pada masa itu.

"Kutipan terkenal dari Kakawin Sutasoma adalah Bhinneka Tunggal Ika, yang oleh para pendiri bangsa, dijadikan motto bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia," tuturnya.

Pasangan Gus Ipul dalam Pilkada Jatim 2018 tersebut mengatakan, Jatim sebagai provinsi sangat penting karena menjadi sumber utama mengalirnya penyebaran agama-agama besar di masa lalu, seperti Hindhu, Buddha, dan Islam.

Kitab-kitab utama, lanjut dia, peninggalan purbakala termasuk candi, arsitektur dan situs-situs lain banyak ditemui di Jatim sehingga menjadikan provinsi ini kaya dengan banyaknya warisan kebudayaan dari masa lalu. (ant/yps)

Berita terkait