Mukena Ainun di Bawah Bantal Habibie

Habibie beberapa waktu sebelum wafat, mempunyai kebiasaan menyimpan syal dan mukena istrinya, Hasri Ainun Besari, di bawah bantal.
Presiden kedua RI BJ Habibie bersama Ibu Negara Hasri Ainun Habibie. ( (Foto: AFP/Adek Berry)

Jakarta - Bacharuddin Jusuf Habibie beberapa waktu sebelum wafat, mempunyai kebiasaan menyimpan syal dan mukena istrinya, Hasri Ainun Besari, di bawah bantal.

Kebiasaan itu terjadi sejak Ainun meninggal pada 22 Mei 2010.

"Syal dan mukena itu selalu ada di bawah bantal saya. Saya tidak pernah mencucinya," tutur Habibie seperti dikutip dari buku Pesawat Habibie.

Dalam buku tersebut disebutkan setelah tiga tahun Ainun tiada, rumah Habibie di Patra Kuningan masih tetap bernuansa Ainun. Letak benda-benda masih sama sesuai sentuhan tangan Ainun.

Saya berkeyakinan bahwa yang di Kalibata (Taman Makam Pahlawan Kalibata) itu adalah hardware. Software-nya jiwa, roh, batin, nurani, saya berkeyakinan Ainun sudah manunggal dengan saya

Hari-hari indah bersama Ainun selama 48 tahun 10 hari, Habibie ingin tetap seperti itu. Foto-foto Ainun bersama dirinya dan anak-anak tetap menghiasi dinding ruang tamu. Tidak ada yang berubah.

Habibie pergi ke mana-mana suka membawa selendang Ainun, kadang yang berwarna biru tua, kadang putih, atau warna lain. Saat hawa dingin menyergap, ia lilitkan selendang itu di leher dan Habibie merasakan kehangatan.

Saat tidur, Habibie ditemani syal warna putih dan mukena yang terakhir dipakai Ainun.

Setiap kali menyebut nama Ainun, suara Habibie bergetar. "Dalam hati saya selalu ada Ainun."

Walaupun demikian, bukan berarti Habibie patah hati.

"Saya tidak pernah patah hati. Saya kehilangan separuh jiwa saya. Tapi sekarang saya sangat meyakini Ainun selalu ada pada diri saya," ujar Habibie.

"Kalau saya merindukannya dan sedang sedih, saya pejamkan mata dan terbayang wajahnya. Lalu saya dengar dia mengatakan, 'Jangan sedih, saya selalu mendampingimu dan berada di sampingmu'. Itu kata-kata yang saya dengar melalui telepati atau keyakinan bahwa Ainun selalu ada di diri saya," tutur Habibie.

Tak Menyangka Ainun Pergi Terlebih Dulu

Habibie tidak pernah berpikir Ainun akan berangkat duluan menghadap Sang Khalik, abadi selamanya.

"Waktu saya dan Ainun masih sama-sama dalam keadaan sehat, saya berkeyakinan bahwa saya yang akan pergi duluan," ujar Habibie.

Ia berpikir seperti itu karena ayahnya meninggal usia 42 tahun, ibunya meninggal usia 79 tahun. Sementara ayah Ainun meninggal usia 84 tahun, dua kali usia ayah Habibie. Sementara ibunda Ainun meninggal usia 99 tahun.

Berdasarkan statistik itu Habibie bilang kepada Ainun, "Kemungkinan besar saya berangkat duluan. Kamu, saya tinggal."

Ainun tersenyum, "Kok kamu tahu. Yang menentukan itu Allah."

"Tapi statistik?"

"Ya statistik, tapi yang menentukan Allah."

Dan ternyata memang Ainun berangkat duluan.

Habibie sempat limbung. Ketika ia bisa menguasai diri, ia mengatakan, "Kita harus mempersiapkan apa saja yang ditentukan oleh Allah," katanya.

"Saya berkeyakinan bahwa yang di Kalibata (Taman Makam Pahlawan Kalibata) itu adalah hardware. Software-nya jiwa, roh, batin, nurani, saya berkeyakinan Ainun sudah manunggal dengan saya," tutur Habibie.

Ainun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Pada Rabu, 11 September 2019, BJ Habibie akhirnya berangkat, menyusul Ainun di Taman Makam Pahlawan Kalibata. []

Berita terkait
Perangko Habibie-Ainun dari Pos Indonesia
PT Pos Indonesia menyerahkan perangko prisma tentang perjalanan cinta BJ Habibie bersama sang istri Hasri Ainun Besari.
Surat Ainun untuk Habibie
BJ Habibie seorang yang sangat memperhatikan detail, karena ia tahu kesalahan sekecil apa pun bisa membuat pesawat terbang jatuh.
Habibie: Aku Datang Ainun
Boleh saja hari ini seluruh rakyat Indonesia bahkan warga dunia sedih karena kepergian BJ Habibie. Tapi ia sendiri bahagia berjumpa Ainun.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.