Jakarta - Bacharuddin Jusuf Habibie seorang yang sangat memperhatikan detail, karena ia tahu kesalahan sekecil apa pun bisa membuat pesawat terbang jatuh. Harus sempurna. Tidak boleh ada kesalahan.
Detail pula yang dilakukan Presiden ketiga Republik Indonesia itu saat menulis buku Ainun & Habibie. Dalam buku itu ia bercerita runut, momen demi momen yang ia alami dengan istri tercinta, Hasri Ainun Besari.
Pada halaman 204 buku tersebut, Habibie menceritakan hari Selasa tanggal 25 Juni 1996 adalah hari ulang tahunnya ke-60.
Pada waktu itu ia dan Ainun diundang oleh pimpinan perusahaan Dirgantara British Aerospace dan Aerospatiale perancang bangun pesawat Supersonic Concorde.
Habibie dan Ainun bersama para tokoh dirgantara dunia menghadiri undangan tersebut di IAS'96 terbang bersama dengan pesawat Concorde dari Jakarta ke Perth Australia pulang pergi.
Dengan wajah, senyuman yang selalu memukau, mengilhami saya dan selalu sepanjang masa kurindukan.
Dengan kecepatan 2.179 km/h atau Mach 2,02, pada ketinggian 18.000m antara Jakarta dan Perth, setelah 100 tamu diberi minuman Anggur Champagne, menyanyikan Happy Birthday untuk Habibie.
"Saya sangat bahagia dan dimanja oleh semua yang hadir bersama Ainun," tulis Habibie.
Ainun memeluknya, mencium pipi dan dahinya.
"Dengan wajah, senyuman yang selalu memukau, mengilhami saya dan selalu sepanjang masa kurindukan," kata Habibie.
Ainun juga memberinya sepucuk surat kartu dengan gambar beruang Teddy yang gembira dengan tulisan On your birthday... do anything that brings a smile, make you laugh or suits your style.
Dalam kartu itu Ainun menggoreskan tulisan tangan:
Suamiku tercinta
Selamat HUT ke-60. Kami semua bersyukur atas anugerah yang diberikan Allah SWT sehingga dapat memanfaatkan waktu yang diberikan dengan beribadah selalu. Semoga Allah SWT selalu melindungi, memberikan kasih sayang-Nya, memberi petunjuk dan rida-Nya bagi suamiku tercinta.
Love
Mama dan Anak Cucu
Pada kartu itu Ainun melampirkan copy artikel BJ Habibie yang ditulis Alain Cass dan diterbitkan Financial Time pada 30 April 1984 berjudul An Engineer in the Cockpit.
Ainun menyimpan copy tulisan Alain Cass itu selama lebih dari 32 tahun, untuk diberikan kepada Habibie saat ulang tahun ke-60 di atas Concorde.
Bertemu di Kalibata
Hasri Ainun Besari meninggal pada 22 Mei 2010 di Muenchen, Jerman, dimakamkan di taman makam pahlawan Kalibata, Jakarta.
Habibie menyusulnya, meninggal di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, pada Rabu, 11 September 2019. Habibie dimakamkan pada Kamis, 12 September 2019, di taman makam pahlawan Kalibata, di samping pusara Ainun.
Kini mereka telah bertemu kembali di Kalibata. Bersatu untuk selamanya.
Kabar meninggalnya Habibie disampaikan putra kedua Habibie, Thareq Kemal, yang menemani Habibie ketika menjalani perawatan.
"Sampai titik terakhir saya masih ada di situ tapi hari ini pada 11 September 2019, 18.05, Presiden ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie, sudah meninggal," tutur Thareq.
Thareq menjelaskan Habibie meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di Cardiac Intensive Care Unit, Paviliun Kartika sejak 1 September 2019.
"Karena sudah menua dan memakan usia. Kemarin saya katakan bahwa gagal jantung yang mengakibatkan penurunan itu, kalau memang organ-organ itu degenerasi melemah, menjadi tidak kuat lagi, maka tadi jam 18.05, jantungnya dengan sendiri menyerah," tuturnya.
Thareq mengatakan Tim Dokter Kepresidenan (TDK) sudah melakukan yang terbaik.
"Tidak ada yang bisa dibuat apa-apa lagi, mohon doanya, terima kasih, mohon pengertian bahwa kami dalam keadaan berduka. Terima kasih, terima kasih banyak," ujar Thareq. []