Perjalanan Gaib Mbah Mijan

Perbincangan dengan Mbah Mijan pada sebuah malam yang mati angin di kantor Tagar, Jakarta. Ia mengisahkan perjalanan gaibnya.
Mbah Mijan (Foto: @mbahmijan)

Jakarta - Pada sebuah malam yang mati angin, seorang paranomal muda yang terkenal kerap dijadikan penasihat spiritual kalangan artis dan pejabat, menyambangi kantor Tagar di bilangan Cawang, Jakarta Timur. Mbah Mijan namanya.

Sosoknya begitu dikenal lantaran ramalan-ramalannya terbilang tepat. Sebut saja prediksi kematian beberapa artis papan atas, atau kasus-kasus yang ditebaknya bakal menjerat beberapa nama tenar di Tanah Air. Termutakhir, kasus bom Surabaya yang sempat meneror beberapa waktu lalu, ternyata juga pernah ia ramalkan bakal terjadi.

Kami memang berjanji bertemu pada malam itu untuk membuat konten obrolan dalam format video, mengenai awal mula pria kelahiran Kebumen, 21 April 1984 ini mengenal dunia perdukunan atau paranormal. Juga cerita masuknya ia dalam kancah dunia hiburan nasional. Maklum, kini dia juga dikenal sebagai kreator konten video-video seram di kanal berbagi video YouTube.

Mbah Mijan tiba tepat pukul sepuluh malam. Saya menyambutnya hingga ke pintu mobil. Sekelebat wangi parfum asing seketika menyergap indera penciuman saya, tepat ketika kaca jendela mobil yang mengantar pria pemilik akun media sosial Twitter @mbah_mijan itu, terbuka.

Perawakannya gempal. Rambutnya panjang sebahu. Wajahnya begitu sumringah dan tampak jauh lebih muda dari yang selama ini dibayangkan banyak orang termasuk saya. Panggilan 'Mbah" yang disematkan kepadanya, rasa-rasanya juga tidak terlalu pas mengingat gaya berpakaian yang dikenakan Mbah Mijan malam itu terbilang trendy dan mengikuti jaman.

Mbah Mijan mengenakan sarung berwarna hitam, dengan atasan kaos yang dibungkus jaket dengan bordiran. Rambutnya yang panjang dibiarkan jatuh bebas menyapu pundak. Yang ada di benak saya, Mbah Mijan lebih mirip anak-anak muda pada umumnya yang gemar merawat penampilan, ketimbang gambaran seorang dukun atau paranormal yang rambutnya berantakan dan bertampang menyeramkan.

Kami saling berjabat tangan dan terlibat pembicaraan basa-basi saat berjalan ke dalam studio. Seorang rekan saya minta menyeduhkan kami dua gelas kopi. Sebatang rokok dibakar Mbah Mijan, setelah sebelumnya bertanya apakah kami sang tuan rumah, berkeberatan jika dia menyulut rokok di dalam ruangan. Setelah suasana sedikit mencair, baru kami benar-benar memulai interview dalam format video.

Ada jam dinding yang jatuh, meski enggak ada yang menggerakkan, entah tangan atau angin. Di dapur, itu pisau menggelundung sendiri, buah-buahan bergerak sendiri.

Asal Usul Nama Mbah Mijan

Pertanyaan-pertanyaan yang bakal meluncur dari mulut saya adalah soal kehidupan pribadi Mbah Mijan. Apakah telah berkeluarga? Punya anak barangkali?

Tapi sebelum ke sana, saya menanyai pria bernama asli Samijan itu soal dari mana dia mendapat panggilan "Mbah" di depan namanya. Ternyata, julukan 'Mbah' sudah disematkan banyak orang sejak Mijan masih kecil. Panggilan itu didapatkannya lantaran dia merupakan cucu dari seorang dukun atau ahli pengobatan alternatif di daerah asalnya, di Kebumen.

Kakek Mbah Mijan memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit pasien yang menderita patah tulang. Di wilayah Jakarta dan sekitarnya, pengobatan jenis ini sering disebut dengan istilah urut Cimande. Sebuah teknik pemijatan yang bisa menyambung kembali tulang pasien yang patah. Pengobatan ini jelas bertentangan dengan hukum ilmu kedokteran, hal itu yang kemudian menjadikan teknik ini disebut sebagai pengobatan alternatif.

Apakah jenis pengobatan tersebut melibatkan campur tangan pihak ketiga dari alam ghaib seperti dengan bantuan Jin, misalnya? Mbah Mijan tidak menjawab. Namun rupa-rupanya, kemampuan yang demikian menurun ke dirinya kelak di kemudian hari. Bukan hanya mampu menyambung tulang pasien yang patah, Mijan juga mampu mengintip masa depan atau menerka nasib seseorang.

Sejarah kepemilikan kemampuan unik Mbah Mijan, dimulai sewaktu ia masih bocah. Mijan kecil beberapa kali mengalami pengalaman spiritual di alam ghaib saat masih duduk di bangku kelas 4 dan 6 sekolah dasar. Kala itu, ia masuk ke dunia astral ketika bermain 'petak umpet' di sebuah malam bersama teman-teman sabayanya.

Mijan kecil seketika masuk ke dunia ghaib melalui sebuah celah yang dilihatnya begitu terang, di sebuah rerimbunan rumput liar dekat sebuah masjid, tempat dia mencari kawan-kawan bermainnya bersembunyi. Setelahnya, dia kemudian kerap melihat bayangan-bayangan putih yang berkelebat di sudut mata. Lalu meningkat menjadi mampu melihat benda-benda yang bergerak sendiri, atau binatang-binatang berbisa yang kemudian menghilang tanpa jejak.

"Ada jam dinding yang jatuh, meski enggak ada yang menggerakkan, entah tangan atau angin. Di dapur, itu pisau menggelundung sendiri, buah-buahan bergerak sendiri. Tapi itu tidak saya ceritakan kepada orang lain, saya simpan untuk diri saya sendiri," kata dia takjub.

"Mbah juga sering sekali melihat binatang-binatang berbisa. Ular, masuk ke kamar, Mbah cari enggak ada. Ada kelabang, tiba-tiba Mbah lihat di kamar mandi, di cari enggak ada. Itu aneh, tapi sampai di detik itu, tidak saya ceritakan ke siapapun," ujarnya.

Ada sosok dua bocah laki-laki, ya tapi serem juga. Bentuknya itu, dia berbulu, dia bertaring, dia rambutnya juga panjang mengikal seperti itu.

Saat Kelas 6 SD

Keanehan terjadi lagi setahun berikutnya. Mbah Mijan kembali masuk ke dunia gaib yang pernah ia datangi beberapa tahun lalu, melalui mimpi samar ketika dia mengalami fenomena 'Ketindihan'. Di dunia ghaib itu, dia kemudian bertemu dua wujud astral kakak beradik mirip genderuwo yang ia ingat hingga hari ini.

Fenomena 'ketindihan' sendiri berarti suatu kejadian di mana seseorang berada di antara tidur dan terjaga, namun seluruh badan terasa kaku dan sulit digerakkan. Istilah medis untuk keadaan seperti ini disebut 'sleep paralysis'.

"Di kelas 6 SD ini salah satu momen yang menurut Mbah Mijan paling menguras tenaga dan perasaan. Karena sepanjang setahun penuh, setiap malam saya merasakan yang namanya 'ketindihan', atau 'rep-rep'. Nah, yang paling aneh adalah, setiap saya mengalami rep-repan, di mana pun, kapan pun, itu ketemu dengan sosok yang tidak saya kenali," kata dia, mengenang.

"Ada sosok dua bocah laki-laki, ya tapi serem juga. Bentuknya itu, dia berbulu, dia bertaring, dia rambutnya juga panjang mengikal seperti itu. Mereka secara kompak melambaikan tangan memanggil saya. Dalam mimpi, saat proses ketindihan itu saya mendatangi dua anak ini," ujarnya.

Saat pertama kali mengalami kejadian mimpi aneh itu, Mijan kecil berkenalan dengan dua bocah ghaib yang mengaku bernama Gitok dan Gihok. Gitok sebagai kakak, kepada Mijan mengaku senang bermain dengan anjing, sementara Gihok sang adik lebih suka bermain dengan kucing.

Pukul 3 dini hari, Mijan terjaga dari mimpi dan menyadari sekujur tubuhnya telah basah kuyup oleh keringat. Keringat membanjiri baju, celana bahkan hingga kasur dan bantal tempat tidur Mbah Mijan seolah habis berlari beratus-ratus kilo meter.

Kejadian di alam mimpi terasa lama sekali baginya. Sementara di dunia nyata, kejadian hanya berlangsung beberapa jam, sejak sewaktu dia mencoba tidur pada pukul 9 malam.

Malam kedua, Mijan kembali bertemu Gitok dan Gihok di alam 'sleep paralysis'. Mereka bermain bersama seperti halnya manusia normal. Permainan-permainannya pun adalah permainan tradisional biasa. Misalnya permainan kelereng atau gundu, petak umpet, bermain air di sungai dan sebagainya.

Saya bahkan lebih manjur dari kakek. Kalau kakek perlu mantra, perlu apa segala macam, saya hanya usap-usap dengan ramuan yang kakek saya buat itu, saya lebih cepat mengobati daripada kakek.

Persahabatan Gaib

Persahabatan kedua entitas beda dunia itu berjalan berhari-hari, berminggu-inggu hingga berbulan-bulan. Tidak ada dugaan apapun dibenak Mijan kecil kalau-kalau dua kawan barunya itu hantu atau apa. Mereka menjalani permainan dan pertemanan seperti biasa. Hingga pada suatu ketika, Mbah Mijan diajak Gitok dan Gihok, berkunjung ke tempat tinggal mereka.

"Mungkin di pertengahan tahun, Mbah diperkenalkan dengan orang tua mereka. Ada mereka orang tuanya. 'Yuk, ke rumah yuk', Mbah ikut dan ketemulah sama emaknya. Tapi kami enggak kenalan seperti, 'kamu namanya siapa, ibu kamu siapa' seperti itu, enggak," kata Mbah Mijan bercerita.

"Dia hanya bercerita, 'ini ibu saya', lalu saya tanya 'bapaknya mana?' dan ternyata bapaknya enggak ada. Sudah pergi jauh kata dia," ujar Mbah Mijan.

Kedua makhluk astral itu dilihat Mbah Mijan disuapi makanan oleh ibu mereka. Dalam wujud yang dilihat oleh Mijan kecil, makanan itu tampak seperti kotoran kerbau atau sapi yang menumpuk di atas piring. Mijan kecil sempat akan ikut disuapi, namun ditahan oleh kedua bocah ghaib tersebut.

Perjalanan persahabatan ghaib Mbah Mijan terjalin selama setahun penuh, sepanjang Mijan duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar. Setelah itu, mereka bertiga tak lagi saling jumpa. Mbah Mijan pun tak lagi pernah mengalami fenomena 'ketindihan' atau 'sleep paralysis'.

Selepas kejadian awal perjalanan gaibnya, Mijan kecil kerap dimintai bantuan oleh kakeknya untuk ikut menyembuhkan orang sakit. Hasilnya, Mijan bahkan sanggup mengobati penyakit patah tulang para pasien, lebih cepat dari kakeknya. Profesi sebagai tabib, mulai Mijan jalani lantaran godaan penghasilan yang lumayan.

"Jadi kelas 5 SD itu Mbah sudah disuruh bantu-bantu kakek untuk mengobati klien. Walaupun pada awalnya hanya disuruh memegang atau mengusap-usap bagian tubuh yang sakit. Kenapa saya mau? ada 'uang'nya," kata Mbah Mijan.

"Saya bahkan lebih manjur dari kakek. Kalau kakek perlu mantra, perlu apa segala macam, saya hanya usap-usap dengan ramuan yang kakek saya buat itu, saya lebih cepat mengobati daripada kakek," ujar Mbah Mijan berbangga hati.

Tiga hari berikutnya Pak RT meninggal dunia ketika pergi ke ladang, dipatuk ular.

Lebih Sakti dari Kakek

Mbah Mijan baru menyadari kemampuan gaibnya lebih tinggi dari yag dimiliki sang kakek, ketika jelang kelulusannya dari bangku sekolah dasar. Saat itu, dia mengaku melihat pertanda kematian seseorang melalui pengalaman spiritualnya. Dia juga mengaku sering melihat benda-benda pusaka beterbangan.

"Di hampir mau kelulusan SD kelas 6 waktu itu, Mbah merasa seperti benda-benda aneh kok itu terbang. Benda-benda pusaka begitu loh, misalnya batu mustika, kemudian keris juga terbang, hingga saya melihat benar-benar seperti asap, warnanya putih-hitam, kadang kala membentuk wujud walaupun enggak jelas, itu sudah dengan mata telanjang, sudah bukan lagi di dalam mimpi," kata dia.

"Puncak dari saya mengalami ketakutan di kelas 6 itu, mungkin kita semua pernah mengalami kekenyangan tidur, dikiranya sudah pagi ternyata masih malam. Saya mengalami itu. Bangun, mandi, pakai tas, pakai seragam padahal masih gelap. Saya bukannya ke sekolah tapi justru ke rumah Pak RT (rukun tetangga)," kata Mbah Mijan.

Mijan kecil menemui bapak ketua RT yang dilihatnya sedang duduk sambil minum kopi. Dia kemudian mengejar sosok tersebut dan menabrakkan tubuhnya ke kaki bapak ketua RT.

"Kaki Pak RT, pakai tangan kanan saya, langsung saya ikat (rangkul). Pak RT jangan pergi, Pak RT jangan pergi, saya bilang. Sampai tetangga gempar dan membantu melepaskan tangan Mbah Mijan tapi enggak bisa," kata Mbah Mijan.

Bapak ketua RT kemudian bertanya maksud dari perkataan dan perbuatan Mbah Mijan yang berusaha menahannya begitu rupa. Dia kebingungan lantaran memang tidak punya niatan untuk pergi ke manapun.

"Pergi ke mana? orang saya di sini kok, pergi," Mbah mengulang ucapan Pak RT kala itu.

Saat tangannya berhasil terlepas, Mbah Mijan tidak berpikir kejadian tersebut akan bermakna besar. Hingga beberapa hati kemudian, sang bapak Ketua RT ditemukan tewas digigit ular berbisa saat pergi ke ladang miliknya.

"Akhirnya, tangan saya baru terlepas ketika cangkir kopi Pak RT dipukulkan ke kepala saya. Sampai bocor dan masih ada bekasnya hingga sekarang," ujar Mbah Mijan.

"Dari situ saya tidak berpikir bahwa hal itu merupakan simbol dari apa, atau  firasat apa, pertanda apa. Tapi tiga hari berikutnya, Pak RT meninggal dunia ketika pergi ke ladang, dipatuk ular," lanjutnya.

Saya masih terbengong-bengong mendengar penuturan Mbah Mijan. Ingin lekas mengejarnya dengan pertanyaan-pertanyaan lain apakah hal itu bukan semata kebetulan. Namun urung lantaran terlanjur sadar suatu keahlian unik yang berhubungan dengan hal gaib, sulit didebat nalar.

Bersambung....

Tulisan feature lain:

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.