Penyebab Yogyakarta Menjadi Pasar Narkoba

Yogyakarta menjadi pasar empuk peredaran narkoba. Beberapa alasannya karena banyak pendatang dan harga murah.
Polda DIY bersama pejabat lain memusnahkan barang bukti narkoba (Foto: Tagar/Evi Nur Afiah).

Sleman - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hanya terdiri empat kabupaten dan satu kota, terbilang tidak luas. Namun, DIY menjadi pasar empuk peredaran narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba). Mengapa demikian?

Direktur Reserse Narkoba Polda DIY Komisaris Besar Polisi Ary Satriyan mengatakan, Yogyakarta menjadi pasar peredaran narkoba karena banyak pendatang yang masuk ke wilayah DIY. Misalnya pelajar atau mahasiswa yang menempuh pendidikan di Yogyakarta. Untuk dapat menjual barang haram tersebut, para pengedar akan memberi harga sesuai kantong mahasiswa.

"Yogyakarta bukan lokasi persinggahan bandar narkoba. Hanya saja dipasarkan ke sini karena banyak penggunanya. Jadi barang haram itu datangnya dari luar daerah," ucapnya di sela-sela pemusnahan ganja dan tembakau gorila di Polda DIY, Selasa, 19 Mei 2020.

Menurut dia, banyaknya pengedar narkoba yang tertangkap lalu mendekam di balik jeruji besi, membuat para bandar berputar otak mencari cara agar bisnisnya tetap berjalan dan meraup keuntungan.

Bahkan ada modus peredaran narkoba yang diselundupkan dengan kopi sachetan. Hal ini bertujuan untuk menyamarkan pengemasan barang haram tersebut. Pun transaksi penjualan menggunakan modus sistem online.

"Bandar pasarkan di platfon TokoPedia jual kopi, kemudian tersangka yang di Yogya beli. Makanya kami menangkap ke Semarang, Jawa Tengah langsung ke bandarnya," ucapnya.

Dia mengatakan, para bandar punya cara tersendiri berkominikasi. "Karena mereka sudah menganalisa, pakai WhatsApp tertangkap, pakai facebook tertangkap. Jadi ada aplikasi khusus," ujarynya.

Yogyakarta bukan lokasi persinggahan bandar narkoba. Hanya saja dipasarkan ke sini karena banyak penggunanya.

Dalam pemusnahan barang haram itu, ada 97,96 gram ganja ini hasil tangkapan dari lima pelaku penyalahgunaan narkoba yang beraksi di wilayah hukum Yogyakarta. Selain ganja, Polda DIY juga memusnahkan 6.228,49 gram tembakau gorila dan 1.895 gram tembakau untuk campuran.

pemusnahan narkoba di YogyakartaPolda DIY bersama pejabat lain memusnahkan barang bukti narkoba (Foto: Tagar/Evi Nur Afiah).

Menurut Ary Satriyan selama 4 bulan terakhir ini terhitung dari Januari 2020, penangkapan tersebut termasuk yang terbesar. "Selama saya menjabat sebagai Dirnarkoba, ini terbesar. Sejauh ini kasus paling banyak memang narkoba," katanya.

Pengedar Memanfaatkan Masa Pandemi Corona

Kepala Badan Nasional Narkotika Provisi (BNNP) DIY Brigjen Pol I Wayan Sugiri turut hadir dalam pemusnahan tersebut mengungkapkan bahwa di tengah pandemi Corona ini para pengedar memanfaatkan keterbatasan gerak anggota polisi di lapangan. Untuk itu, diharapkan masyarakat harus tetap waspada dalam menghadapi hal tersebut.

Namun anggota polisi juga tidak mau lengah. Saat ini sudah banyak kasus narkoba yang sudah berhasil diungkap oleh Polda DIY. "Masa pandemi masih banyak penyebaran narkoba. Modusnya sama cuman dia memanfaatkan keterbatas gerak anggota kepolisian dan anggota di lapangan. Tapi kami juga enggak mau kalah tetap memberantas peredaran narkoba masuk di DIY," katanya.

Dia menilai seberapa pun tangkapannya, barang haram yang masuk ke DIY tetap berbahaya. "Untuk di Yogyakarta berapa pun jumlahnya tetap berbahaya. Jadi masyarakat tetap hati-hati," ujarnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Polisi Ringkus Dua Pengedar Narkoba di Pessel
Dua orang diduga pengedar narkoba diringkus jajaran Polres Pesisir Selatan.
Tertangkap Narkoba, Kiper Klub Liga 2 Dipecat
Kiper klub Liga 2 PS Hizbul Wathan (PSHW) Choirun Nasirin dipecat karena terlibat dalam jaringan narkoba. Dia ditangkap oleh BNNP Jatim.
Bandar Narkoba di Surabaya Ditembak Mati Polisi
Satresnarkoba Polrestabes Surabaya menembak mati bandar narkoba di salah satu apartemen di wilayah Surabaya Selatan.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.