Jakarta - Pambajakan pesawat oleh kelompok teroris Al-Qaeda pada 11 September 2001 membawa dampak besar bagi perekonomian Amerika Serikat (AS).
Setidaknya ada empat buah pesawat komersil yang dibajak dan ditabrakkan ke Gedung World Trade Center di Kota New York. Peristiwa ini membawa dampak besar bagi perekonomian 'Negeri Paman Sam'.
Awalnya pihak NYSE sempat menunda pembukaan perdagangan pada 11 September.
Salah satu yang mengalami dampak adalah lumpuhnya Bursa Efek New York (New York Stock Exchange/NYSE) selama satu minggu.
Dikutip dari Forbes, awalnya pihak NYSE sempat menunda pembukaan perdagangan pada 11 September setelah pesawat pertama dengan maskapai penerbangan American Airlines dengan nomor penerbangan 11 menabrak sebelah utara Menara WTC pada pukul 8.46 pagi.
Tidak lama berselang, pesawat kedua dengan maskapai United Airlines bernomor penerbangan 175 menabrak sisi selatan gedung pada pukul 09.03 pagi. Peristiwa tersebut membuat bursa saham milik Pemerintah AS, Nasdaq membatalkan perdagangan saham mereka pada hari itu.
Tabrakan pesawat itu mengakibatkan struktur menara WTC runtuh pada siang hari. Hal ini membuat bursa efek di seluruh dunia ditutup untuk mengantisipasi kemungkinan serangan teroris lain.
Akhirnya, Pemerintah AS memutuskan untuk menutup Bursa Efek New York selama seminggu dan dibuka kembali pada 17 September 2001.
Pemerintahan yang dipimpin presiden saat itu, George Walker Bush mengumumkan menyiapkan dana sebesar 100 miliar dollar AS untuk mengantisipasi krisis ekonomi.
Dampak Ekonomi Lain
Dampak serangan 9/11 membuat kurs dollar terhadap beberapa mata uang seperti Yen, Euro, dan Poundsterling mengalami penurunan tajam.
Pada 10 September 2001, pasar saham Eropa mengalami penurunan, seperti Inggris (5.7%), Spanyol (4.6%), dan Jerman (8.5%). Pasar saham di Amerika Selatan juga mengalami depresiasi, yakni 9.2% di Brazil, 5.2% di Argentina, dan 5.6% di Meksiko. Harga emas dunia meningkat tajam, dari 215.5 dollar AS per ons, menjadi 287 dollar AS per ons.
Serangan terhadap Menara WTC dan Kantor Keamanan AS Pentagon menelan banyak korban. Setidaknya terdapat 2.996 orang tewas dan lebih dari 6.000 orang luka-luka.
Serangan tersebut juga membuat Pemerintah AS melakukan pencarian besar-besaran kepada pemimpin Al-Qaeda saat itu, Osama Bin Laden. Osama akhirnya tewas pada 2 Mei 2011 setelah pasukan AS melakukan operasi militer di kediaman Osama di Abbottabad, Pakistan. []