Efek Gejolak Global ke Perekonomian Indonesia, Resesi?

Peneliti INDEF mengatakan bahwa berbagai gejolak global yang semakin besar dan penuh ketidakpastian sedikit menggoyang perekonomian Indonesia.
Ilustrasi Indonesia. (Foto: Tagar/Nurul Yaqin)

Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus mengatakan bahwa berbagai gejolak global yang semakin besar dan penuh ketidakpastian tidak akan membuat perekonomian Indonesia mengalami resesi.

“Saya kira ekonomi kita melambat itu jelas karena ekonomi global namun tidak sampai resesi. Masih tumbuh positif tapi positifnya masih jauh dari optimal,” katanya di Jakarta, Selasa, 10 September 2019, seperti diberitakan Antara.

Jadi begitu tidak ada perdagangan maka Malaysia dan Vietnam akan hancur.

Hal tersebut terjadi, kata dia, karena ekonomi Indonesia lebih banyak ditopang oleh faktor domestik yaitu konsumsi rumah tangga yang mencapai sekitar 80 persen, sedangkan faktor internal seperti ekspor, impor, dan investasi hanya berkontribusi sebanyak 20 persen.

Sehingga, lanjut dia, adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina maupun resesi di Turki tidak akan terlalu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara signifikan, sebab Indonesia merupakan negara terbuka namun tidak terlalu bergantung pada asing.

“Ekonomi kita tumbuh 5,05 persen itu paling besar karena ekonomi domestiknya masih kuat seperti konsumsi rumah tangga yang menjadi andalan utama bagi pertumbuhan ekonomi kita,” katanya.

Berbeda dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia, karena ketergantungan pada keterbukaan perdagangannya yaitu volume ekspor dan impor yang mencapai dua kali dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Jadi begitu tidak ada perdagangan maka Malaysia dan Vietnam akan hancur karena mereka sangat bergantung pada keterbukaan perdagangan,” ujarnya.

Ia mengatakan, pada 2008 juga terdapat resesi global sehingga mengakibatkan ekonomi dunia anjlok sedangkan Indonesia masih bisa naik 4,8 persen, karena faktor domestik berupa daya beli dan konsumsi masyarakat masih tinggi.

Hal tersebut, kata Heri, masih bisa terulang pada 2019 meskipun tidak sekuat saat 2008, karena tahun ini perekonomian Indonesia mengalami defisit serta untuk mencapai surplus sangat susah.

“Itu lah tantangannya untuk segera memitigasi risiko gejolak global,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia tidak memungkiri bahwa gejolak perekonomian global seperti resesi yang terjadi di Turki telah melambatkan kinerja ekspor Indonesia, namun tidak secara langsung karena hubungan ekonomi dengan Turki relatif kecil dibandingkan dengan Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan India yang merupakan mitra utama Indonesia.

“Kalau negara-negara mitra utama kita mengalami perlambatan maka itu akan secara langsung berpengaruh terhadap ekonomi negara kita,” katanya. []

Berita terkait
Jurus Ribuan Pendekar untuk Indonesia Damai
Ribuan pendekar dari berbagai daerah di Indonesia dan luar Indonesia unjuk kebolehan dalam Pencak Malioboro Festival 2019.
Industri Spa Meningkatkan Perekonomian Lokal
Industri spa dapat meningkatkan perekonomian lokal dan kesejahteraan rakyat.
Resesi Ekonomi Hong Kong Dipicu Demo RUU Ekstradisi
Gelombang protes yang terjadi selama 5 bulan membuat beberapa sektor ekonomi Hong Kong terganggu.
0
PBB Serukan Taliban Batalkan Pembatasan Hak Perempuan
Dewan Keamanan (DK) PBB juga terus menekan otoritas Taliban untuk membatalkan pembatasan pada perempuan dan untuk menstabilkan negara