Polri Diminta Tangkap Pencetus People Power

Akademisi UGM Bagas Pujilaksono Widyakanigara meminta Polri menangkap orang yang pertama kali memunculkan istilah people power.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kanan) disaksikan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri), berbicara saat rapat kerja bersama Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (7/5/2019). Rapat kerja bersama tersebut membahas masukan dan evaluasi penyelenggaraan pemilu serentak dari berbagai sisi baik regulasi dan pengamanan. (Foto: Antara/Reno Esnir)

Jakarta - Akademisi dan budayawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Bagas Pujilaksono Widyakanigara meminta Polri menangkap orang yang pertama kali mencetuskan istilah people power. 

Hal tersebut ia sampaikan dalam surat terbuka ditujukan kepada rakyat Indonesia diterima Tagar, Senin dini hari, 20 Mei 2019.

"Tangkap orang yang pertama kali memunculkan dan selalu memprovokasi rakyat Indonesia dengan people power. Nggak peduli Genderuwo dari Alas Roban atau Alas Ketanggo, tangkap!" ujar Bagas dalam surat tanpa menyebut nama yang ia maksud.

Berikut ini isi surat terbuka Bagas Pujilaksono selengkapnya.

"Akhir-akhir ini suasana kebatinan rakyat Indonesia diganggu munculnya istilah makar.

Makar adalah upaya politik sekelompok orang dalam merongrong atau menjatuhkan pemerintahan yang sah yang terpilih secara demokratis. Jika makar ditempuh dengan modus people power, maka caranya dengan mengerahkan massa besar untuk menciptakan suasana chaos di masyarakat. 

Tidak bisa dipungkiri, people power dalam format demokratis hanyalah cara-cara inkonstitusional dari sekelompok orang yang haus kekuasaan yang tidak siap bertanding secara demokratis dan tidak siap kalah. Ini masalah mental.

Penggantian istilah people power dengan kedaulatan rakyat hanyalah permainan kata-kata yang maknanya sama. Pertanyaannya adalah rakyat mana yang mau dibodohi dengan istilah itu?

Upaya makar ini sebenarnya sudah nampak jauh-jauh hari sebelum proses pemilu berlangsung. Upaya memojokkan KPU yang seolah-olah tidak akan mampu menjalankan tahapan pemilu secara jurdil adalah targetnya. Padahal, KPU adalah lembaga resmi negara yang bekerja di bawah payung Undang-Undang, dilecehkan seenaknya.

Penggantian istilah people power dengan kedaulatan rakyat hanyalah permainan kata-kata yang maknanya sama. Pertanyaannya adalah rakyat mana yang mau dibodohi dengan istilah itu?

Rakyat pun diracuni pikiran dan akal sehatnya dengan gempuran-gempuran fitnah keji, dan hoax yang tujuannya menjungkirbalikkan fakta atau kebenaran diganti dengan fatamorgana kebohongan. 

Sebagai contoh, tujuh kontainer berisi kertas suara pilpres yang sudah dicoblos paslon tertentu yang datang dari Tiongkok. Ini fitnah keji dan biadab yang menjatuhkan kredibilitas KPU. 

Dan jangan lupa kasus kebohongan berjamaah ala Ratna Sarumpaet: bermunculan sok tokoh-tokoh yang berlagu bicara kesucian, setelah Ratna Sarumpaet mengaku berbohong, secara berjamaah merasa dibohongi dan memposisikan dirinya sebagai korban. Tontonan macam apa ini?

Kombinasi antara politik identitas, sebaran fitnah keji dan hoax terus meningkat menjelang, selama dan sesudah pemilu. Selama proses kampenye istilah people power sering dimunculkan oleh tokoh tertentu. Dimana akal warasnya? Di satu sisi dirinya menuntut proses pemilu berlangsung secara demokratis, namun di lain sisi terus saja ngomong people power.

KPU dituduh curang tanpa argumen rasional dan bukti. Curang... curang... pokoknya curang. Ini bahasa orang kalap yang tidak bisa menerima fakta. Lagi-lagi, ini masalah mental. Wafatnya petugas KPPS juga dipelintir dengan fitnah keji yaitu diracun. Akal sehat sudah nihil. Begitu mudahnya ngomong petugas KPPS meninggal diracun, padahal yang ngomong bukan lembaga resmi negara yang memiliki otoritas bicara soal hal itu. Ngurus negara seperti ngurus WC umum.

Semakin jelas, bahwa rencana makar sudah disiapkan jauh-jauh hari, walau sesekali disuguhi bualan konyol sebagai gambaran ciutnya nyali. Besar pasak daripada tiang.

Munculnya kasus Eggy Sudjana, Kivlan Zein, Permadi, penggal kepala Presiden, pembuat dan penyebar video penggal kepala Presiden, hanyalah rentetan kejadian yang dimotivasi munculnya istilah people power.

People power adalah jalan pikiran orang yang sudah kehilangan akal sehat yang tidak cukup punya nyali untuk berdemokrasi secara beradab. Jadi yang muncul adalah memaksakan kehendak.

Tangkap orang yang pertama kali memunculkan dan selalu memprovokasi rakyat Indonesia dengan people power. Nggak peduli Genderuwo dari Alas Roban atau Alas Ketanggo, tangkap! Saya mohon Polri segera menangkap orang ini. 

Saya perhatikan orang ini asal ngomong dan selalu memprovokasi rakyat Indonesia dengan hal-hal comberan. Sudah tua bangka mustinya siap-siap menghadap Tuhan, menebar kebaikan, bicara kebenaran, bukan malah memprovokasi orang dan berperilaku brutal dan konyol. Tangkap!

Surat terbuka ini bukan dalam rangka membela atau menghujat paslon tertentu. Namun, sebagai upaya menjaga keutuhan NKRI, persatuan dan kesatuan bangsa dan tegaknya Pancasila.

Rakyat Indonesia, sadarlah, kalian sedang diperalat untuk kepentingan politik, dan kalian tidak akan pernah dapat apa-apa. Salah-salah, kalian bisa masuk penjara hanya untuk sesuatu yang tidak jelas yang tidak sepadan dengan pengorbanan kalian, kalian korbankan segalanya." []

Baca juga:

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.