Praktik Kawin Tangkap di Sumba, Citra yang Tak Berdaya

Pemerintah berjanji akan menghapus praktik kontroversial kawin tangkap yang marak terjadi pulau terpencil Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Masyarakat di sebuah pulau terpencil di Sumba masih mempraktikkan kepercayaan animisme meskipun telah memeluk agama Islam atau Kristen. (Foto: Getty Images|BBC News).

Jakarta - Pemerintah berjanji akan menghapus praktik kontroversial 'kawin tangkap' di pulau terpencil Sumba, Nusa Tenggara Timur, pasca viralnya video seorang wanita diculik untuk dinikahi memicu perdebatan nasional.

Citra (bukan nama sebenarnya) tak mempunyai firasat buruk ketika ada dua orang yang tak dikenal menghampirinya. Mereka mengaku sebagai pejabat setempat, yang ingin membahas anggaran untuk proyek yang akan digarap di pulau terpencil itu dan minta diantar ke suatu lokasi.

Aku menendang dan berteriak, ketika mereka memaksaku masuk ke mobil. Suasana saat itu sepi dan tak ada orang yang mendengar teriakkanku.

Baca Juga: Lima Wisata Eksotis Pulau Sumba 

Gadis 28 tahun itu sebenarnya takut. Namun melihat dua laki-laki berprilaku baik, Citra merasa tak khawatir.

Citra minta izin mau ambil motor. Bagaiamana pun ia tak mau ambil risiko berada dalam satu mobil dengan orang tak dikenal. Saat akan menghidupkan motor, mendadak beberapa orang laki-laki muncul dan menghalang-halanginya.

"Aku menendang dan berteriak, ketika mereka memaksaku masuk ke mobil. Suasana saat itu sepi dan tak ada orang yang mendengar teriakkanku. Aku tidak berdaya. Aku tidak tahu apa yang terjadi," ucap Citra, seperti diberitakan dari BBC News, Selasa, 21 Juli 2020.

Ternyata Citra diculik untuk dinikahkan dengan seorang pria. Praktik penculikan wanita atau kawin tangkap seperti yang dialami Citra marak terjadi di Sumba. Dalam praktik kontroversial ini, seorang wanita diambilpaksa oleh anggota keluarga atau teman pria yang ingin menikahinya.

Ada banyak orang yang menunggu di sana. Mereka membunyikan gong ketika mobil baru sampai, dan mulai melakukan ritual.

Meskipun sudah lama ada seruan pelarangan praktik kawin nikah oleh kelompok hak asasi perempuan, masih terus terjadi di beberapa bagian Sumba. Namun setelah rekaman video penculikan Citra beredar luas di media sosial, pemerintah pusat berjanji akan memberantas praktik perdagangan wanita itu.

Aku Rasanya Seperti Sekarat

Di dalam mobil, Citra berhasil mengirim pesan kepada pacar dan orang tuanya soal penculikan sebelum sampai di sebuah rumah bergaya tradisional, dengan atap tinggi dan pilar-pilar kayu solid. Ternyata keuarga yang menculiknya adalah saudara jauh dari pihak ayah Citra.

"Ada banyak orang yang menunggu di sana. Mereka membunyikan gong ketika mobil baru sampai, dan mulai melakukan ritual," ucap Citra.

Kawin Tangkap di SumbaLaki-laki Sumba mengendarai kuda mereka saat menghadiri festival Pasola, agama animisme yang masih dipercaya masyarakat pulau itu. (Foto: Getty Images|BBC News).

Masyarakat di pulau terpencil Sumba masih mempraktikkan kepercayaan animisme kuno yang dikenal dengan sebutan Marapu, meskipun telah memeluk Islam atau Kristen. Dalam kepercayaan itu, untuk menjaga keseimbangan dunia, roh harus ditenangkan dengan upacara pengorbanan.

Aku ingin mereka mengerti bahwa aku tidak menginginkan pernikahan ini. Aku berharap mereka akan merasa kasihan.

"Di Sumba, orang percaya bahwa ketika air menyentuh dahi Anda, Anda tidak bisa meninggalkan rumah," tutur Citra.

Kata gadis itu lagi,"Aku sangat menyadari apa yang akan terjadi. Ketika mereka mencoba melakukan itu, aku berbalik pada menit terakhir sehingga air tidak menyentuh dahiku."

Anak dari keluarga penculik mengatakan kepada Citra bahwa ia sangat mencintainya dan membujuk untuk menerima pinangan.

"Aku menangis sampai tenggorokan kering. Aku melemparkan diri ke tanah. Aku terus menusukkan kunci sepeda motor yang aku pegang di perut sampai memar. Aku memukul kepala ke pilar kayu besar. Aku ingin mereka mengerti bahwa aku tidak menginginkan pernikahan ini. Aku berharap mereka akan merasa kasihan," ucap Citra.

Citra bercerita, selama enam hari di ruang tamu. Mereka, keluarga penculik tidur di ruang tamu, takut gadis itu melarikan diri. "Aku menangis sepanjang malam, dan aku tidak tidur. Aku rasanya seperti sekarat."

Citra menolak untuk makan atau minum apa pun yang ditawarkan oleh keluarga penculik karena takut disirap. "Jika kita mengambil makanan mereka, maka kita akan menurut dan mau dinikahkan," tuturnya. Saudara perempuan dari pria penculik yang merasa kasihan dengan citra diam-diam membawakan makanan dan air.

Keluarga Citra dengan bantuan kelompok hak asasi wanita mendatangi kampung tempat tinggal keluarga penculik. Mereka melakukan negosiasi dengan para tetua desa dan keluarga "calon pengantin pria" untuk pembebasan Citra.

Sulitnya Negosiasi

Kelompok hak-hak perempuan, Peruati mendokumentasikan tujuh penculikan pengantin wanita dalam empat tahun terakhir. Diyakini masih banyak lagi kasus serupa di daerah-daerah terpencil.

Hanya tiga wanita, termasuk Citra, yang akhirnya dibebaskan. Dalam dua kasus terbaru yang direkam video pada bulan Juni, seorang wanita akhirnya melangsungkan pernikahan yang tak diinginkan.

"Mereka mau menerima pernikahan karena tidak punya pilihan," kata aktivis Aprissa Taranau yang merupakan pimpinan daerah Peruati.

Menurutnya, kawin tangkap merupakan bentuk pemaksaan dan perempuan tidak dalam posisi untuk bisa bernegosiasi. Mereka yang berhasil keluar dari cengkraman sering distigmatisasi oleh komunitas tersebut.

Praktik Kawin Tangkap di SumbaKasus penculikan untuk dinikahi atau kawin tangkap baru-baru ini di Pulau Sumba yang berhasil direkam dalam video dan menjadi viral. (Foto: BBC News).

Para perempuan yang mau kabur akan ditakut-takuti tidak bisa menikah atau punya anak. Ini membuat banyak yang takut untuk melarikan diri dan hanya bisa pasrah, seperti yang diceritakan Citra

"Alhamdulillah aku sekarang menikah dengan pacarku dan kami memiliki anak berusia satu tahun," katanya tersenyum, sembari mengingat kejadian kelam tiga tahun silam.

Sejarawan dan sesepuh Sumba, Frans Wora Hebi menampik bahwa kawin tangkap bagian dari tradisi budaya Sumba. Menurutnya, praktik itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang memaksakan kehendak kepada wanita yang tak berdaya.

Tidak adanya tindakan dari pemuka adat dan pihak berwenang membuat praktik kawin tangkap bisa berjalan mulus hingga kini. "Tidak ada undang-undang yang menentang, hanya kadang-kadang ada teguran sosial terhadap mereka yang mempraktikkannya," ucap Frans.

Setelah adanya pernyataan pemerintah, para pemimpin daerah di Sumba menandatangani deklarasi bersama menolak praktik kawin tangkap, awal bulan ini.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Bintang Darmavati atau yang lebih dikenal Bintang Puspayoga terbang ke pulau Sumba untuk menghadiri deklarasi bersama penolakan praktik kawin tangkap.

Menteri Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak, Gusti Ayu Bintang DarmavatiMenteri Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak, Gusti Ayu Bintang Darmavati mengatakan pemerintah berjanji akan menghapus praktik kawin tangkap di Sumba yang merugikan perempuan. (Foto: BBC News).

"Kami telah mendengar dari para pemimpin adat dan pemuka agama bahwa bahwa praktik kawin tangkap bukan benar-benar bagian dari tradisi Sumba," katanya kepada media usai acara.

Bintang Puspayoga berjanji akan menindaklanjuti deklarasi sebagai upaya untuk mengakhiri praktik kawin tangkap. Ia menyebut praktik itu sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Kelompok hak asasi manusia menyambut baik langkah tersebut . Namun menggambarkannya sebagai "langkah pertama dalam perjalanan panjang".

Baca Juga: Pantai Mandorak, Destinasi Cantik di Sumba Barat Daya

Citra bersyukur atas kepedulian pemerintah. Ia berharap tidak akan ada lagi praktik perwakinan yang dilakukan secara paksa di Sumba. "Bagi sebagian orang, ini mungkin tradisi dari leluhur kita. Tapi itu kebiasaan kuno yang harus dihentikan karena sangat merusak dan merendahkan wanita," ucapnya. []

Berita terkait
Lima Wisata Eksotis Pulau Sumba
Pulau Sumba NTT memiliki banyak tempat wisata yang eksotis, berikut ulasannya.
Sumba, Pulau Terindah di Dunia
Kecenderungan minat wisatawan setelah mengunjungi Labuan Bajo yaitu memilih ke Pulau Sumba, menyusul pilihan mereka ke danau tiga warna Kelimutu di Ende.
Bendungan Mila di Pulau Sumbawa Siap Digenangi Awal Desember 2018
Bendungan Mila di NTB saat ini telah rampung dan siap untuk dilakukan penggenangan awal Desember 2018.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.