Perempuan-perempuan di Sekitar BJ Habibie

Perempuan-perempuan yang berpengaruh sangat kuat dalam perjalanan hidup Bacharuddin Jusuf Habibie, dari bukan siapa-siapa menjadi siapa-siapa.
Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie wafat. (Foto: Antara/Ardika/am)

Jakarta - Tuti Marini, perempuan pertama yang adalah ibunda Bacharuddin Jusuf Habibie. Sedangkan perempuan kedua sudah pasti Hasri Ainun Besari, istri yang tulus mencintai dan ia cintai sampai mati. 

Dua perempuan itu membawa pengaruh yang sangat kuat dalam perjalanan hidup Habibie. Hal ini terungkap dalam buku Pesawat Habibie.

Tentang Tuti Marini

BJ HabibieBJ Habibie dan ibunda, Raden Ajeng Tuti Marini Puspowardoyo. (Foto: Repro Ibu Indonesia dalam Kenangan)

Raden Ajeng Tuti Marini Puspowardoyo, orang tua tunggal, pekerja keras demi komitmen memberikan yang terbaik bagi delapan anaknya. Yaitu Titi Sri Sulaksmi, Satoto 'Toto' Muhammad Duhri, Alwini 'Wenny' Khalsum, Bacharuddin Jusuf 'Rudy' Habibie, Junus 'Fanny' Effendy, Sri Rejeki, Sri Rahayu, dan Suyatim 'Timmy' Abdurrahman.

Beberapa waktu setelah suami meninggal, Tuti menjual rumah dan kendaraan di Ujung Pandang kemudian mengajak anak-anaknya pindah ke Bandung.

Di kota kembang itu Tuti membeli dua rumah dan sebuah mobil. Satu rumah untuk tempat tinggal, satu lagi untuk indekos khusus pria. Di samping itu Tuti juga menjalankan usaha. 

Seiring waktu kerja keras dan cerdas, Tuti mendirikan perusahaan Srikandi NV bergerak di bidang ekspor-impor. Ia membangun usaha dengan memanfaatkan relasi yang dimiliki. Tanpa kenal lelah Tuti kadang menyetir mobil sendiri dari Bandung ke Yogyakarta, dari Bandung ke Jakarta, pulang pergi.

Tuti mendidik anak-anaknya termasuk Habibie dengan tindakan. Ia membentuk karakter disiplin Habibie, mengajarkan nilai-nilai untuk tidak menyerah pada keadaan.

Prioritas pertama Tuti adalah memberikan pendidikan terbaik untuk anak sampai maksimal sekolah di luar negeri.

Ia memberikan kebebasan anak-anaknya mau sekolah di mana, asalkan benar-benar rajin dan tekun.

Tapi bagaimana saat itu saya harus melepas seluruh tabungan hanya untuk Habibie.

Kala itu pada saat bersamaan Habibie dan Fanny ingin sekolah di luar negeri, tapi Habibie yang berangkat terlebih dulu.

"Saya memilih Habibie karena anak itu kelihatan lebih serius dalam hal belajar. Sampai-sampai di balik pintu pun dia bisa membaca buku dengan asyiknya," kata Tuti.

Sebenarnya ia kasihan pada Fannya, adik Habibie, yang juga minta disekolahkan di luar negeri.

"Tapi bagaimana saat itu saya harus melepas seluruh tabungan hanya untuk Habibie," tutur Tuti.

Ia membujuk Fanny untuk bersabar menunggu Habibie tamat. Ternyata Fanny tidak mau, langsung pergi ke Surabaya menempuh pendidikan Angkatan Laut.

BJ Habibie tahu betul perjuangan ibundanya.

"Pengorbanan seorang ibu, seorang janda dengan segala jerih payah sendiri membesarkan seluruh putra-putrinya tidak boleh lama dan berkepanjangan. Kami anak-anaknya harus tahu diri, apalagi bagi saya yang menggunakan biaya hidup yang cukup besar," tutur Habibie.

Habibie mengatakan tindakan-tindakan ibunya mengakumulasi dalam pikirannya, membentuk tekad bahwa ia harus jadi anak yang tahu diuntung, membalas semua pengorbanan orang tua, keluarga, dan saudara-saudara. 

Dengan cara menjadi anak yang kelak jika kembali ke Tanah Air, harus menjadi seseorang yang berhasil, bisa mengabdikan ilmu yang diperoleh untuk membangun bangsa.

"Menjadi anak yang membanggakan dan menjunjung nama orang tua saya," kata Habibie.

Tentang Ainun

Habibie AinunHabibie dan Ainun, mesra selamanya. (Foto: Istimewa)

Hasri Ainun Besari, ketulusannya dalam mencintai Habibie membuat Habibie bertekuk lutut, tak sanggup berpaling ke arah lain. Habibie hanya punya satu cinta. Yaitu Ainun.

Ainun bagaikan timer bagi Habibie. Karena kalau sudah bekerja, Habibie bisa lupa waktu. Ainun yang mengingatkan soal waktu. Dalam acara seminar atau ceramah, Ainun menjadi 'tukang tekan bel' bahwa waktu sudah habis.

Suatu ketika Habibie menjadi penceramah pada bulan Ramadan di masjid, setelah salat isya sebelum tarawih. Ia berceramah terlalu lama, membuat jemaah gelisah. 

Ainun yang duduk agak jauh, melihat kondisi itu. Ia meminta seorang cucunya memberikan isyarat kepada Habibie. 

Cucunya berdiri di tempat yang terlihat oleh Habibie, membuat gerakan layaknya orang salat. Habibie paham.

Sebelum mengakhiri ceramah, Habibie mengatakan, "Ini pasti Ainun yang suruh."

Adrie Subono, keponakan Habibie, mengatakan Ainun sering menjadwalkan berbagai kegiatan Habibie. Kegiatan itu mulai renang, makan, dan kegiatan lain. Dan Habibie melakukannya sesuai jadwal.

Rubijanto, asisten pribadi Habibie dari 1981 hingga Habibie wafat pada Rabu, 11 September 2019, juga memberikan kesaksian bagaimana Ainun mencurahkan seluruh waktu untuk Habibie.

"Ibu Ainun sangat senang kalau Bapak pulang tepat waktu. Yah, seperti halnya para istri, sehari-hari juga mengharapkan kebersamaan. Ibu terlihat gembira karena punya waktu banyak untuk berdialog, bercengkrama. Itu dilakukan sampai tua," tutur Rubi. []

Baca juga:

Berita terkait
Sejarah Gugur Bunga Mengiringi Kepergian BJ Habibie
Lagu Gugur Bunga mengiringi pemakaman Presiden RI ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie di TMP Kalibata. Lagu itu diciptakan Ismail Marzuki pada 1945.
Kesaksian Cucu BJ Habibie
Farrah Habibie merasakan penyesalan atas wafatnya sang eyang Habibie. Ia mengunggah foto kebersamaannya di akun Instagram miliknya.
Profil Xanana Gusmao, Sahabat BJ Habibie
Xanana Gusamao bernama asli Kay Rala Xanana Gusmao lahir di Laleia, Manatuto, Timor Portugis pada 20 Juni 1946 sahabat BJ Habibie.