PKS Desak Pemerintah Serius Atasi Permasalahan KKB di Papua

Sukamta meminta pemerintah serius menangani gangguan keamanan dan ketertiban di Papua yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata.
Wakil Ketua Fraksi Bidang Polhukam, Sukamta mempertanyakan motif Presiden Joko Widodo (Jokowi) melahirkan Perpres Nomor 7 Tahun 2021. (Foto: Dokumen Sukamta)

Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS Sukamta meminta pemerintah serius menangani gangguan keamanan dan ketertiban (kamtibmas) di Papua yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB), agar tidak ada lagi warga sipil dan aparat TNI-Polri yang menjadi korban. 

Dia mengatakan korban berjatuhan dari pihak TNI masih saja terjadi, seakan ada pembiaran, misalnya, bulan November 2020 ada 1 personel TNI gugur. 

"Kemudian masih di bulan ini ada 1 lagi yang gugur. Ini menunjukkan intensitas gangguan kamtibmas yang masih tinggi di Papua, semestinya ada upaya serius mengatasi hal ini supaya tidak ada lagi korban aparat TNI-POLRI dan juga warga sipil," kata Sukamta di Jakarta, Senin, 25 Januari 2021. 

Dugaan saya pemerintah ragu-ragu dengan langkah lebih keras karena khawatir sorotan dunia internasional yang memandang masih adanya kasus-kasus pelanggaran HAM di Papua.

Baca juga: Prajurit TNI Tewas di Papua, PKS: Harap Menhan Prabowo Bergerak!

Hal itu dikatakannya terkait dua prajurit TNI dari Yonif R 400/BR yaitu Pratu Roy Vebrianto dan Pratu Dedi Hamdani dikabarkan tewas dalam baku tembak dengan KKB di Kabupaten Intan Jaya, Papua, Jumat, 22 Januari 2021. 

Dia menyoroti pendekatan pemerintah dalam mengatasi KKB yang dianggap terlalu lunak sehingga kelompok separatis itu masih leluasa bergerak melakukan serangan kepada aparat keamanan dan warga sipil. 

Menurut dia, selama ini penanganan KKB terkesan setengah hati, apabila dibandingkan dengan Operasi Tinombala di Poso yang berhasil menumpas kelompok Santoso, dalam operasi tersebut pemerintah kerahkan satuan tempur yang punya reputasi andal seperti Brimob, Kostrad, Marinir, Raider, dan Kopassus secara bersamaan. 

"Hal ini yang tidak terlihat dalam upaya tangani kelompok separatis di Papua. Dugaan saya pemerintah ragu-ragu dengan langkah lebih keras karena khawatir sorotan dunia internasional yang memandang masih adanya kasus-kasus pelanggaran HAM di Papua," ujarnya. 

Karena itu Sukamta menyarankan pemerintah melakukan langkah penyelesaian masalah di Papua secara komprehensif dengan membentuk kementerian atau badan khusus soal Papua. 

Baca juga: Dua Tower Milik Telkom di Puncak Papua Dibakar KKB

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI itu menilai kenaikan dana Otonomi Khusus sebesar 0,25 persen tidak akan berarti apa-apa jika pemerintah tidak melakukan evaluasi secara total terhadap pelaksanaan otsus dan berbagai langkah yang selama ini dilakukan. 

"Alih-alih bisa selesaikan masalah, kenaikan anggaran bisa memperbesar peluang korupsi berjamaah. Pemerintah harus masuk pada akar masalah dan menyelesaikannya secara tuntas dan itu bisa dimulai dengan menata kelembagaan secara khusus untuk penanganan Papua," tuturnya. [] 

Berita terkait
450 Pasukan TNI dari Sumut Dilepas ke Perbatasan Papua Nugini
Pangdam I Bukit Barisan Mayjen TNI Hasanuddin melepas 450 prajurit pengamanan perbatasan Indonesia dan Papua Nugini sektor selatan.
DPR Minta Pemerintah Tak Lakukan Pembiaran Konflik Papua
Anggota Komisi I DPR, Sukamta menegaskan, konflik Papua harus segera diakhiri. Sebab, kata dia, ratusan nyawa melayang sia-sia
Anggota Polda Papua dikeroyok Warga di Sleman
Anggota Polda Papua dilaporkan dikeroyok orang tak dikenal di Sleman. Ini kronologi kasusnya.