Jakarta -Royal Dutch Shell mengisyaratkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7.000 hingga 9.000 karyawan karena kondisi merosotnya permintan minyak di tengah pandemi Covid-19.
telah mengatakan akan memangkas 7.000 hingga 9.000 pekerjaan karena menanggapi tantangan termasuk penurunan permintaan minyak di tengah pandemi Covid-19.
Raksasa minyak asal Belanda ini menyebutkan bahwa pemangkasan akan dilaksanakan pada 2022. Termasuk sebanyak 1.500 orang yang mengambil redudansi secara suka rela.
Namun pihak Shell belum menyebukan divisi mana yang akan banyak kehilangn karyawan. Seperti diberitakan dari BBC News, Kamis, 1 Oktober 2020, langkah efisiensi ini dilakukan lima bulan setelah perusahaan mengurangi dividen yang merupakan pertama kali sejak Perang Dunia Kedua.
Kepala eksekutif Shell, Ben van Beurden mengatakan pemutusan hubungan kerja adalah hal yang benar untuk masa depan perusahaan.
Shell mempekerjakan 83.000 orang di seluruh dunia, termasuk 6.000 di Inggris. Perusahaan mengalami pukulan karena penurunan keuntungan yang substansial sejak pandemi melanda.
Produsen minyak dan gas multinasional ini mencatat penurunan sebesar 46 persen pada pendapatan bersih kuartal pertama menjadi US$ 2,9 miliar. Sementara pendapatan kuartal kedua turun 82 persen menjadi US$ 638 juta. Shel memperkirakan pada kuartal ketiga 2020, pendapatan di bawah kisaran US$ 800 juta hingga US$ 875 juta.
Shell tengah melakukan upaya pemotongan biaya. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan penghematan tahunan berkisar US$ 2 miliar hingga US$ 2,5 miliar pada tahun 2022.
Perusahaan minyak besar lainnya juga menghadapi tantangan serupa. Rival Shell, BP juga telah memotong dividennya dan baru-baru ini mengumumkan mem-PHK 10.000 pekerjaan dari 70.000 tenaga kerja globalnya. []
- Daftar Harga BBM 2020 Pertamina, Shell dan Total
- Harga Minyak Melonjak, Kurtubi: BBM Jangan Ikut Naik