Penyebab Angka Golput Pilkada Surabaya Tinggi

Hasil monitoring KPU Surabaya, partisipasi masyarakat datang ke TPS hanya 50 hingga 60 persen.
Warga Jalan WR Soepratman menggunakan hak pilih Pilkada Surabaya di TPS 25 WR Soepratman, Kecamatan Tegalsari, Surabaya, Kamis, 9 Desember 2020. (Foto: Tagar/Ihwan Fajar)

Surabaya - Proses rekapitulasi suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Surabaya masih berproses. Meski demikian, angka golongan putih (golput) atau warga tak menggunakan hak pilih diprediksi terbilang cukup tinggi. Bahkan, warga yang datang di Tempat Pemungutan Suara (TPS) hanya sekitar 50 hingga 60 persen.

Komisioner KPU Surabaya Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM, Subairi mengatakan pihaknya belum bisa memastikan berapa tingkat pastisipasi warga di Pilkada Surabaya. Pasalnya, mulai 10 hingga 13 Desember 2020 masih dilakukan rekapitulasi di tingkat kecamatan.

Situasi pandemi, cuaca gerimis itu menjadikan masyarakat juga alasan tidak datang ke TPS.

"Jadi kami masih belum bisa menyampaikan soal partisipasi masyarakat menggunakan hak pilihnya di TPS, karena basisnya harus data," ujarnya saat ditemui di Kantor KPU Surabaya, Kamis, 10 Desember 2020.

Meski demikian, jika melihat pemantauan dan laporan langsung di TPS, antusiasme masyarakat datang ke TPS menggunakan hak pilihnya meningkat di tengah pandemi Covid-19 ditambah cuaca kurang mendukung. Ia mengaku partisipasi masyarakat ke TPS mencapai 50 hingga 60 persen.

Baca juga:

"Situasi pandemi, cuaca gerimis itu menjadikan masyarakat juga alasan tidak datang ke TPS. Tapi secara umum kedatangan pemilih ke TPS di angka 50-60 persen," kata dia.

Subairi mengaku target KPU dalam partisipasi masyarakat di Pilkada Surabaya sebesar 77,5 persen. Ia pun berharap partisipasi masyarakat Surabaya menggunakan hak pilihnya di Pilkada Surabaya meningkat dibandingkan sebelumnya.

"Saat Pilkada Surabaya 2015 itu partisipasi masyarakat 52,1 persen. Ketika melihat 52,1 persen, masyarakat yang datang di angka 50-60 persen saya juga optimis ada kenaikan partisipasi masyarakat.

Ia mengaku sejumlah wilayah tingkat partisipasi warga datang ke TPS rendah seperti di daerah perumahan mewah. Subairi mengaku belum mengetahui apa penyebab warga di perumahan elit minim menggunakan hak pilihnya.

"Itu saya kurang oaham tp yg pasti dari Pilkada ke Pilkada selanjutnya ketertarikan datang ke TPS di bawah rata-rata. Padahal inovasi yang dilakukan KPPS, seperti di Citraland pakai superhero dan mendekatkan TPS ke perumahan kan itu salah satu cara kemudian untuk menggaet partisipasi masyarakat," ucapnya.

Meski demikian, penggunaan hak pilih berdasarkan keinginan warga sendiri. KPU Surabaya tidak bisa memaksa warga untuk menggunakan hak pilihnya.[]

Berita terkait
Ketua KPPS di Surabaya Disuruh Pulang Orang Tua, Takut Covid
Orang tua tersebut mengaku keberatan. Dia khawatir jika anaknya bertugas di RS Lapangan Covid-19 Indrapura, Surabaya, akan terpapar Covid-19.
Ke Mana Langkah Risma Setelah Tak Jadi Wali Kota Surabaya
Usai mencoblos Risma juga mengungkapkan rencananya selepas tidak lagi menjabat sebagai Wali Kota Surabaya.
Pasien Covid-19 RSKLI Surabaya Terancam Kehilangan Hak Pilih
Kepala RSKLI Surabaya mengaku belum ada orang KPU Surabaya melakukan koordinasi dan pendataan pasien Covid-19 memiliki hak pilih di Pilkada.
0
Banyak Kepala Daerah Mau Jadi Kader Banteng, Siapa Aja?
Namun, lanjut Hasto Kritiyanto, partainya lebih mengutamakan dari independen dibandingkan politikus dari parpol lain.