Pengalaman Bertemu Hantu di Rumah Kontrakan di Sleman

Beberapa biji salak tergantung di sekitar rumah kontrakan itu di Sleman, menandakan ada makhluk astral berupa anak kecil. Dan memang itu terjadi.
Ilustrasi. (Foto: Pixabay/brenkee)

Sleman - Puji 59 tahun, ibu tiga anak, tidak akan pernah bisa melupakan pengalaman bertemu hantu anak kecil yang suka menghamburkan uang logam di bawah kasurnya, di rumah kontrakan pada 2014 hingga 2015. Pada masa itu suaminya masih hidup.

Tagar menemui Puji di rumahnya kini di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Kamis, 3 Oktober 2019.

Didampingi Wahyu 38 tahun, anak ketiga, Puji menceritakan pengalamannya. Ia meminta rumah kontrakan yang dimaksud yang kini jadi tempat kursus, tidak dipotret. Ia khawatir orang-orang menjadi takut dan enggan pergi ke tempat itu.

"Tiap hari ada uang koin di bawah kasur. Biarpun sudah saya simpan dan kumpulkan dalam satu wadah, tapi besoknya pasti ada lagi," tutur Puji mengawali cerita.

Rumah kontrakan yang dimaksud Puji itu terletak di daerah Patukan, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Dilihat sekilas, tampak tidak menyeramkan.

Posisinya tepat di pinggir jalan raya menghubungkan Jalan Wates dan Jalan Godean, hanya beberapa ratus meter dari perlintasan kereta. Tidak jauh di belakang rumah itu, di sebelah selatan, terdapat pemakaman umum.

Sejak beberapa waktu lalu, rumah yang diceritakan Puji, digunakan sebagai tempat pelatihan keterampilan. Kondisinya saat ini sudah berbeda dengan beberapa tahun lalu. Halaman rumah tampak lebih terang.

Pada bagian depan rumah, terdapat papan nama bertuliskan nama tempat pelatihan. Sementara pada bagian atas teras, terdapat spanduk dengan tulisan yang sama.

Dinding rumah yang berwarna hijau, sedikit kontras dengan bendera merah putih yang berkibar di atas tiang, di halaman rumah.

Tiap hari ada uang koin di bawah kasur. Biarpun sudah saya simpan dan kumpulkan dalam satu wadah, tapi besoknya pasti ada lagi.

***

Puji dan suami pada masanya membuka warung Coto Makassar di tempat itu.

Berdasarkan kisah yang diceritakan Puji, saat senja datang menggantikan sore, suasana di rumah itu mulai terasa aneh.

Terkadang aroma ubi jalar yang direbus, menyelinap ke dalam rongga penciuman. Tapi, yang paling sering adalah kemunculan beberapa anak kecil. Mereka bermain-main di sekitar rumah.

Kata Puji, di antara keluarganya, hanya dia yang bisa melihat sosok anak-anak kecil itu.

Memang sejak awal Puji menempati rumah itu, beberapa biji salak tergantung di sekitar rumah.

Menurut kepercayaan, biji salak yang dipasang atau digantung di sekitar rumah, menandakan bahwa ada makhluk astral berupa anak kecil.

Biji salak dipercaya akan menjadi mainan mereka, sehingga mereka tidak mengganggu penghuni rumah.

Tapi, Puji mengaku dirinya tidak mengetahui siapa yang menggantung biji-biji salak tersebut. "Sejak awal menempati rumah itu, sudah ada biji-biji salak yang digantung," katanya.

Sejak awal menempati rumah itu, sudah ada biji-biji salak yang digantung.

***

Perempuan berjilbab itu terdiam sejenak, mengingat-ingat beberapa kejadian lain yang dialaminya di rumah kontrakan terdahulu.

Beberapa detik kemudian, Puji melanjutkan cerita. Menurutnya, ia juga pernah melihat seorang anak kecil bermain-main dengan rokok suaminya. Saat itu dia dan suaminya serta seorang anak lelakinya, sedang duduk-duduk di ruangan depan rumah, yang digunakan sebagai warung coto.

Seperti pada umumnya orang merokok, suaminya menyelipkan rokok di antara telunjuk dan jari tengah. Tiba-tiba datang seorang anak, dia menjentikkan jarinya pada rokok itu, sehingga bara api rokok beterbangan.

"Jadi saya spontan bilang ke bapak, 'itu ada anak kecil mainan rokoknya'. Setelah saya bilang begitu, anak itu lari ke samping rumah. Tapi bapak dan Yayak (anak laki-lakinya) tidak melihat anak itu," tuturnya.

Kejadian lain yang nyaris setiap hari adalah belasan uang logam pecahan Rp 500 dan Rp 1.000 yang selalu tersebar di bawah kasur.

Awalnya, kata Puji, dia dan penghuni rumah lain mengira cucunya yang menyebar uang receh di bawah kasur. Sehingga, dia mengumpulkan uang-uang itu, dan disimpan dalam wadah.

Namun, keesokan harinya, saat dia kembali membersihkan di bawah kasurnya, Puji mendapati hal yang sama. Belasan, bahkan puluhan keping uang logam kembali ada di situ. Padahal uang yang disimpan dalam wadah masih utuh.

Hal itu berulang hampir setiap hari. Hingga akhirnya Puji bosan membereskan, dan membiarkan uang-uang itu tetap terhambur di bawah kasur.

"Saya tanya ke Yayak, Uli dan semua yang di rumah. Tapi mereka bilang, tidak pernah memberikan uang koin pada anak-anaknya," ucap Puji mengenang.

Setelah saya bilang begitu, anak itu lari ke samping rumah.

***

Selain kejadian aneh pada malam hari, ada juga yang dialaminya saat siang dan senja hari, tepatnya saat azan Zuhur dan Magrib.

Setiap kali azan Zuhur dan Magrib, beberapa anak kecil berlarian di sekitar rumah. Mereka seperti mencari tempat untuk bersembunyi.

"Anak-anak itu seperti ketakutan. Pernah saya baru selesai wudu, tiba-tiba kakiku kayak menendang orang duduk di depan pintu. Saya langsung minta maaf dan bilang, tidak sengaja," lanjut Puji.

Saat tengah malam, tak jarang Puji mendengar suara orang yang sedang mencuci piring, atau menata piring pada tempatnya. Kata dia, suaranya sangat jelas dan nyata.

Berbeda dengan sosok anak kecil yang sering dilihat Puji, tapi tidak oleh orang lain. Suara orang mencuci piring juga didengar penghuni rumah yang lain.

Wahyu, anak ketiga Puji, mengatakan suara itu sering terdengar saat semua penghuni rumah sudah masuk ke kamar masing-masing.

Pernah suatu waktu, dia penasaran dan keluar dari kamar, untuk melihat siapa yang sedang mencuci piring. Tapi, tempat cuci piring kosong.

"Jadi paginya saya tanya ke semua yang ada di rumah. Semua juga dengar suara seperti orang cuci piring, tapi tidak ada yang cuci piring waktu itu," tuturnya.

Wahyu menambahkan, beberapa kali rumah itu seperti disembunyikan, atau tidak terlihat oleh orang lain. Hal itu dirasakan saat beberapa kali dia memesan barang atau makanan. Kurir yang bertugas mengantarkan barang, sering kali tidak menemukan rumah itu. Padahal, spanduk bertuliskan nama warung coto berukuran cukup besar.

Sehingga, dia kerap kali harus keluar dari rumah dan menunggu kurir di pinggir jalan, di depan warung coto tersebut.

"Beberapa kali begitu. Jadi, saya sering ditelepon kurir, katanya dia sudah banyak kali bolak-balik, tapi rumahnya tidak ketemu. Pas saya tunggu di pinggir jalan, baru ketemu. Dia bilang, 'tadi tidak ada ini warung coto'. Itu bukan cuma saya yang alami," katanya.

Saya sering ditelepon kurir, katanya dia sudah banyak kali bolak-balik, tapi rumahnya tidak ketemu.

***

Saat ditanya mengenai banyaknya pembeli di warung Coto Makassar waktu itu, Wahyu mengatakan saat itu kondisi warungnya selalu sunyi. Jarang ada pembeli yang datang. Dia menduga, para calon pembeli tidak melihat keberadaan warung itu.

Padahal, ruas jalan di depan warung cukup padat. Terlebih pada siang hari, karena jalanan itu menjadi salah satu jalan utama.

"Warung kami mulai banyak pembeli sejak kami pindah ke Pasar Balecatur,di Jalan Wates. Tapi sekarang sudah tutup, sejak bapak meninggal," tutur Wahyu.

Pernah seorang paranormal melihat kondisi rumah. Menurutnya, 'penunggu' rumah itu cukup banyak. Mereka tinggal mengambang di bawah plafon rumah.

Salah satu hal yang membuatnya sedikit percaya adalah kejadian beberapa tahun lalu. Seorang keponakan Wahyu, yang saat itu masih bayi, selalu menangis ketakutan melihat sudut kamar bagian atas. Biasanya bayi itu berhenti menangis setelah digendong keluar dari kamar.

Tapi, Wahyu mengaku tidak tahu apakah kejadian-kejadian aneh itu masih terus berlanjut hingga saat ini. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Rumah Angker Bekas Tempat Bunuh Diri di Sleman
Rumah kosong yang angker di Sleman Yogyakarta itu dulu tempat indekos, ada orang kos bunuh diri. Sering terdengar suara wanita menangis di situ.
Den Bagus-Ndoro Ayu 'Penunggu' Pendopo Berbah Sleman
Sekilas pendopo di kantor Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, itu biasa saja. Tidak ada kesan seram. Terlebih saat siang hari.
Mitos Dusun Kasuran Sleman, Pantang Tidur di Kasur
Angin siang bertiup sepoi-sepoi menggoyangkan dedaunan di sekitar pemakaman di Dusun Kasuran, Margo Mulyo, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.