Peradi: Perppu Tak Mencirikan Jokowi Otoriter

Peradi mendukung kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi yang menerbitkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas).
Pengunjuk rasa dari sejumlah ormas Islam melakukan aksi di Bundaran Patung Kuda, Jakarta pada Selasa (18/7). Aksi itu untuk menolak Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2/2017 tentang Ormas. (Foto: Ant/Wahyu Putro A)

Jakarta, (Tagar 20/7/2017) – Kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menerbitkan Peraturan Pengganti Perundang-undangan (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) mendapat dukungan dari Peradi.

“Perppu Ormas sudah disampaikan Presiden Jokowi, kami lihat sangat baik untuk menjaga persatuan dan kesatuan," kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Juniver Girsang di Jakarta, Rabu (19/7).

Juniver mengatakan, Perppu tentang Ormas itu sebagai janji awal Bangsa Indonesia sehingga perlu dilestarikan sesuai Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Menurutnya,  Perppu mengatur ormas yang tidak sesuai Pancasila dan UUD 1945 untuk diberikan sanksi.

Pengacara senior itu menegaskan, Perppu Ormas tersebut tidak mencirikan Presiden Jokowi sebagai pemerintah yang otoriter dengan membatasi hak seseorang untuk berserikat atau berkumpul. Namun, ungkap Juniver, Perppu Ormas masih memberikan kesempatan kepada seluruh pihak yang keberatan dengan mengajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi (MK) atau Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maruf Amin membantah pandangan sejumlah kalangan terkait penerbitan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ormas yang dianggap anti-Islam. "Saya kira bukan anti-Islam tapi Perppu-nya mengatur ormas yang anti-Pancasila," tutur Maruf. (yps/ant)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.