Pertumbuhan Menurun, PKS: Mengulang Krisis Ekonomi 1998

Perekonomian Indonesia memasuki jurang resesi dan untuk pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir mengulang kondisi krisis ekonomi pada tahun 1998.
Winda Lunardi, nasabah Maybank berhak mendapatkan penyelesaian sengketa secara patut dan adil yang dijamin UU Perlindungan Konsumen. (Foto: Tagar|dpr.go.id|Anggota Komisi IX DPR, Anis Byarwati).

Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI, Anis Byarwati mengatakan trend menurunnya pertumbuhan ekonomi, tidak hanya terjadi saat ini. Dia mengatakan, persoalan itu sudah berjalan dalam tiga tahun terakhir.

Pernyataan ini disampaikan Anis saat mengikuti webinar The Indonesian Forum yang diselenggarakan oleh The Indonesian Institute. Kegiatan ini mengangkat tema 'Jalan Panjang Pemulihan Ekonomi Nasional'.

DPR sudah bekerja optimal menjalankan fungsi pengawasan, masyarakat bahu membahu. Semoga dengan demikian, pandemi segera berlalu, dan ekonomi bangkit kembali

Politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengupas tentang menurunnya pertumbuhan ekonomi dan terjadinya resesi di tahun 2020.

Anis mengatakan, perekonomian Indonesia memasuki jurang resesi dan untuk pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir mengulang kondisi krisis ekonomi pada tahun 1998.

Pandangannya, perekonomian juga stagnan, dimana pertumbuhan hanya ada di kisaran 5 persen dengan kecenderungan menurun di tengah tekanan ekonomi global.

"Tahun 2020, ekonomi nasional tersungkur, baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran karena pandemi Covid-19," kata Anis Kamis, 21 Januari 2021.

Selain itu, Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan DPP PKS ini mengatakan, kondisi resesi berdampak serius pada melonjaknya angka pengangguran, kemiskinan hingga ketimpangan.

Melalui data yang diperolehnya, tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2020 melonjak menjadi 7,07 persen dari posisi 5,23 persen pada Agustus 2019. Jumlah pengangguran melonjak menjadi 9,77 juta pada Agustus 2020, naik dari 7,1 juta pada Agustus 2019.

Pada Maret 2020 rakyat miskin meningkat sebesar 1,63 orang dari September 2019. Totalnya menjadi 26,42 juta jiwa atau 9,22 persen dari total penduduk. Angka ini juga menunjukkan peningkatan sebesar 1,28 juta jiwa terhadap angka pada Maret 2019.

Selanjutnya, garis kemiskinan pada Maret 2020 tercatat sebesar Rp 454.652,- /kapita/bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 335.793,- (73,86 persen) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 118.859,- (26,14 persen).

"Angka Rp 454.652,- sebagai angka garis kemiskinan merupakan angka yang sangat kecil apalagi didominasi oleh makanan," ujarnya.

Legislator dari daerah pemilihan Jakarta Timur ini juga menyampaikan data bahwa menurut studi yang dilakukan Bank Dunia, masih terdapat sekitar 117 juta (70 persen) orang di Indonesia, yang walaupun sudah berada di atas garis kemiskinan, namun belum benar-benar memiliki keamanan ekonomi.

"Dan setiap saat bisa Kembali berada di bawah garis kemiskinan," tuturnya.

Mengulas penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang disediakan pemerintah, Anis mengakui bahwa eksekusi dan serapannya sangat lambat. Sampai akhir November 2020, serapan dana PEN baru sebesar 58 persen.

Hal ini berdampak pada tidak optimalnya program PEN dalam meredam dampak resesi dan dampak buruk peningkatan pengangguran dan kemiskinan.

"Secara umum tersendatnya realisasi anggaran PEN dikarenakan ketidaksiapan birokrasi. Publik juga dikejutkan dengan terjadinya kasus korupsi bantuan sosial yang menguras emosi," ucapnya.

Dia menegaskan, sebagai wakil rakyat yang memiliki fungsi pengawasan terhadap kerja-kerja pemerintah, dia berharap agar pemerintah lebih meningkatkan koordinasi, sinergi dan kolaborasi antara kementerian Lembaga sehingga mereka tidak berjalan sendiri-sendiri terutama menyangkut persoalan akuntabilitas dan pertanggungjawaban keuangan.

Selain itu, kata dia, DPR yang memiliki fungsi pengawasan perlu meningkatkan koordinasi, sinergi dan kolaborasi dengan BPK yang memiliki fungsi pemeriksaan.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa menghadapi pandemi bukan hal yang mudah. Sebagai warga negara, masyarakat tidak bisa hanya menyerahkan semua urusan kepada pemerintah. Ia mengapresiasi masyarakat Indonesia yang memiliki falsafah gotong royong.

"Soliditas masyarakat dalam menghadapi musibah, sangat luar biasa. Kita memiliki banyak ruang untuk berkontribusi sesuai posisi masing-masing. DPR sudah bekerja optimal menjalankan fungsi pengawasan, masyarakat bahu membahu. Semoga dengan demikian, pandemi segera berlalu, dan ekonomi bangkit kembali," ucap Anis.[]

Berita terkait
2021, OJK Fokus Kembangkan Ekonomi dan Keuangan Syariah
Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan, pada tahun ini akan fokus dalam tiga pengembangan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia.
Airlangga: 2021 Perekonomian Indonesia Masuk Jalur Positif
Menko Airlangga mengungkapkan, ekonomi Indonesia diproyeksikan mengalami perbaikan dan akan berlanjut pada 2021 hingga tumbuh di kisaran 4,5%-5,5%.
Teten Masduki: Kebangkitan KUMKM Kunci Pemulihan Ekonomi
Menkop UKM Teten Masduki mengatakan, kebangkitan UMKM dan koperasi merupakan kunci pemulihan ekonomi, terutama dalam penyerapan tenaga kerja.
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara