Jakarta - Musik adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Setiap harinya manusia hidup dengan musik. Ada yang mendengarkan musik lewat radio, tape, hingga menggunakan earphone. Namun siapa sangka, rupanya musik bisa berdampak buruk pada kesehatan otak
Berdasarkan hear-it, ternyata mendengarkan musik dengan earphone bisa menyebabkan kerusakan pada saraf otak, bahkan memiliki efek kerusakan yang sama seperti pada penyakit multiple sclerosis.
Penelitian menunjukkan, tingkat kebisingan di atas 110 desibel dapat menyebabkan hilangnya isolasi dari serabut saraf yang membawa sinyal dari telinga ke otak.
- Baca Juga: Perbedaan Otak Pria Vs Wanita
- Baca Juga: Tujuh Makanan dan Minuman Bikin Otak Bodoh
Hal tersebut menimbulkan peluang hilangnya lapisan pelindung yang disebut mielin. Jika terjadi, sinyal saraf otak akan terganggu. Diketahui bahwa mendengarkan musik keras secara terus menerus dapat menyebabkan masalah pendengaran seperti gangguan pendengaran sementara atau tinnitus (telinga berdenging), bahkan gangguan pendengaran permanen.
"Penelitian ini memungkinkan kita untuk memahami jalur dari paparan suara keras hingga gangguan pendengaran. Membedah mekanisme seluler yang mendasari kondisi ini kemungkinan akan membawa manfaat kesehatan yang sangat signifikan bagi populasi yang lebih luas," kata pemimpin peneliti Dr. Martine Hamann, dari University of Leicester di Inggris.
Penelitian ini akan membantu dalam pencegahan serta kemajuan proses menemukan obat yang tepat untuk gangguan pendengaran pada otak.
- Baca Juga: Lima Kebiasaan Tingkatkan Otak seperti Einstein
- Baca Juga: 5 Makanan Terbaik untuk Meningkatkan Kinerja Otak
Para ilmuwan menemukan bahwa hilangnya lapisan mielin sebagai akibat dari paparan kebisingan, bisa berangsur angsur tumbuh kembali dalam waktu tertentu. Itu artinya pendengaran dapat pulih kembali.
Namun meski begitu, kita tidak dapat menyepelekan penggunaan earphone dengan suara yang sangat keras secara terus menerus. Jika tidak mulai dikurangi dari sekarang, maka harus bersiap menghadapi resiko naiknya potensi kerusakan otak yang lebih besar.
(Risma Perdana Izzati)