Padang - Kekuatan empat pasang calon gubernur Sumatera Barat (Sumbar) dinilai seimbang. Namun, ada sejumlah keuntungan yang didapat oleh calon untuk mengunggulkan diri di tengah masyarakat.
Kontribusi wakil juga sangat mempengaruhi, siapa yang paling banyak bisa menarik suara masyarakat.
Pengamat politik dari Universitas Andalas (Unand) Andri Rusta mengatakan, keberimbangan posisi empat pasangan calon ini tidak terlepas dari irisan partai pendukung dan calon dari daerah yang sama. Misalnya, pemilih di Padang akan menjadi rebutan antara Fakhrizal, Mulyadi dan semuanya.
Begitu juga di Kabupaten Agam juga akan menjadi perebutan suara bagi ke empat pasang calon, termasuk Pariaman ada dua putra daerah yang akan berebut suara. Artinya, daerah-daerah tersebut akan menjadi tempat pertarungan dengan jumlah pemilih tinggi.
"Tetap tergantung pada detik-detik terakhir masa kampanye, siapa yang bisa menarik simpati pemilih dengan program-programnya, dan janji-janji politik mereka," katanya, Senin, 6 September 2020.
Saat ini, kata Andri, sulit menyebutkan siapa di antara empat pasang calon tersebut yang tertinggi. Sebab, posisinya sudah dianggap seimbang.
Meski demikian, tetap Nasrul Abit (NA) diuntungkan. Sebab, NA tidak memiliki lawan di Kabupaten Pesisir Selatan. Selain itu, NA juga memiliki basis masa di Solok Selatan. Kemudian, Mulyadi diunggulkan di daerah-daerah Limapuluh Kota (Dapil II) karena lawan-lawannya banyak yang berasal dari Dapil I.
"Tetap saja pemenang Pilgub nanti adalah calon yang bisa merebut suara di daerah-daerah pertarungan seperti di Agam, Padang, Pariaman, dan daerah lainnya," katanya.
Empat pasangan calon ini bisa dikatakan petahana. Sebab posisinya saat ini menjabat semua. Dengan begitu, masing-masing calon bisa memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah masing-masing. Namun, posisi wakil juga sangat mempengaruhi.
"Kontribusi wakil juga sangat mempengaruhi, siapa yang paling banyak bisa menarik suara masyarakat," katanya.
Senada dengan itu, pakar komunikasi politik Unand Najmuddin M Rasul mengatakan, empat pasangan calon sama-sama memiliki potensi untuk menang. Namun, yang akan menang adalah calon yang mengetahui trend masyarakat atau pemilih di Sumbar.
Dia melihat, ada lima poin yang menjadi tolak ukur masyarakat di Sumbar dalam memilih gubernur dan wakilnya. Pertama, perilaku atau akhlak pemimpin, kedua kemampuan leadership nya, ketiga track record, keempat visi misi, apakah calon-calon ini memahami selera masyarakat Sumbar.
"Mestinya, petahana yang ada di Sumbar seperti Nasrul Abit dan Mahyeldi memiliki peluang lebih karena mereka sudah lima tahun berkampanye. Kalau masyarakat menilai keduanya sudah berhasil dalam masa kepemimpinan, maka mereka akan dipilih. Namun kalau masih krasak-krusuk berkampanye sama dengan calon lain, maka itu menandakan kalau mereka belum berhasil selama ini," katanya.
Dia menghimbau para calon agar melakukan komunikasi dan sosialisasi politik ke masyarakat yang bersifat rasional dan memberikan pendidikan politik yang baik. []