Semarang - Banjir yang melanda Jakarta Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi atau Jabodetabek, benar-benar memporak-porandakan sendi kehidupan puluhan juta warga. Tak hanya warga asli Jabodetabek, tapi para perantau yang mencari rezeki di kawasan tersebut juga merasakan dampak banjir.
Sedikit beruntung bagi para perantau. Meski aktivitas pekerjaan mereka dipastikan terganggu namun kerugian materiil tidak sebesar warga yang menetap. Ini lantaran para imigran lokal menerapkan pola kerja PJKA.
Pegawai PJKA adalah pekerja Jakarta dan sekitarnya yang memiliki rutinitas pulang Jumat kembali Ahad karena keluarga dan harta benda) mereka berada di daerah atau tempat asal.
Cuma memang jika kondisi Jakarta seperti sekarang, kami perantau yang rumah dan harta di daerah, lebih beruntung.
Setiap akhir pekan, Sabtu dan Minggu, mereka pulang ke kampungnya untuk berkumpul dengan orang-orang terkasih. “Awalnya berat meninggalkan keluarga, apalagi anak-anak masih kecil,” ujar Joko 54 tahun saat menunggu bus Gunung Mulya jurusan Jakarta-Solo di Jakarta Timur, Jumat, 3 Januari 2020.
Karyawan di sebuah konsultan di perkantoran Jakarta Timur itu menyatakan menjadi pegawai PJKA menjadi anugerah yang perlu disyukuri.
“Kalau kerja di Klaten (tempat keluarganya tinggal) saya enggak bisa hidup layak seperti sekarang ini,” ucap pria yang sudah menjalani PJKA sejak tahun 1998 itu.
Senada dengan Joko, Yanto 43 tahun, seorang jurnalis di Cawang juga mengungkapkan hal serupa. “Gaji di Jakarta, kalau dibelanjakan di daerah bisa lumayan,” ujarnya pada Sabtu, 4 Januari 2020, di Semarang, Jawa Tengah.
Dengan pendapatan Rp 6-8 juta per bulan, pendapatan Yanto termasuk sedang di Ibu Kota. Namun di Semarang, rumah dan keluarga Yanto tinggal, jumlah itu termasuk besar. Apalagi istrinya juga punya penghasilan sendiri.
“Tantangannya ya cuma itu, ketemu keluarganya hanya seminggu sekali. Kalau kerja di Semarang bisa ketemu anak istri setiap hari, tapi pendapatan pas-pasan. Cuma memang jika kondisi Jakarta seperti sekarang, kami perantau yang rumah dan harta di daerah, lebih beruntung,” tutur dia.
Baik Joko dan Yanto punya kiat untuk menjaga kesehatan dan kelelahan dengan pola kerja PJKA itu. “Jaga pola makan sehat dan istirahat secukupnya,” ujar Joko dengan yakin.
Kedua perantau tersebut mengaku bersyukur meski hanya sepekan bertemu dengan keluarga namun kondisinya lebih baik jika memutuskan pindah tempat tinggal ke Jabodetabek. Sekaligus prihatin dengan teman-teman kantor mereka yang rumahnya tertimpa musibah banjir.
Harta benda yang dikumpulkan selama bertahun-tahun hancur dalam sekejap. Pola PJKA yang dilakukan oleh Joko dan Yanto bisa ditiru oleh masyarakat Jakarta. Banyak kota yang bisa dipilih sebagai tempat tinggal yang aman dari bencana musiman, seperti Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, dan masih banyak lagi. []
Baca juga:
- Bengkel Kebanjiran Servis Kendaaran Terdampak Banjir
- Titik Banjir Terbanyak Ada di Jawa Barat
- 1.500 Taksi Blue Bird Rusak Berat Terendam Banjir