Pengakuan Istri Santang, Preman Sadis Yogyakarta

Inilah pengakuan istri Santang, preman Yogyakarta yang dikenal sadis. Mengaku selama dua bulan diteror musuh suaminya dengan bom molotov.
Santang, preman yang menyerang secara brutal di Kulon Progo akhirnya menyerahkan diri ke Polda DIY. (Foto: Tagar/Evi Nur Afiah)

JALAN menuju rumah itu tak bisa dilalui mobil, kecuali kendaraan roda dua. Terletak di daerah Minggir, Sleman, sekitar 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, itulah rumah Santang, “preman Yogya” yang dijuluki "preman sadis," lantaran tak segan-segan membacok korbannya, yang kini mendekam di tahanan Markas Besar Polda DIY.

Kala Tagar bertandang ke rumah itu, Jumat 28 Februari 2020, yang ada di rumah itu ibu Santan, Sudarmi, istrinya -dia minta namanya tak disebutkan- serta dua anak Santang masih kecil: sulung enam tahun, bungsu 20 bulan. Si sulung tengah bermain di halaman, sedang si bungsu dalam gendongan ibunya.

Sudah sekitar dua pekan Santang, 36 tahun, mendekam di tahanan. Sebelumnya ia sempat menjadi buron setelah bersama-sama kelompoknya menganiaya warga Kalibawang, DIY, Gideon. Istrinya sendiri yang meminta Santang menyerahkan diri.

Belakangan merebak kabar, Santang melakukan penganiayaan itu lantaran marah keluarganya diteror. “Awale niku kan mriki diteror kalih tiyang, sak ngertos kulo dendam lama kalih Mas Santang (Awalnya diteror orang, sepengetahuan saya dendam lama ke Mas Santang), ujar sang istri. Peristiwa teror pertama itu, ujarnya, terjadi pada 22 November 2019.

Teror itu terjadi pagi hari, sekitar pukul 08.00. Peneror datang mengendarai dua mobil dan empat sepeda motor, melempari rumah mereka dengan batu dan “bom” molotov –botol berisi bahan bakar dan sumber terbakar.

Dua mobil peneror diparkir jauh dari rumah lantaran tak bisa masuk ke jalan ke rumah Santang yang sempit. "Saya dan anak-anak nggak bisa apa-apa, mau keluar takut, jadi di dalam saja,” ujarnya. Tapi, ujar istri Santang, saat suaminya keluar, para peneror langsung kabur. “Sampai mobilnya mereka gotong dulu karena nggak bisa putar, jalannya sempit,” ujarnya. Suaminya, ujarnya, saat itu masih sabar. Bahkan Santang meminta dirinya bersabar.

Setelah penyerangan pagi itu, penyerangan ke dua terjadi lagi. Kali ini sekitar pukul 01.00 dini hari. Rumahnya dilempari batu. “Mas Santang waktu itu juga masih diam juga. Yang ketiga, dilempar molotov, Mas Santang juga masih diam, dilempar di situ,” ujarnya sembari menunjuk sebuah tempat di sisi barat dan timur rumahnya. Menurut istri Santang, suaminya sebenarnya tahu siapa penyerangnya. Teman-teman suaminya kemudian mencari-cari mereka yang diduga melakukan teror itu. “Tapi dereng ketemu (belum ketemu),” ujarnya.

Teror itu terus terjadi dengan berbagai bentuk. Kaca jendela dan genteng rumahnya dilempari hingga pecah. Tak hanya memakai batu, peneror juga memakai senjata softgun untuk menembaki rumahnya pada tengah malam. Tembakan itu menghancurkan kaca jendela. Teror itu terjadi lagi pada subuh. Kali ini peluru itu nyaris melukai ibu Santang dan kakak Santang. “Untungnya pelurunya meleset," kata istri Santang. Para penyerang, ujar ibu dua anak itu, juga berusaha membakar salah satu satu sudut rumahnya, tapi gagal.

Teror-teror ini, menurut istri Santang, membuat anaknya ketakutan. Inilah, ujarnya, yang kemudian membuat suaminya hilang kesabaran. Ibu Santang, Sudarmi, menghitung teror itu terjadi sekitar 10 kali dalam waktu sekitar dua bulan.

Menurut istri Santang, ia sudah melaporkan teror-teror itu ke polisi. Tapi, polisi tidak mengusut pelakunya karena beralasan kerusakan akibat perbuatan orang tak dikenal itu di bawah Rp 3 juta.

Perempuan ini juga heran, kenapa suaminya diteror padahal sejak dua tahun silam, sejak menjadi mualaf, ia sudah tidak lagi “macam-macam.” “Kegiatannya sejak 2018 hanya seputar pondok pesantren. “Waktunya banyak dihabiskan di Pondok Pesantren di Gajahan, Sleman dan Tebu Ireng, Jombang,” ujarnya.

***

SANTANG merupakan salah satu preman cukup terkenal di Yogyakarta. Catatan polisi menyebutkan, pria yang di dikabarkan sakti itu -konon bisa menyembuhkan luka hanya dengan mengusap memakai kain- kerap melakukan sejumlah kejahatan. Ia tercatat sudah empat kali keluar masuk penjara.

Pada 1 Februari 2020, misalnya, bersama kelompoknya Santang membacok seseorang warga Kalibawang DIY, berinisial MR di daerah Nanggulan, Kuloprogo, Yogyakarta. Polisi menyebut kelompok ini salah sasaran. Kemudian pada 9 Februari, bersama tiga anak buahnya, Santang menculik dan menyekap Gideon. Pria ini dianiaya hingga luka-luka. Penganiayaan ini, ujar polisi, juga mereka rekam.

Polisi pun kemudian memburu komplotan Santang. Santang kemudian menyerahkan diri setelah sebelumnya dibujuk istri dan orangtuanya untuk “keluar” dari persembunyiannya. Pada 13 Februari silam, diantar orangtuanya, Santang menyerahkan diri ke Markas Polda DIY.

Apresiasi penangkapan kelompok SantangElemen masyarakat mengirim karangan bunga ke Mapolres Kulon Progo sebagai bentuk dukungan dan apresiasi atas keberhasilannya menangkap pelaku penyerangan brutal di Kapanewon Nanggulan. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Selain Santang , polisi sudah menahan AN. “Dua lagi masih DPO (daftar pencarian orang),” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda DIY, Kombes Pol Yuliyanto pada Jumat, 14 Februari 2020. Polisi menjerat Santang dengan pasal 351 KUHP, pasal tentang penganiayaan. Pria bertato di kepala itu terancam hukuman maksimal lima tahun.

Kepada Tagar, istri Santang menyebut lelaki yang kena bacok itu bukanlah salah sasaran seperti kata polisi. “Itu memang benar anak buahnya yang kemarin menyerang ke sini. Orang-orang bilangnya klitih -Para remaja yang kerap menyerang sasarannya secara acak di jalanan- atau salah sasaran, padahal nggak,” ujarnya.

Sejak Santang mendekam di penjara, perempuan ini mengaku bingung memenuhi kebutuhan dua anaknya. Ia mengaku memang mendapat setoran “uang parkir.” “Tapi itu tak seberapa,” ujarnya. Kebutuhan ekonominya kini juga banyak disokong sang mertua, Sudarmi.

Kepada Tagar, Sudarmi menampik kabar yang menyebut anaknya dan dirinya sakti –bisa menyembuhkan luka dengan diusap kain jariknya. Meski demikian, perempuan 60 tahun itu mengaku dirinya biasa mengobati orang lain jika terluka, tapi bukan diusap dengan kain jarik.

"Sering ngobati, ning mboten kok mung terus teko dilap, mboten kok ampuh (sering mengobati, tapi bukan datang lalu di lap, tidak sakti seperti itu),” katanya.

Menurut dia, cerita Santang dan dirinya bisa menyembuhkan luka dengan cara diusap memakai kain hanya dibesar-besarkan oleh mereka yang tidak suka terhadap Santang dan dirinya. []

Berita terkait
Preman Santang dan Apresiasi bagi Polres Kulon Progo
Polres Kulon Progo banjir apresiasi dari masyarakat atas keberhasilannya menangkap pelaku penganiayaan yang dilakukan kelompok preman Santang.
Polres Kulon Progo Tangkap Kelompok Preman Santang
Polres Kulon Progo menangkap satu pelaku penganiayaan brutal berinisial AB. Teman preman Santang ini ditangkap di Giwangan Kota Yogyakarta.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.